Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Embezero, Perempuan Misterius dan 5 Visi Pendidikan bagi Anak Perempuan Flores

3 April 2021   01:47 Diperbarui: 3 April 2021   01:56 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Embezero adalah nama seorang perempuan dalam cerita tentang runtuhnya Kampung Mbari. Baca di sini: Membongkar Misteri Kampung Mbari. Kampung Mbari adalah kampung tua yang saat ini tinggal puing kenangan, batu-batu fondasi. Kampung dengan memiliki sudut 5 dan tujuh tingkat itu hancur pada saat kedatangan seorang perempuan bernama Embezero. 

Sejak kecil saya sudah mendengar cerita Embezero dari Oma dan Opa saya. Bahkan terakhir pada tahun 2006, saya pernah merekam cerita itu dari orang yang tertua dan pernah mengalami pada masa kecilnya kampung tua itu masih belum ditumbuhi pohon-pohon. Rekaman audio itu sudah hilang, namun tulisan dan nama Embezero telah saya perjuangkan untuk menjadi populer dikenal masyarakat di sana. 

Saya pernah memiliki blog dengan nama Embezero, pernah menulis cerita itu, di beberapa blog pribadi bernama Wasi, dan juga suarakeheningan.de. Meskipun demikian, pada kesempatan ini, saya ingin mengulas secara lebih spesifik lagi cerita itu dalam kaitannya dengan anak perempuan. 

Figur perempuan Embezero dan caranya mengungkapkan kebenaran itulah yang unik. Agar ulasan ini jelas dan bisa dimengerti dengan baik, maka saya menyusunnya dalam kerangka sederhana seperti ini. 

Cerita tentang Embezero 

Ada pasangan suami istri yang hidup di wilayah Mbari dan Mbuja. Mbari dan Mbuja adalah bentangan wilayah perbukitan yang berada di wilayah desa Kerirea, Nangapanda, Ende, Flores, NTT. Mbari dan Mbuja konon dihuni masyarakat suku Paumere. Mereka hidup dalam sistem masyarakat tradisional, bergantung sepenuhnya pada alam. Masyarakat penghuni kampung Mbari dan Mbuja rupanya belum mengenal pasangan misterius suami istri yang juga hidup di wilayah mereka. 

Masyarakat Tradisional itu hidup dari berladang, untuk menanam padi, jagung, kacang-kacangan yang disertai dengan ritual adat masing-masing. Suatu waktu seorang warga kampung Mbari membuka ladang ya di pinggir kali bersebelahan dengan sekarang dikenal sebagai Tiwu Awu. Padi, jagung dan kacang-kacangan tumbuh subur. Meskipun demikian, tiba-tiba pemilik kebun itu menemukan jejak aneh di dalam kebunnya. Ada indikasi yang mencurigakan seperti suatu binatang atau sejenis monster yang memakan hasil tanamannya. Ia melihat ada lendir yang berceceran pada batang padi dan jagung yang telah dimakan makhluk itu. 

Di mata pemilik kebun itu cuma ada satu pikiran. Hal seperti itu adalah hama yang merupakan hasil tanamannya. Karena itu, ia membuat suatu jerat tradisional dengan nama Senda. Jeratan seperti saya pernah lihat modelnya dan sistem kerjanya seperti apa. Jeratan tradisional itu menggunakan kekuatan tegangan statis dari belahan bambu, yang diregangkan sebegitu kencang dengan tali, lalu di bagian bawah dibiarkan terbuka dengan satu titik sensitif dibiarkan sengaja. Jika apa saja yang melalui bagian yang terbuka itu dan menggeser titik sensitif itu, maka tarikan kencang akan terlepas dan tersisa adalah jepitan bambu dengan beban yang sangat berat di bawahnya. 

