Nah, bagaimana cara beradaptasi?Â
Dari pengalaman, saya menemukan 6 cara adaptasi yang saya lakukan pada saat "Salah Profesi.Â
1. Adaptasi diri dengan buku panduan sebagai Formator
Saya mulai menjalankan tugas saya berdasarkan buku panduan yang diberikan pemimpin saya. Point-poin formasi penting saya catat secara khusus, lalu saya menyiapkan langkah-langkah awal sesuai panduan dan petunjuk praktis yang ada.Â
Cara ini, relatif gampang, karena sebetulnya yang dibutuhkan adalah orang bekerja sesuai konsep standar umum yang berlaku dan bukan semau gue gitu. Mau gak baca dan pelajari dulu buku petunjuk?Â
Penting lho, adaptasi dengan buku pedoman, agar tidak salah arah. Bayangkan saja, sudah salah profesi tambah salah arah, apa jadinya nanti.
2. Belajar mengadaptasi bahasa dengan dua bahasa, bahasa Jerman dan "bahasa hati"
Saya hanya punya prinsip sederhana, bertanya pada saat saya tidak mengerti, menerima koreksi kalau saya salah, kalau tidak sesuai dengan buku pedoman yang berlaku, saya coba mendekati dengan pendekatan "bahasa hati".Â
Artinya, pada saat yang dinamakan " omong dari hati ke hati" Maaf bukan tegur langsung lho. Saya mulai menggunakan bahasa hati. Apa sih bahasa hati itu?Â
Sederhana lho. Bahasa hati itu tidak perlu banyak kata-kata, tetapi butuh banyak tatapan mata. Bukan dengan mata melotot lho. Sebuah tatapan yang berisikan perhatian saat lawan bicara atau Mahasiswa itu sedang bicara.Â
Atau saya harus menempatkan diri sungguh sebagai pendengar yang baik, yang menaruh empati dan simpati padanya. Sederhana bukan? Bahasa hati yang saya maksudkan adalah respekt positif saat orang lain bicara dan cara seperti itu bisa juga diungkapkan dengan sedikit kata-kata, tetapi berdaya mengubah. Kata-kata positif itu penting banget.