Pada pot kecil tertulis Mimosa. Nama itu semakin membuat saya heran. Saya pikir nama Mimosa itu adalah bahasa daerahku, karena orang di desaku menyebut Putri Malu dengan nama Mimosa. Waktu itu, rasa ingin tahu saya begitu besar, sebenarnya dari mana asal nama Mimosa itu.Â
Dari hasil penelusuran saya melalui bantuan internet, saya menemukan dalam tulisan bahasa Jerman penjelasan singkat tentang nama Mimosa. Disebutkan Mimosa atau juga Mimose, tumbuhan ini adalah sejenis tumbuhan kacang. Namanya berasal dari kata Latin "mimus." Sedangkan dalam bahasa Yunani berarti "mimos" kedua kata itu memiliki arti yang sama yaitu aktor.Â
Penjelasannya adalah bahwa tumbuhan Mimosa itu memiliki kemampuan reaksi yang ekspresif sangat cepat, tentu menyerupai kemampuan yang dimiliki seorang aktor (bdk. de.m.wikipedia.org).Â
Seorang aktor pasti memiliki kemampuan untuk bereaksi secara cepat, ekspresi bisa berubah-ubah. Aktor yang hebat kadang harus bisa menghidupkan tokoh tertentu sampai penonton jadi marah, atau sebaliknya. Ia bisa mengubah ekspresinya hingga penonton tertawa dan bahkan menangis.
Dari penelusuran ini, saya tertarik untuk merefleksikan nama Mimose itu terkait sifat dan keunikannya. Sekurang-kurangnya nama dan kenyataan tumbuhan itu punya cerita sendiri. Mimosa adalah tumbuhan yang selalu dianggap menghambat pertumbuhan padi dan kacang atau tumbuhan lainnya, bahkan ada yang percaya bahwa Mimosa bisa memakan tumbuhan lainnya. Aneh bukan?Â
Mimosa sebagai suatu jenis tumbuhan penghambat atau bahkan merusak tanaman lainnya, ditemukan tidak hanya di desa saya, tetapi juga di beberapa desa sekitarnya. Umumnya belum banyak tahu bahwa Mimosa bisa menjadi bunga yang indah untuk menghiasi meja atau taman di halaman rumah.Â
Perjumpaan dengan Mimosa di jerman itu telah mengubah perspektif saya. Ya, sebuah perspektif positif tentang lingkungan alam, tumbuhan yang hanya dipandang dengan sebelah mata selama ini, ternyata berharga di tempat lain.
Cerita ini bagi saya punya pesan yang indah:
1. Terkadang orang tidak menghargai sesuatu di sekitarnya, karena ia tidak tahu betapa berarti dan bernilainya hal yang sama di tempat lain.Â
2. Nama seseorang atau apapun sebenarnya ada artinya. Refleksi tentang nama bisa jadi karena kenyataan telah lebih dahulu menunjukkan artinya. Nama itu punya sejarah. Dari nama itu pula, muncul nilai dan penghargaannya.Â
Demikian ulasan kecil dari pengalaman konkret tentang Mimosa pudica, tumbuhan merambat yang sering dianggap menghambat dan tidak disukai masyarakat desaku, namun ternyata mahal di Jerman. Bukan cuma mahal, tetapi punya cerita yang mengubah cara pandang dan pesan untuk kehidupan.