Ya, ibarat manusia membangun rumahnya tidak di atas dasar pasir, tetapi di atas dasar batu sebagai tempat diam yang dinamakan rumah, tempat tinggal.Â
Demikian juga, Asplenium nidus membangun kehidupannya di atas dasar batu. Rumah tidak akan bertumbuh, tetapi Asplenium nidus itu adalah makhluk hidup yang bertumbuh, bahkan mengalami siklus hidup layaknya bunga-bunga lainnya. Mungkinkah kehidupan seperti itu terjadi?Â
Energi optimisme itulah yang bagi saya dipancarkan secara luar biasa dari keheningan alam di sekitar Asplenium nidus. Suatu keheningan alam yang menyuarakan begitu dahsyat tentang filosofi kehidupan.Â
Di sana ada riak-riak kecil air yang mengalir di atas hamparan cadas. Di sana ada pula riuh gemerisik suara daun-daun Kenari, ada pesona ranting-ranting hidup dan bahkan kicauan aneka burung di ketinggian pohon-pohon. Semuanya berpadu dalam keheningan air terjun Tiwu Awu dengan pesona istimewa kehidupan yang tidak biasa dari Asplenium nidus.
Pertanyaan yang masuk akal adalah, dari mana kehidupan bunga Asplenium nidus itu berasal? Kalau bunga di taman, maka kehidupannya pasti terjamin dari tanah tempat tumbuhnya. Namun, tentu berbeda dengan Asplenium nidus, yang hidup di atas batu.
 Ada Asplenium nidus adalah bunga yang murah karena tanpa harus membeli tanah yang subur atau memiliki humus yang cukup? Tentu tidak.Â
Hal ini karena berdasarkan penelusuran pribadi saya, harga dari Asplenium nidus atau Nestfarn ini senilai 7,90 euro, atau senilai 134.300 rupiah. Mahal bukan? Di satu sisi, bunga Asplenium nidus pada kenyataannya mahal sekali di Jerman, namun pada sisi lainnya di Flores sama sekali tidak ada harganya bahkan untuk hidupnya saja, kenyataanya unik sekali, ya bisa hidup di atas batu.
Nah, tentu bukan menjadi kendala orang yang menyukai bunga Asplenium nidus, karena yang dibutuhkan sebenarnya bukan pertama-tama tanah, tetapi batu. Suatu keunikan luar biasa. Meskipun demikian keunikannya, tentu tidak begitu saja dianggap gampang untuk merawat bunga itu.
Filosofi kehidupan bunga Asplenium nidus menimbulkan saya bertanya-tanya dari mana sebenarnya hidup itu? Saat saya memandang dari dekat pada bagian tengah dari mekaran daun-daun hijau Asplenium nidus, tertampung cuma daun-daun kering yang jatuh dari pohon-pohon yang tinggi di atasnya.
Mungkinkah kehidupan berasal dari daun kering? Terasa mustahil bukan?Â