Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

"Lho Kamu To, Bukannya Si B?"dan 5 Cara Menepis Pikiran Negatif tentang 'Anak Bawang'

14 April 2021   04:34 Diperbarui: 16 April 2021   00:53 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Miliki keterbukaan pada proses dan tantangan di lapangan, maka 'anak bawang' pun bisa menjadi orang yang dipercaya."

Lho kamu to, bukannya si B? Pertanyaan ini adalah pertanyaan nyata yang pernah saya dengar sendiri pada saat fresh graduate.  Pertanyaan itu berkaitan dengan penugasan pertama setelah lulus kuliah. 

Ya, siapa sih yang tidak merasa terganggu dengan pertanyaan itu? Bayangkan saja, ketika Anda ditugaskan pada suatu anak perusahaan berdasarkan penugasan resmi dari Direktur utama. Kemudian ketika Anda pertama kali menginjakkan kaki pada anak perusahannya itu, oleh pimpinan cabang di depan pintu, langsung berkata, "Lho kamu to, bukannya si B? Bagaimana perasaan Anda?

Rasa heran setelah mendengar pertanyaan itu, tentu wajar. Apakah tidak ada kepastian informasi tentang penugasan itu sebelumnya? Saya juga tidak tahu tentang, mengapa pertanyaan itu bisa ada. Saya hanya mau mengatakan bahwa kemungkinan pertanyaan konyol seperti itu bisa saja ada di mana saja dan kapan saja. Nah, bagaimana saya hadapi pertanyaan itu, tentu merupakan tantangan pertama setelah fresh graduate.

Ada 3 hal yang saya mengerti dari pertanyaan di atas: 

Pertama, kehadiran saya tidak sesuai agenda atau tidak sesuai dengan harapan. Saya menangkap arti dibalik pertanyaan itu waktu itu bahwa mungkin sebelumnya ada rencana orang lain yang bertugas di anak perusahan itu dan bukan saya. Kemudian atas pertimbangan tertentu, perubahan dilakukan oleh direktur utama, bisa saja tanpa sepengetahuan direktur cabang perusahaan itu. 

Nah, itu kan bukan urusannya saya. Yang penting bagi saya adalah bahwa saya diterima dan siap bekerja di sana. Bagaimanapun juga, pertanyaan itu sudah bisa mengganggu saya secara psikis. Untungnya bahwa saya memiliki cara pikir lain bahwa penempatan tenaga kerja itu bukan tanggung jawab saya, melainkan orang lain atau direktur utama. 

Kedua, saya belajar menerima bahwa mempertanyakan apa saja itu adalah bagian dari cara orang berfilsafat. Pertanyaan "Lho kamu to, bukannya si B?" merupakan bagian dari metode untuk menguji seberapa rasa percaya diri terkait bidang kerja di satu sisi, dan seberapa besar ruang keterbukaan dalam hati saya untuk menerima pertanyaan-pertanyaan tidak terduga dalam dunia kerja. 

Ketiga, Lho kamu to, bukannya si B? Adalah bagian dari tantangan dunia kerja khususnya bagaimana mempercayai orang lain untuk suatu tugas tertentu. Pada waktu itu, saya betul menyadari diri sebagai anak bawang yang betul-betul tidak punya banyak pengalaman dalam dunia kerja. Suatu kesadaran tentang Anak bawang menjadi begitu penting pada saat itu agar menjadi lebih siap sebelum mulai bekerja.

Dalam tulisan ini, saya ingin membagikan pengalaman pribadi, bagaimana mengubah keraguan hingga menjadi suatu tim kerja yang kompak dan dapat dipercayai.

1. Membiarkan diri dibawa tuntunan pimpinan

Pengalaman saya telah membuktikan bahwa sebagai orang baru di sebuah perusahan yang dalam tanda petik sudah diragukan atau tidak diharapkan daripada kehadiran orang lain, maka pilihan untuk siap berkolaborasi dengan pimpinan adalah keputusan yang penting. Sederhananya saya harus menunjukkan respek positif terhadap visi pimpinan. Mau tidak mau saya perlu belajar masuk ke dalam proses adaptasi diri dalam suasana kerja dan belajar mengenal visi perusahaan atau pimpinan. 

Poin tentang membiarkan diri dibawa tuntunan itu bukan saja dalam konteks jam resmi kerja, bahkan saya berjuang untuk lebih dari itu. Ya, saya belajar masuk  kedalam masa orientasi kerja sambil belajar tentang situasi dan karakter orang-orang yang saya jumpai.

2. Bertanya dan menjadi teman diskusi

Menyiapkan diri untuk bekerja sebagai tim yang solid dan akur bersama dengan teman kerja dan pimpinan adalah hal yang sangat penting. Saya berusaha hadir sebagai anak bawang yang masih harus belajar dari senior. Karena itu, bertanya dan berdiskusi adalah peluang yang baik untuk saling mengenal. Hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai anak bawang harus disadari bahwa tidak bisa langsung mulai dengan mengkritik dan menawarkan ide-idenya. Anak bawang di dunia kerja sama dengan harus banyak belajar dan menyesuaikan diri dengan sistem yang sudah ada atau sedang berjalan. Bukan atau sama sekali tidak dianjurkan menjadi seorang pengkritik karena secara teoritis tidak tepat di lapangan. 

Menjadi teman diskusi itu bukan saja terkait dunia kerja, terkadang juga bisa masuk sampai ke hal lainnya. Ya, perlahan-lahan buah dari anak bawang yang rendah hati mau belajar menyesuaikan dirinya adalah ia mendapatkan kepercayaan. Rasa cocok mulai tumbuh, sedangkan rasa cecok semakin menjauh. 

3. Menawarkan alternatif solusi ketika diminta atau diberikan kesempatan

Namanya saja alternatif, ya alternatif dari anak bawang, jadi benar-benar tanpa paksaan , bahkan sudah siap alternatif itu tidak diterima. Saya sendiri tidak punya beban apapun ketika menawarkan solusi alternatif ketika dalam suatu kesulitan. Sebaliknya, jika yang senior memiliki alternatif lain, saya menjadi fleksibel untuk coba mendukung tawaran mereka. Pada prinsipnya, dalam suasana diskusi yang terbuka, saya mulai mengutarakan gagasan saya terkaitan solusi dalam kesulitan sekalipun tidak dipakai. 

Hal seperti itu penting, karena kadang tawaran alternatif`anak bawang bisa juga tepat, namun karena anak bawang kadang pengaruhnya tidak kuat mempengaruhi yang lain atau dianggap belum memiliki banyak pengalaman, jadi mudah diabaikan. Meskipun demikian, ketika kemudian ternyata alternatif lain itu gagal, maka mereka akan melihat dan mengakui lagi alternatif dari anak bawang. Jadi, penting di sini perlu ada keberanian untuk mengungkapkan gagasan pribadi pada saat diminta atau diberikan kesempatan. 

4. Memerhatikan kedisiplinan kerja

Kedisiplinan itu selalu penting dalam dunia kerja. Jangankan 'anak bawang', yang senior pun dituntut untuk memiliki kedisiplinan diri. Setia dalam kedisiplinan bisa saja mengubah keraguan atau bisa menjadi kredit point yang positif untuk memperoleh penerimaan dan kepercayaan dari pimpinan. Adalah sangat menguntungkan, jika saja pimpinan sendiri tidak disiplinan, sedangkan nak bawang tetap menjadi disiplin tanpa komentar dan koreksi pada pimpinannya. 

Lama-lama kelamaan pimpinan sendiri akhirnya menyadari bahwa terkait kedisiplinan ia harus akui teladannya adalah nak bawang. Dalam perjalanan waktu, sebenarnya kata-kata awal seperti ini "Lho kamu to, bukannya si B?" disadari sebagai signal yang bagus agar nak bawang waspada dalam banyak hal, termasuk di dalamnya soal bagaimana supaya memperoleh kepercayaan. 

5. Tumbuhnya kesan bahwa anak bawang memiliki integritas

Integritas yang saya maksudkan di sini adalah kejelasan sifat dan kualitas kerja anak bawang. Anak  bawang yang sanggup menunjukkan kemampuan kerja yang berguna dan positif untuk jalannya perusahaan atau suatu lembaga.  Integritas itu tidak bisa didapat begitu saja tentunya. Anak bawang tentu harus memiliki kesadaran sejak awal bahwa kerja yang jujur dan berkualitas, kreatif dan mampu bersinergi secara baik dengan yang lainnya merupakan kriteria awal untuk sampai pada apa yang namanya kerja anak bawang sungguh berkualitas dan layak disebut memiliki integritas.

Puncak dari pencapaian lima hal di atas adalah akhirnya sebuah pengakuan bahwa ternyata yang semula diragukan itu, kini ia memiliki kredibilitas. Ya, perihal dapat dipercaya itu tidak datang serta merta. Dengan lain kata, sebenarnya wajar kalau pada awal masa kerja sebagai anak bawangselalu diragukan. Kredibilitas itu diperoleh setelah melalui proses dalam suatu dinamika yang nyata. 

Nah, pernah dengar kan kata-kata ini, pengakuan itu selalu datang kemudian? Itulah kenyataan pengalaman saya selama dua tahun dulu. Meskipun demikian, semua itu telah berubah menjadi suatu pengalaman yang sangat berarti bagi hidup saya saat ini. Penting bahwa orang tidak boleh menolak proses, tetapi mengikuti proses sambil terus belajar dari situasi konkret yang dihadapi sehari-hari, bertanya dan diskusi, mendengarkan dan tawarkan solusi, jujur dan disiplin. Keraguan akan berubah pada waktunya, saat Anda terbukti di lapangan bisa bekerja dengan baik. Bukan dengan menunjukkan ijazah lho. Ijazah yang diperoleh setelah fresh graduate memang penting memenuhi persyaratan untuk diterima dalam dunia kerja, namun bukan satu-satunya. 

Oleh karena itu, saya menggarisbawahi hal ini sesuai pengalaman pribadi saya: "miliki keterbukaan pada proses dan tantangan di lapangan, maka nak bawang pun" bisa menjadi orang yang dipercaya."

Salam berbagi, ino, 14.04.2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun