Daya dari hukum mesti bisa menyatukan manusia untuk hidup dalam Firdaus kedamaian dan kerukunan.Â
Namun, Firdaus seperti itu tidak boleh dibangun hanya oleh kekuatan rasional manusia, tetapi mungkin juga dengan keyakinan akan energi alam di mana manusia hidup dan berpijak.
Cerita tentang hubungan persaudaraan dengan saudara dari ibu tiri selalu merupakan kisah yang tidak bisa dipandang sederhana. Sebutan ibu tiri saja sudah punya konotasi yang bermacam-macam, bahkan sebagian orang langsung berpikir negatif.Â
Nah, apalagi tentang anak dari ibu tiri. Bayangkan tentang kesulitan, konflik dan perselisihan dalam rumah dengan punya banyak anak. Banyak anak tentu punya konsekuensi logisnya, juga banyak kepentingannya.Â
Apa saja akar dari sibling rivalry dan bagaimana mengatasinya?
Bicara tentang kepentingan, itu sebetulnya masih terlalu umum, konkretnya terkait warisan dan pembagian hak yang adil antara anak dari istri pertama dan istri kedua. Umumnya anak dari istri pertama selalu merasa punya hak otomatis karena merasa hadir lebih dahulu di rumah.Â
Rasa lebih memiliki sang ayah, rasa punya andil lebih dari anak istri kedua selalu menjadi rasa yang memicu perselisihan.Â
Pengalaman konkret keluarga saya sungguh tidak mudah, yakni ketika sang ayah meninggal dunia sedangkan anak dari istri pertama dan anak istri kedua sama-sama besar dan punya keinginan mendapatkan warisan yang sama.Â
Sungguh tidak mudah untuk kasus yang satu ini. Â Saling mengancam, bertengkar dan berontak selalu menjadi warna dari perselisihan mereka.Â
Saudara yang paling tua dari istri pertama tentu tidak bisa mengalah begitu saja, sementara saudara dari ibu tiri juga tidak mau mengalah. Landasan argumen mereka sama, semua itu warisan sang ayah, kenapa saya gak boleh dapat?