"orang tidak menghargai sesuatu di sekitarnya, karena ia tidak tahu betapa berarti dan bernilainya hal yang sama di tempat lain"
Sebelum saya mengenal Putri Malu, kemudian mendengarkan orang-orang bercerita tentang  Putri Malu, yang umumnya kesal dengan Putri Malu, saya pun akhirnya penasaran sekali, siapa sih Putri Malu itu? Pikiran jadi ngalor ngidul. Hal ini, karena konotasi nama itu seakan-akan ada seorang putri yang pemalu, makanya diberi nama Putri Malu. Konotasi seperti itu bisa saja terjadi bukan?Â
Orang Indonesia menyebutnya Putri Malu. Dalam bahasa daerah saya, Putri Malu dikenal dengan nama Mimosa. Saya mengenal seperti apa Mimosa atau Putri Malu itu. Mimosa tidak lebih dari tumbuhan liar yang tidak disukai petani desa. Meskipun demikian, nama Putri Malu tentu nama yang indah. Mengapa? Ada banyak sekali orang dengan sandangan nama Putri.
Di desa saya, desa Kerirea, bisa juga dibilang ada "ladang Putri Malu". Maaf, sebenarnya Puteri Malu itu, bukan manusia, tetapi tumbuhan yang diberi nama Putri Malu. Putri Malu adalah tumbuhan yang merambat dan berwarna hijau, lalu pada batangnya selalu tumbuh duri yang tajam.Â
Putri Malu di tempat saya umumnya jenis tumbuhan menjalar dan hanya berguna untuk makanan sapi. Bagi sebagian petani, Putri Malu adalah tumbuhan menjalar yang tidak disukai, bahkan petani selalu berjuang mencari cara bagaimana cara untuk menghambat penyebaran Putri Malu.Â
Alasannya karena Putri Malu punya duri yang tajam. Petani tradisional selalu kesulitan berhadapan dengan tumbuhan Putri Malu saat menyiangi kebun mereka. Artinya mereka harus ekstra hati-hati memegang dan mencabut dari tanah. Putri Malu memiliki duri dan ranting seperti bersegi lima.Â
Uniknya juga saat sudah mengering durinya tidak akan pernah menjadi lapuk dengan mudah. Bahkan kalau tertusuk duri Putri Malu, terasa sangat susah untuk mengeluarkannya karena biasanya hanya ujung kecil yang sedikit hitam itu yang tertinggal di dalam daging.Â
Benar juga sih, kata pepatah seperti duri di dalam daging. Rasanya sakit banget. Itulah alasannya, mengapa orang di desa tidak menyukai tumbuhan Putri Malu itu.
Cerita tentang Putri Malu di desaku tentu tidak lebih dari tumbuhan menjalar yang berduri dan tidak disukai, meskipun pada Putri Malu ada keunikannya. Putri Malu kalau disentuh, ya akan menjadi layu. Entahlah, keunikannya itu menjadi alasan sehingga diberi nama Putri Malu.Â
Sebenarnya saya tidak pernah merasa tertarik dengan Putri Malu, namun dalam suatu kesempatan belanjaan pada sebuah toko bangunan di kota Mainz-Jerman, Â saya menemukan Putri Malu yang sudah ditempatkan secara sangat indah. Ya, Puteri Malu dijual di sana.Â
Saya begitu terkejut karena Putri Malu setinggi kira-kira cuma 15 Cm itu dijual 9,90 euro atau senilai 168.300 rupiah. Saya sempat terdiam di depan pajangan Putri Malu itu. Mengapa kok Putri Malu mahal amat di sini? Apakah mereka kekurangan bunga? Andaikan di desa dijual dengan harga seperti itu, wah kaya banget petani desaku. Pikiran liar antara rasa heran dan kecewa muncul bersamaan. Mengapa Putri Malu tidak dihargai di desaku?