Ajakan untuk Paskah tidak bisa dapat dipisahkan dari ajakan untuk mencintai bangkit memulai hidup dengan cara yang lebih ramah mencintai kehidupan bukan sebaliknya bunuh diri atau teror.
Pesan Sabtu Suci menjadi sangat relevan saat ini, apalagi di tengah situasi seperti di Indonesia saat ini. Peristiwa bom bunuh diri di depan gereja Katedral Makassar, lalu serangan teroris di Mabes Polri kemarin, tetap saja merupakan tantangan bersama bangsa ini, apakah mungkin kita hidup tanpa rasa takut dan curiga?Â
Atau mungkinkah warna khas Paskah itu menjadi nyata? Mungkinkah sukacita ini dibagikan kepada orang lain? Mungkinkan di tengah pandemi dan hawa teror yang hangat ini, orang berbagi salam damai?Â
Semuanya menjadi tidak mudah, namun hidup seseorang tidak harus berdasarkan pada apa kata orang. Hidup dalam semangat solidaritas dan berbagi dengan orang lain bagi penulis jauh lebih penting dari aneka ritus yang dilakukan tanpa refleksi dan aksi langsung yang pro life.Â
Ritus perayaan Tri Hari Suci itu sangat penting, namun kesehatan dan keselamatan manusia harus menjadi pilihan dan alasan utama.Â
Karena itu, pada akhir dari tulisan ini, saya mau menyimpulkan bahwa Paskah 2021 adalah Paskah yang diwarnai dengan ketiadaan 3 ritus penting.Â
Paskah yang diwarnai dengan suasana khusus karena umat Kristiani tidak merayakan semuanya seperti sebelum pandemi, tetapi Paskah 2021 adalah Paskah Solidaritas yang unik dalam pesan dan refleksinya bagi solidaritas universal. Â
Ritus tanpa kasih, itu tidak ada gunanya. Kasih dan solidaritas tanpa ritus, masih bisa dipahami arti dan maknanya.
Salam berbagi, Ino, 1 April 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H