Sekarang terbersit rencana, pada liburan yang akan datang, saya akan mencoba membawa biji bunga itu untuk selanjutnya coba ditanam di Jerman. Kalau Putri malu saja punya harga, apalagi bunga Merremia vitifolia.Â
Saya mengangkat bunga Merremia vitifolia dalam kaitan dengan nyanyian Jenda dari suku Paumere ini karena hubungan fungsi "pemersatu" yang biasa dipakai oleh masyarakat setempat.Â
Nyanyian Jenda adalah juga nyanyian yang mempersatukan masyarakat adat ketika saat panen itu tiba. Dan kebetulan sekali bunga Merremia vitifolia pertama kali saya dokumentasikan dari wilayah Ndeturia tempat video panen itu dibuat.
Ini bukan suatu kebetulan, tetapi suatu kenyataan hubungan antara kehidupan masyarakat tradisional dengan alam yang masih bisa ditemukan makna dan pesannya.Â
Saya akhirnya percaya bahwa tidak ada peradaban dan warisan tradisi serta kekayaan alam yang bisa dikenal lebih luas tanpa ada dokumentasi, tulisan dan tafsiran.Â
Demikian beberapa ulasan singkat tentang kekhasan warisan tradisi adat suku Paumere di wilayah Kabupaten Ende, NTT. Sebuah nyanyian tradisional yang belum pernah dipromosikan, namun punya makna sekurang-kurangnya untuk masyarakat setempat.Â
Sebuah warisan tradisional dari leluhur mereka yang tetap dijaga dan diwariskan dari generasi ke generasi, meskipun badai perkembangan dan kemajuan zaman di depan mata dan hidup berdampingan. Sebuah nyanyian tradisional di tengah keindahan alam, ya sebuah kidung cinta petani tradisional yang dihiasi bunga Merremia vitifolia.
Ada keajaiban lain dari cerita warga yang terbaru setelah membaca tulisan ini adalah bahwa ranting bunga Merremia vitifolia berguna untuk menangkap piton liar di hutan.Â
Merremia vitifolia bagaikan pawang ajaib yang mampu menjinakan piton liar dengan mudah. Piton seakan tidak berdaya jika diikat dengan ranting Merremia vitifolia.Â
Sementara itu, sisi yang sulit dipahami akal manusia bahwa ranting Merremia vitifolia bisa juga ibarat tali ajaib yang bisa digunakan untuk menarik kendaraan yang tertanam di lumpur.Â