Ada juga keyakinan yang muncul bersamaan saat ini, bahwa ternyata Tuhan menciptakan segala sesuatu itu baik adanya. Ada banyak sekali misteri ciptaan-Nya yang belum disingkap akal dan pengetahuan manusia
Akhir pekan musim semi, terasa menampakkan wajah yang lain saat membaca catatan kecil di papan pengumuman rumah komunitas tentang seorang teman yang digelari dengan Tomy Kocht Institut (TKI). Nama itu diberikan kepada seorang teman asal Kerala, India karena keterampilannya dalam memasak makanan khas India.Â
Tentu bukan nama sebenarnya, nama itu muncul di awal Maret 2020, ketika Institut yang merilis jumlah terinfeksi Covid-19 di Jerman itu bernama Robert Koch Institut (RKI).Â
Sejak waktu itu, nama RKI diubah oleh teman-teman untuk teman kami yang rajin memasak itu dengan Tomy Kocht Institut atau Institut Masakan Tomy.Â
Alasannya sederhana, antara koch dan kocht terdengar kemiripan bunyi. Kocht berarti memasak, kata kerja untuk orang ketiga. Tentu berbeda dengan Koch yang di Jerman dikenal sebagai nama famili, nama panggilan resmi mereka umumnya.Â
Hari ini, TKI kembali beraksi dengan keterampilan masakan khas Kerala, India. Meskipun hari masak yang direncanakan adalah hari ini, namun saya sudah melihatnya sibuk menyiapkan bahan masakannya sejak dari hari kemarin. Ia pergi membeli bumbu-bumbu dan bahan masakan yang diperlukan.Â
Bahannya sebenarnya sederhana sekali, paha ayam sejumlah anggota rumah tentunya, lalu beras untuk dimasak nasi. Selain beras dan daging ayam, ia mesti ke tokoh India atau tokoh Asia untuk membeli beberapa bumbu khas untuk masakan Biryani.
Nama Biryani bagi saya terdengar mirip dengan seseorang di Indonesia, ya mirip seperti Bu Yani, dan lain sebagainya. Nah, itu guyonan kami hari ini ketika ia sedang sibuk memasak.Â
Tentu biasa untuk orang Asia, jika dua tiga orang berkumpul selalu seru dengan cerita dan musik. Memasak masakan khas di dapur memang sungguh bisa dinikmati karena di sana musik India, lagu apa saja bisa diminta untuk didengar. Seru sih berteman dengan orang-orang India.Â
Meracik bumbu untuk masakan Biryani sambil mendengar kuch, kuch hota hai atau etwas, etwas geschieht atau something, something is happening benar-benar menjadi cerita indah di akhir pekan musim semi kali ini. Spontan Tomy juga bertanya ingin tahu lagu apa dari Indonesia yang seru untuk didengar dan bisa membuat suasana berubah penuh sukacita.Â
Saya langsung ingat lagu Gemu Fa Mi Re dari tanah kelahiran. Saya lalu mengajak teman India lainnya untuk menari khas Gemu Fa Mi Re di dapur. Gila gak, kalau tiba-tiba, datang teman orang Belanda atau orang Jerman melihat sukacita orang Asia seperti itu, memasak sambil menari.Â
Meskipun suasana berubah begitu seru ria, perhatian saya untuk mencari tahu apa saja bumbu masakan Biryani tidak terlewatkan. Ternyata Biryani yang begitu enak dan lezat itu karena bumbu-bumbu khasnya. Kalau nasi yang sama seperti nasi Asia atau nasi yang umumnya dimakan orang Indonesia di rumah makan Indonesia, cuma sedikit berbeda karena lebih kering.Â
Bumbu-bumbu unik yang menjadi kekhasan Biryani adalah sebagai berikut:
1. Kulit kayu manis
 Dari bumbu-bumbu itu terasa ada yang belum pernah saya rasakan bahwa bisa dimasak bersama sebagai satu masakan. Di Flores kayu manis tumbuh sendiri di hutan dan kulitnya bisa dimakan. Meskipun demikian, bagi orang India, kulit kayu manis bisa dijadikan sebagai bumbu masakan.Â
Kalau saya perhatikan tulisannya Abdul Haris Maulana dan Editor: Sakina Rakhma Diah Setiawan dalam Kompas (Senin, 2/11/2020), maka fungsi kayu manis itu sendiri ada 6 dan umumnya berguna untuk tanaman dan bukan secara langsung untuk manusia. Tentu, pengalaman dari masakan India hari ini menambah wawasan saya yang memang semenjak masa kecil dulu sudah sering makan kayu manis.
Kayu manis untuk kebanyakan orang Flores tergolong kayu yang unik dan dipakai sebatas untuk kebutuhan pengobatan tradisional, bahkan tidak lebih dari fungsi-fungsi lain untuk tanaman.Â
Karena itu, tema kayu manis menjadi baru sekurang-kurangnya untuk saya bahwa kayu manis memiliki 6 fungsi penting untuk tanaman plus satu fungsi baru untuk dijadikan bumbu masakan Biryani.Â
Saya agak terkejut sih sebenarnya karena setelah melihat di atas nasi ada seperti butiran-butiran yang hitam. Apa saja sih? Ternyata bunga cengkeh adalah bumbu penting yang dicampur secara bersama antara nasi, paha ayam dan bumbu-bumbu lainnya.Â
Bunga cengkeh dicampur dengan nasi? Di tempat saya banyak ditanam cengkeh, namun kami sendiri tidak pernah memasak makanan dengan campuran bunga cengkeh. Bunga cengkeh hanya untuk dikumpulkan, dijemur hingga kering, selanjutnya dijual.Â
Nah, dari pengalaman ini, saya merasakan betapa pentingnya perjumpaan dengan orang dari budaya lain. Saya sendiri sudah belajar tentang bagaimana menggunakan bunga cengkeh untuk masakan. Dan terlihat juga sedikit ada tangkai kecil dari cengkeh juga sih, yang kebanyakan orang di Flores tentunya tidak menggunakan itu untuk bumbu masakan. Ya, bisa saja itu dibuang atau jauh dari dapur masakan keseharian petani cengkeh. Sayang kan?
3. Daun Tej Patta
Daun ini bagi saya begitu unik terkait aromanya. Pada waktu makan siang, saya mendapatkan daun Tej patta. Karena dari keunikannya itu, saya menyimpannya sampai setelah makan untuk dibersihkan. saya membawa daun Tej Patta ke kamar saya.Â
Coba bayangkan sudah berulang kali saya mencuci dengan air panas dan mengeringkannya, namun aromanya tetap saja terasa, bahkan ngencang buanget gitu.Â
Lucunya bahwa tiga teman orang orang India yang serumah dengan saya tidak tahu apa namanya, bisa dimengerti sih karena jarang memasak dan hanya tahu bahwa rupa seperti itu adalah bumbu masakan.Â
Saya sangat yakin bahwa di Flores ada tumbuhan itu, cuma orang tidak tahu dan bahkan tidak pernah menggunakannya sebagai bumbu masakan. Fungsi untuk memberi aroma harum pada daging ayam dan nasi.Â
Saya akhirnya membayangkan andaikan benar ditemukan di Indonesia daun Tej Patta, maka terbuka kemungkinan bagi siapa saja untuk coba menggunakannya sebagai bumbu masakan. Lagi-lagi, betapa penting dan berartinya belajar dari keunikan orang lain, agar apa yang dianggap biasa di tanah sendiri berubah menjadi luar biasa.
4. Biji jambu mente
Biji jambu mente bagi saya sebenarnya sama sekali tidak unik karena di Flores banyak sekali ditemukan pohon Mente, bahkan harga Mente tidak selalu bagus. Kadang orang bisa menemukan biji Mente itu seperti terbuang di jalan, hanya menjadi makanan kelelawar.Â
sih memang enak dan renyah.Â
Kenapa sih, biji Mente ditempat saya itu tidak dipakai untuk diolah jadi bahan makanan, selain dijual dengan harga yang murah meriah? Bahkan hingga sekarang tidak tahu dibawa kemana dan dipakai untuk apa?Â
Pertanyaannya sederhana, mengapa tidak dipakai untuk masakan sendiri, ya dicampur dengan nasi. Benar-benar enak lho. Maaf. saya bilang enak, tidak pada saat saya benar-benar lapar. Kata orang sih, "kalau sungguh lapar, maka semuanya jadi enak."
Sedangkan bumbu yang lainnya saya kira itu biasa dipakai oleh kebanyakan orang Indonesia, seperti jahe, cabe, merica. Jadi, tidak perlu diulas panjang tentang yang biasa itu.Â
Singkatnya, daging ayam dimasak mirip seperti daging rendang, lalu ditambahkan bumbu khas potongan-potongan kayu manis, bunga cengkeh dan daun Tej Patta.Â
Setelah daging sudah matang, maka daging dengan campuran bumbu khas itu, dicampur kedalam suatu tempat yang besar, di mana nasi yang sudah ditabur dengan bawang goreng dibiarkan di atas potong daging atau paha ayam itu.Â
Menarik bahwa setelah itu sekitar 15-30 menit dimasukkan kedalam oven atau mikrowelle untuk dipanaskan secara bersama. Sungguh unik, mula-mula saya tidak bisa melihat daging ayam, karena daging ayam seperti disembunyikan atau ditutup dengan nasi.Â
Pada waktu itulah, Tomy datang mengatakan bahwa semuanya sudah dihitung, masing-masing dari kita pasti mendapatkan satu paha ayam. "Wow lumayan tu, paha ayam bule pu besar lai." Maaf ini cuma dialek Timor untuk mengungkapkan betapa enak dan lezatnya masakan Biryani. Apalagi, ditambah sambal Flores, kata teman India 'menjadi lebih enak lagi Biryani.'
Apa yang terjadi ketika ada hidangan enak dan istimewa?
Adalah keunikan orang Jerman untuk mengatakan mereka puas dan senang dengan masakan tertentu yaitu dengan mengucapkan terima kasih kepada orang yang memasak, dengan cara khas mengetuk meja berulang-ulang.Â
Nah, hari ini, setelah makan siang terdengar riuh dan gaduh karena ada ketukan panjang tanpa irama. Tentu alasannya karena masakan Thomy Kocht Institut yang begitu enak.
Malam hari tampak teman-teman kembali ke dapur untuk menghabiskan yang tersisa pada makan siang, dan beberapa teman masih juga mengetuk meja. Seru banget pokoknya, akhir pekan di musim Semi kali ini.
Pesan dari pengalaman hari ini yakni:
1. Makna dari perjumpaan dengan budaya lain. Â
Perjumpaan dengan budaya lain merupakan kesempatan indah dan bermakna. Ya, saat orang saling belajar dan berbagi bukan cuma soal berbagi bumbu, cerita dan pengalaman, tetapi berbagi rasa dan sukacita bersama.Â
2. Tumbuhnya rasa cinta pada alam
Saya sungguh menjadi begitu penasaran dengan daun Tej Patta. Saya yakin bahwa daun itu ada juga di Indonesia. Ada juga keyakinan yang muncul bersamaan saat ini, bahwa ternyata Tuhan menciptakan segala sesuatu itu baik adanya. Ada banyak sekali misteri ciptaan-Nya yang belum disingkap akal dan pengetahuan manusia.Â
3. Saling belajar, mencoba menemukan keunikan yang ada pada kebudayaan lain di tanah air sendiri adalah pekerjaan rumah (PR) seluruh penghuni Nusantara.Â
Demikian beberapa catatan tentang Biryani dan keunikan bumbu masakan India pada akhir pekan musim Semi hari ini. Semoga menginspirasi pencinta masakan khas Tanah Air.Â
Salam berbagi, ino, 18.04.2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H