Jeratan itu, sebenarnya bagian dari teknologi senjata tradisional dari bambu. Beberapa Jeratan itu dipajang, namun selalu saja melesat, tidak membuahkan hasil. Mengapa? Rupanya monster itu selalu meloloskan dirinya karena menggunakan zat pelicin yang dimiliki tubuhnya. 

Kekecewaan pemilik ladang tidak bisa tergantikan, niat untuk menangkap monster itu tidak terbendung lagi. Selanjutnya, ia membuat sekali lagi, namun dengan Strategi baru, ia menaburkan pada area jeratannya Abu dapur, sisa dari pembakaran kayu. Abu dapur itu bisa menetralisir zat pelicin dari monster itu. Apa yang terjadi, suatu hari tertangkaplah seekor belut yang sangat besar, ya monster air. 

Tempat diam monster air (Sawijawa).dokumen pribadi.ino
Tempat diam monster air (Sawijawa).dokumen pribadi.ino
Monster air itu dipikul oleh beberapa orang. Mereka membawanya ke kampung Mbari. Suasana kampung langsung berubah, ibarat pesta pora. Sukacita luar biasa. Semua warga kampung akhirnya sepakat memasak monster itu di tengah kampung dan menyediakan semacam suatu perjamuan bersama dengan semua warga kampung. 

Ketika mereka sedang memasak potongan-potongan monster itu, datanglah seorang perempuan berpakaian adat Ende bersama dengan seekor anjing. Ia datang dan serta merta mengajukan pertanyaan, "kamu semua masak apa?" Jawab mereka, "Kami masak daging belut yang kami tangkap." Kata perempuan itu, " Itu suami saya." pertengkaran pun terjadi, masyarakat protes, "Bukan, bukan itu belut." Perempuan itu tetap membantah, itu suaminya dan bukan belut. Ia memperkenalkan dirinya dan nama suaminya, " Aku adalah Embezero dan suamiku bernama Sawijawa." Masyarakat tetap saja tidak mengakui bahwa yang tertangkap itu adalah seorang manusia, karena nyata itu adalah seekor belut. Perempuan itu, akhirnya membuat suatu sumpah untuk membuktikan kebenaran dari perselisihan itu, katanya," Jika dia ini benar suamiku, maka kampung ini akan hancur dalam tutur asli masyarakat suku Paumere, "Mbari mbapi, Mbuja mbura." Atau kampung Mbari akan terbagi dua dan kampung Mbuja akan terbakar hangus." Warga pun setuju untuk membuktikan kebenaran. Setelah Embezero mengucapkan itu, ia membalikkan badannya, lalu menaruh seperti menusuk konde pada rambutnya, sekejap pula gemuruh kehancuran tiba. Kampung Mbari terbagi dua, dan kampung Mbuja terbakar hangus. Embezero lalu menghilang entah ke mana. Ya, dia adalah perempuan misterius yang ada di sana.

Di puncak kampung Mbuja.dok.pri.ino
Di puncak kampung Mbuja.dok.pri.ino
Sejak waktu itu, warga melarikan diri meninggalkan kampung itu. Puing terbelahnya kampung itu masih bisa dilihat dan itulah alasannya mengapa dinamakannya Tiwu Awu. Suatu genangan air dengan sisa-sisa debu putih seperti debu Abu dapur masih tetap dilihat hingga sekarang. Bahkan ada pula wajah manusia pada dinding batu yang merupakan bagian dari pecahan kampung Mbari. Dan sebuah batu yang berbentuk manusia tidur di tengah Tiwu Awu.

Batu berbentuk manusia tidur di tengah Tiwu Awu pada sisi yang terbagi dua, setelah sumpah Embezero.dok.pri.ino
Batu berbentuk manusia tidur di tengah Tiwu Awu pada sisi yang terbagi dua, setelah sumpah Embezero.dok.pri.ino
Pada tahun 1987, saya pernah ke tempat itu bersama ayah saya dan beberapa orang lain, terlihat ada begitu banyak sekali belut yang berkeliaran di pinggir Tiwu Awu. Pesona air terjun dengan energi mistik memang tidak tergantikan hingga sekarang. 

