Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ada 4 Bibit dan Bobot Omongan Tetangga Grup

2 Mei 2021   18:59 Diperbarui: 3 Mei 2021   11:08 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menyimak obrolan grup WhatsApp. Sumber: Jorge Henao via pixabay.com

Kekuatan untuk mengubah omongan tetangga menjadi lebih baik dan berdampak positif untuk kehidupan, tidak terlepas dari keheningan hati pada saat mendengarnya.

Dulu ada seorang teman yang suka menulis pada suatu kolom surat kabar. Kolom surat kabar itu bertajuk asal omong. Pada kolom itu sebenarnya ia menulis isu-isu yang dianggapnya aktual, namun tidak merupakan suatu ulasan dalam bentuk opini, tetapi lebih merupakan komentar singkat.

Lalu tulisan seperti itu kadang meluas jadi bahan pembicaraan orang. Kenyataan seperti itu, sama ketika melihat acara TV yang diberi judul sentilan sentilun, mirip juga dengan karakter yang bebas untuk mengungkapkan realitas yang belum diungkapkan.

Dalam perjalanan waktu sesuai kemajuan teknologi komunikasi, muncul sekejap fenomena grup baik itu di Facebook, Whattsapp. Beraneka grup itu dibuat berdasarkan latar belakang yang juga berbeda-beda.

Ada yang karena gurup alumni, grup berdasarkan wilayah asal, ada grup kelompok orang-orang yang menganggap diri berintelektual dan lain sebagainya. Grup itu juga diberi dengan nama masing-masing.

Menarik untuk dikaji lebih jauh terkait omongan tetangga sebenarnya berkaitan juga dengan omongan dalam grup. Ada istilah trennya seperti "Ini bocoran dari tetangga sebelah" atau "oh ini ciri grup sebelah, ini temanya grup sebelah, dan lain sebagainya. 

Omongan tetangga dalam arti ini, sebenarnya sudah meluas artinya. Tetangga bukan saja soal berdakatan jarak rumah, tetapi secara online, di mana anggota-anggota grup ada di beberapa grup lainnya.

Fenomena seperti ini tentu bisa dikatakan adalah bibit untuk banyak hal. Nah, karena itu bisa ditanyakan bibit apa saja dari bobot omongan tetangga:

Ada 4 bibit dan bobot omongan tetangga grup:

hai.grid.id
hai.grid.id
1. Bibit kecurigaan

Bibit kecurigaan ini tumbuh subur saat orang tidak punya keberanian untuk bicara terus terang. Orang bahkan diam-diam menyebarkan informasi dari yang lain, lalu mengajak anggota grup lain untuk mendiskusikannya di tempat lain.

Ketidaksanggupan itu semakin memperbesar ruang curiga, karena informasi menjadi simpang siur dari tetangga satu ke tetangga lainnya lagi. Rantai curiga pun bisa jadi meluas.

Jelas sekali bahwa bibit dari omongan tetangga seperti itu sangat tidak konstruktif. Tentu berbeda ketika bobot omongan tetangga tentang sesuatu hal yang baik, maka dampaknya pun pasti baik. 

2. Bibit dalam memperluas dan memperdalam tema omongan tetangga 

Tentu harus diakui bahwa tidak semua omongan tetangga itu buruk. Nah, oleh karena itu sebenarnya ada bibit yang baik yang dihasilkan dari bobot omongan tetangga.

Bibit yang baik dari omongan tetangga, tentu merupakan hal yang baik. Hal yang menguntungkan dari omongan tetangga adalah jika omongan itu terkait hal yang bersifat edukatif dan memotivasi, menginspirasi dan hal positif lainnya. Ya, sebuah omongan tetangga yang berbobot.

Tentu tetap saja ada untung dan ruginya dari pengalaman menjadi anggota banyak grup. Beruntunglah, jika anggota grup itu punya daya serap yang bagus dan kritis.

Kenyataan menunjukkan juga bahwa omongan tetangga ada juga sungguh berbobot. Saya masih ingat pernah ada diskusi tentang omongan tetangga itu terkait tema kematian tenaga kerja Indonesia di Malaysia dan bagaimana upaya untuk mengurangi tenaga kerja ilegal.

3. Bibit dari omongan tetangga adalah pemurnian motivasi pribadi atau keluarga

Beberapa waktu lalu, pernah ada omongan tetangga tentang sesuatu yang mau dikerjakan oleh keluarga yang saya kenal. Tampak maksud mereka baik sekali. Namun ketika mereka mendengar omongan tetangga tentang rencana mereka, terasa seperti terpukul oleh omongan tetangga itu.

Keraguan pun muncul saat mendengar omongan tetangga, padahal urusan yang sedang direncanakan itu adalah urusan keluarga, yang mana keputusannya sungguh bergantung sepenuhnya pada keluarga.

Inilah kenyataan yang sering terjadi bahwa niat baik kadang tidak bisa bertahan hanya karena mendengar omongan tetangga. Rencana baik pun kadang berubah sirna, karena takut dengan omongan tetangga.

Nah, dalam pengalaman seperti itu, sebenarnya orang perlu tetap kritis mengevaluasi rencana sendiri atau rencana bersama sebagai keluarga. Jika memang baik, mengapa harus gampang dipengaruhi oleh omongan tetangga.

Jadi, omongan tetangga itu perlu dijadikan sebagai alasan untuk memperdalam motivasi rencana pribadi atau keluarga. Orang tidak perlu menerima seluruhnya, tetapi belajar melihat lebih jeli dan bijak terkait tujuan.

4. Bibit dari omongan tetangga adalah menjadi lebih siap dan matang

Sering dialami bahwa urusan saya, tetapi yang paling cemas adalah orang lain, yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan urusan saya. Misalnya, saya hendak mengikuti ujian, tetapi ketika rencana itu didengar tetangga, maka pembahasan tentang ujian saya justru menjadi topik hotnya tetangga.

Kenapa bisa begitu? Kenyataan seperti itu sangat mungkin terjadi di mana saja. Meskipun demikian, tidak harus juga bahwa kerepotan orang lain itu dipersoalkan lagi. Apalagi harus menjadi fakfot yang mengganggu fokus dan perhatian saya.

Pada prinsipnya, saya lebih memilih menerima kecemasan mereka itu dengan mempersiapkan diri saya sebaik mungkin, agar terbukti menghasilkan sesuatu yang baik, sehingga pada giliran berikutnya, kesuksesan saya menjadi omongan yang positif tetangga.

Sekalipun demikian, saya tidak akan memaksa tetangga untuk membahas hal yang positif tentang saya. Artinya, omongan tetangga itu selalu ada hubungannya dengan kebebasan orang, ya mau ngomong apa terserah saja.

Orang perlu juga tahu bahwa setiap omongan yang tidak baik, itu akan berdampak tidak baik pula pada diri sendiri. Percaya atau tidak silahkan dicoba. Kata memiliki kekuatan yang sangat besar memengaruhi kehidupan manusia.

Bobot dari omongan yang baik menghasilkan bibit kehidupan

Pada tahun 2006 saya pernah memiliki kerinduan untuk membuktikan kekuatan kata-kata atau kekuatan dari omongan lepas yang biasa. Kata orang bahwa menanam Mawar itu susah.

Dengan keyakinan yang saya miliki pada kekuatan kata, yang bisa memberikan kehidupan, saya mencoba mengambil setangkai Mawar yang baru saja dipangkas seorang teman di taman. Tangkai Mawar itu, ditanam di taman persis di depan pintu kamar.

Setiap pagi dan sore, Mawar itu disapa dengan kata positif, "Kamu hidup ya. Saya menunggumu, betapa indahnya jika suatu waktu, dari tangkaimu itu ada mekaran bunga yang indah."

Ternyata, cerita dan eksperimen kecil itu benar terbukti. Mawar itu hidup dan pernah beberapa kali berbunga. Pengalaman dan kenyataan itu, bagi saya adalah inspirasi tentang betapa omongan itu selalu punya dampak pada yang lain.

Tentu, penting bahwa omongan yang baik dan positif itu adalah bibit yang baik bukan cuma untuk diri sendiri, tetapi juga untuk tetangga dalam konteks apa saja. 

Demikian 4 bibit yang muncul dari bobot omongan tetangga. Pada prinsipnya, orang tidak bisa membatasi orang lain untuk membicarakan apa saja. Karena itu, dibutuhkan cuma kesadaran bahwa omongan tetangga tidak selamanya buruk, tetapi bisa juga positif. 

Ya, omongan yang bisa memperluas tema untuk diskusi dan perdalam persoalan-persoalan yang penting untuk kehidupan bersama. Bibit yang baik dari bobot omongan tetangga grup bisa menjadi motivasi dan penyemangat agar rencana dan persiapan diri atau kelompok menjadi lebih siap dan matang.

Orang perlu menjadi kritis dan bijak dalam menanggapi omongan tetangga. Jangan pula cepat menolak, jika memang terkesan keras dan buruk, tetapi orang perlu mengkaji dengan hati yang bening dan cara pandang yang bersih, terkait sisi-sisi gelap dan terangnya untuk kehidupan.

Salam berbagi, ino, 2.05.2021.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun