Gagasan tentang perempuan desa adalah juga perempuan Indonesia mesti menjadi pertimbangan pemerintah dalam rangka pemerataan perhatian terhadap kesehatan perempuan khususnya di desa-desa tertinggal.Â
Sebutan desa tertinggal akhirnya nyaman saja karena ternyata tidak bisa mengubah kesehatan perempuan di desa-desa. Desa tertinggal mestinya mampu menyedot perhatian lebih agar tidak lagi tertinggal dalam semua bidang, termasuk kesehatan perempuan.Â
Anehnya, istilah "desa tertinggal" itu masih saja disebut hingga sekarang. Tentu, bisa saja bahwa realitas ketertinggalan itu belum berakhir hingga sekarang. Nah, coba bayangkan kesehatan perempuan di desa-desa tertinggal.
3. Keadilan dan pembelaan perempuan
Tema kesehatan perempuan mestinya tidak begitu saja disepelekan atau hanya sekadar bicara tentang kesehatan perempuan dengan wawasan yang maju dan modern seperti di kota-kota besar di Indonesia. Betapa sangat tertinggal perempuan desa dalam banyak hal, teristimewa terkait kesehatan mereka.Â
Tokoh perempuan siapakah yang pernah bicara tentang ketertinggalan perhatian kesehatan perempuan di desa-desa tertinggal. Saya yakin belum ada yang mengarahkan perhatiannya untuk mengubah cerita kesehatan perempuan khususnya di desa-desa tertinggal.
Siapakah yang harus memberikan contoh jadi perempuan sehat untuk mereka? Ibunya gubernur, ibunya bupati, ibunya camat atau ibunya kepala desa?Â
Masih jarang dan benar-benar jarang kaum perempuan sendiri bicara tentang kesehatan mereka sendiri. Padahal, mestinya mereka punya peluang dan pengaruh sebagai ibu pejabat, yang bisa menggerakkan perempuan lainnya.
Oleh karena itu, saya pikir penting 5 hal ini agar kesehatan perempuan di desa-desa tertinggal bisa ditingkatkan:
1. Sorotan perhatian program desa tertinggal tidak hanya diarahkan kepada pembangunan infrastruktur desa, tetapi juga perlu ada program-program penyuluhan tentang kesehatan perempuan di desa-desa tertinggal.