Berikut ini ada  5 peran Embezero, perempuan misterius itu yang sekaligus menjadi gagasan tentang visi pendidikan bagi anak perempuan Flores.

1. Pejuang perempuan yang pro kehidupan 

Embezero bisa menjadi referensi cerita tentang seorang pejuang kebenaran. Ia adalah Pejuang perempuan yang menentang pembunuhan. Personifikasi seekor belut, monster air itu sebagai seorang suami atau seorang pria memberi ruang refleksi pada hubungan intim antara manusia dan alam. Bahkan hubungan antara manusia dan alam itu masih merupakan misteri, yang belum tuntas dipahami manusia atau bahkan ilmuwan. Mengapa Embezero, perempuan misterius itu datang sebagai seorang perempuan dan mengakui bahwa belut besar itu sebagai suaminya? Bagaimana mungkin ada suatu perkawinan antara manusia dan seekor belut itu terjadi? Atau apakah belut itu adalah reinkarnasi dari seorang pria atau suami dari Embezero. Mungkinkah dia yang telah mengorbankan dirinya itu sebagai tokoh mistik yang membuka pesona hubungan manusia secara sadar dan baru terkait kehidupan manusia, perempuan dan alam? 

Semua pertanyaan bisa diajukkan, namun untuk memperoleh jawaban yang tepat, rasanya sungguh tidak mudah. Bahkan pertanyaan-pertanyaan itu tidak akan menemukan jawabannya. Satu hal yang jelas bisa ditangkap dari cerita itu adalah bahwa Embezero mengajukan protes terhadap pembunuhan, apapun alasannya. Protes Embezero bisa menjadi relevan saat ini, tentu kalau dihubungkan dengan Zakiah Aini atau juga terkait dengan pelaku bom bunuh diri di depan gereja Katedral Makassar. Mengapa Embezero protes? Point tentang keberpihakan pada kehidupan adalah hal mendasar yang muncul dari cerita Embezero. Karena itu, perempuan sebenarnya dipanggil untuk mengajukan protes melawan tindakan pembunuhan. 

Konteks pendidikan anak perempuan mestinya perlu memperhatikan aspek pro life itu. Anak perempuan bukan saja kriteria IPK setinggi IPK Zakia, tetapi pemahaman dan rasa cinta pada kehidupannya sendiri dan orang lain, mesti harus menjadi prioritas dari pendidikan umumnya dan anak perempuan khususnya. Karena dari rahim perempuanlah akan datang kehidupan baru dan masa depan.

2. Pejuang tata krama bercorak khas budaya

Embezero datang memasuki kampung Mbari dengan menggunakan pakaian adat Ende, Zawo Zambu atau sarung dan baju khas untuk perempuan asal suku Ende-Lio. Penampilan seperti itu tentu punya kandungan pesannya sendiri. Pesan tentang budaya sopan santun atau tata krama dalam kehidupan dan perjumpaan dengan orang lain. Nilai kultural seperti itu, masih sangat kuat dipelihara oleh masyarakat adat di Flores, NTT. Tidak heran ada konsep tentang kesopanan selalu dikaitkan dengan pakaian adat yang khas. Kesopanan itu lebih ditekankan pada bagaimana penampilan fisik anak perempuan. 

Tidak heran bahwa anak perempuan pada musim liburan akan kembali ke kampung halaman mereka dan ketika di sana mereka mengenakan pakaian adat mereka layaknya gadis desa. Anak perempuan dalam lingkup budaya khas sebetulnya terkesan sopan, jika mengenakan motif khas budaya Zawo zambu, apalagi pada momen pesta adat. Hal ini, tidak berarti masyarakat adat itu anti kemodernan dan anti perkembangan, tetapi justru sebaliknya mereka mempertahankan keaslian budaya mereka yang unik pada momen-momen tertentu untuk dikenang dan direnungkan. Sedangkan pada momen lainnya, mereka bisa menjadi sama dengan anak-anak lainnya dalam tata cara berpakain. 

Jadi, poin penting di sini adalah pesan khas tentang tata krama dari Embezero untuk anak perempuan: Pendidikan anak perempuan, mesti juga harus memperhatikan pendidikan nilai, ya tentang tata krama pergaulan, tutur kata dan cara berpakaian. 

3. Pejuang kebenaran

Embezero, perempuan misterius itu hadir di tengah kampung Mbari dan dengan berani menunjukkan kebenaran dengan caranya yang unik. Ia adalah perempuan yang komunikatif. Ia membangun komunikasi dan dialog dengan mengajukan pertanyaan. Bahkan ia meminta kejujuran dan pengakuan masyarakat. 

Namun, ada dimensi yang sulit diterima masyarakat pada waktu itu, bahwa bagaimana mungkin seorang perempuan tidak dikenal datang mengakui sebagai istri dari belut, monster air itu. Embezero adalah pejuang kebenaran di tengah penyangkalan atas kehidupan. Ia berjuang demi cintanya pada sang suami, Sawijawa. Puncak dari diskusi tentang apa itu kebenaran, dibuktikannya melalui fenomena alam. Pada saat itulah, terlihat hubungan antara kata-katanya dan alam dalam visinya untuk menyatakan kebenaran kepada orang lain. Alam telah membuktikan kebenaran kata-kata sang Perempuan, Embezero. Dengan kata lain, ada nilai pendidikan yang dibawa Embezero pada saat itu. Ya, nilai pendidikan tentang kejujuran. Ya, katakan ya, tidak katakan tidak. Berapa banyak perempuan Indonesia yang berani berkata jujur tentang kebenaran dan penyangkalan nilai-nilai kehidupan di negeri ini? Dalam hal ini, Nikita Mirzani masuk dalam kategori perempuan berani versi netizen belakangan ini.

4. Pejuang kebebasan kaum perempuan

Pendidikan kejujuran ala Embezero ini tentu tidak mudah, apalagi bagi anak perempuan Flores, yang umumnya hidup dalam budaya matrilineal (kecuali suku Ngada). Perempuan terkesan tidak memiliki tempat penting dalam menyatakan niat, kehendak dan pendapat, bahkan juga terkait dengan menyatakan kebenaran. 

Dalam hal ini, Embezero adalah juga pejuang bagi kaum perempuan Flores, agar anak perempuan memiliki kebebasan untuk menyatakan pendapat dan pilihan hidup mereka. Mungkin kekuatan kata-kata kaum perempuan akan jauh lebih dahsyat membawa perubahan, jika dilandasi dengan kejujuran dan kebenaran. Aneh juga kan, di Flores sepertinya belum pernah ada perempuan yang menjadi bupati. Apakah mungkin suatu saat tokoh perempuan bisa mengubah Flores menjadi lebih baik? Mengapa tidak? 

Ketidakmungkinan itu kadang hanya diakui oleh orang yang tidak pernah berani menjadi beda. Karena itu, saya pikir bahwa jika pendidikan anak perempuan Flores lebih diperhatikan lagi, maka bukan tidak mungkin suatu saat pimpinan pemerintahan akan berada di tangah perempuan. Eksotisme tenun Flores itu karya tangan perempuan Flores, bukan karya tangan laki-laki Flores. Sorotan seperti ini, tentu dengan tujuan agar pendidikan anak perempuan Flores harus lebih diperhatikan. Bisa jadi refleksi tentang figur misterius Embezero menjadi semacam celah yang membuka ruang diskusi untuk menembus ruang clausura matrilineal perempuan Flores. 

Sebagai penulis, saya mengangkat cerita Embezero dengan maksud agar perempuan Flores bangkit berpikir kritis dan berani protes pada ketidakadilan budaya yang tidak direfleksikan secara mendalam dan berakar pada cerita rakyat. Embezero tampil untuk meniup gelora perjuangan anak perempuan Flores untuk menikmati pendidikan dengan visi berpihak pada kebenaran dan kehidupan, maaf bukan bunuh diri. 

5. Pembawa berkat dibalik kutukan

Sumpah Embezero untuk menegakkan kebenaran pada waktu itu berdampak seperti sebuah kutukan. Terbelahnya tanah kampun Mbari dan terbakar kampung Mbuja dengan jarak antara keduanya hampir 7 km harus dikatakan itu bukanlah hal yang  biasa. Mungkin lebih tepat dikatakan sebagai suatu bencana alam. Namun, itu bukan karena bencana alam, tetapi bencana penyangkalan atas kebenaran dari sumpah seorang perempuan, Embezero. Semua penghuni kampung Mbari dan Mbuja lari meninggalkan kampung mereka dan itu terbukti hingga sekarang, kedua kampung itu tinggal puing dan batu-batu penopang rumah tradisional yang tersisa. Ya, sebuah kutukan yang mengerikan tentunya. 

Ke mana orang-orang itu sekarang, tidak ada yang tahu secara pasti, yang ada cuma hingga sekarang masih saja ada warga suku Paumere yang hidup di antara dua kampung bersejarah itu. Sebagian besar masyarakat suku Paumere itu hidup dari hasil garapan tanah sejarah yang pernah dianggap kutukan Embezero. Benarkah itu tanah kutukan? Pernyataan kebenaran oleh Embezero sebenarnya bukan merupakan kutukan, tetapi sebaliknya adalah berkat. Sebagian besar masyarakat suku hidup dari tanah sejarah itu. Dari tanah itu, masyarakat bisa menanam apa saja, ya suatu kesuburan yang luar biasa. Dari bencana itu, muncul mata air seperti mata air Ae Puu, Ae Nata. Kedua mata air itu berada persis dalam bentangan wilayah yang terbelah dari kampung Mbari sampai ke kampung Mbuja.

Dari pecahan deretan bukit itu, muncul kesuburan dan kehidupan. Masyarakat suku berkembang dan bertumbuh subur, hingga menyebar ke seluruh Indonesia. Satu hal yang mengagumkan bahwa dari tanah sejarah itulah, muncul hasil pertanian yang luar biasa besar dalam jumlahnya. Ada deretan ribuan pohon kemiri di sana, kelapa, ada pisang, cengkeh, kakao, kopi, merica, cabe, rambutan, srikaya, nangka, jambu mete dan beberapa jenis tanaman umur panjang lainnya. Ya, suatu bentangan tanah yang subur dan memberikan kehidupan.

Semula yang dianggap kutukan dari mulut perempuan misterius, Embezero itu, lahirkan sekarang kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Tentu dibutuhkan keberanian luar biasa untuk percaya, dari mulut perempuan lahir pula kehidupan dan kesuburan. Ya, tentu dari mulut perempuan itu datanglah berkat kelimpahan. Ini tidak mudah, butuh kemampuan untuk mengubah perspektif. Suatu perspektif baru tentang pentingnya pendidikan anak perempuan dalam kehidupan masyarakat dan peranan mereka dalam tata kehidupan ekonomi masyarakat. 

Arti sebuah nama 

Selain  cerita dan peran Embezero, dalam tulisan ini akan diulas juga mengenai pencarian arti nama dua manusia misterius itu. Semula merupakan pertanyaan yang tidak terjawab tentang apa arti nama Embezero dan Sawijawa. Tidak ada satu orangpun yang bisa menjelaskan arti nama keduanya. Meskipun demikian, kerinduan saya untuk tahu dan merefleksikan kisah itu selalu saja ada dan berulang kali saya berjuang untuk mengerti apa pesan kisah itu dan apa arti nama mereka. 

Dalam suatu kesempatan saya menulis buku tentang Suku Paumere, meskipun masih dalam proses hingga sekarang, saya akhirnya terbawa kepada suana hening sendiri untuk merenungkan nama keduanya. Saya sendiri tidak tahu siapa sebenarnya Embezero dan Sawijawa. Saya hanya mendengar nama itu dari bunyinya saja. 

Waktu itu saya mulai menulis nama keduanya sambil bertanya dalam hati. Apa arti nama mereka? Inspirasi dari permenungan itu adalah sebagai berikut:

Pertama, Embezero. Setelah saya menulis nama itu, saya melihat seperti ada suku kata yang sudah punya artinya, yaitu kata zero. Zero berarti nol. Sedangkan Embe dalam bahasa Ende, pengucapan kata Embe dengan tekanan pada (é) akan membentuk arti buang. Jadi, nama Embezero adalah sebuah kata sandi dengan pesan buanglah zero atau nol. Ketika nol dibuang, maka yang tertinggal adalah cuma kata Embezer. Kemudian saya mencari apa sih arti kata yang bunyinya mirip seperti Embezer, ternyata saya menemukan dua kata yang mirip: 1) Bahasa Hungaria, Emberez berarti dia manusia. 2) Sedangkan kata Embezer terdengar mirip bunyinya dengan satu kata bahasa Spanyol, yaitu Empezar yang berarti permulaan. Penyusunan kata untuk menemukan arti sebuah nama misterius itu, ternyata pernah menginspirasi José Luis Garci pada tahun 1982. José Luis menulis naskah film  Spanyol  berjudul Volver a Empezar yang berarti kembali ke awal. Dari analisis kesamaan bunyi dan kemiripan kata itu, saya akhirnya mengerti bahwa nama Embezero adalah sebuah sandi pesan untuk kembali ke awal, kembali kepada kebenaran, kembali kepada suatu harmoni antara manusia dan alam. Ya, nama yang meninggalkan sebuah panggilan kepada pertobatan (The Call to Conversion).

Kedua, Sawijawa. Nama pria misterius itu semula tidak bisa dimengerti apa-apa. Setelah melalui proses yang sama, permenungan tentang nama yang diawali dengan menulis nama itu, saya akhirnya mengerti nama itu dengan memisahkan nama itu ke dalam beberapa suku kata: Sa berarti, riak, atau suara gemerisik, wi berarti seperti atau juga menarik, ja berarti terang, cahaya, dan wa berarti rembesan air yang sumber yang mengalir begitu pelan. Arti dari semua suku kata itu ada dalam bahasa daerah. Jadi, Sa wi ja wa berarti suatu suara gemerisik seperti  cahaya sejuk bagai rembesan air yang basah dan menyegarkan.

Penutup

Demikian ulasan tentang Embezero, perempuan misterius di tengah rimba keheningan Mbari dan Mbuja yang selama ini cuma membekas dalam kenangan dan ingatan masyarakat, namun terpisah-pisah tanpa arti, tulisan dan tafsiran. Sebagai figur perempuan, Embezero hadir dalam ingatan masyarakat tentu mewakili kaum perempuan yang protes pada tindakan pembunuhan.

Jadi, opsi keberpihakannya dan visi Embezero itu jelas, ia pro life. Oleh karena itu, pesan terpenting dari refleksi tentang Embezero adalah 5 visi pendidikan anak perempuan Flores: Pendidikan yang perlu memperhatikan dimensi martabat manusia dan membentuk mentalitas anak perempuan yang berani membela kebenaran, berpihak pada kehidupan, yang berakar pada tata krama budaya khasnya, memperjuangkan kebebasan kaum perempuan, dan bahkan konsep tentang anak perempuan sebagai pembawa berkat. Ya, perempuan yang percaya pada kekuatan rahim dan keperempuanannya yang membawa berkat dan perubahan bagi kehidupan banyak orang.

Salam berbagi, ino, 3.03.2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun