Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Eksotisme dan Ragam Pesan dari Selembar Tenun Flores

18 Maret 2021   02:37 Diperbarui: 18 Maret 2021   05:00 2096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tenun Flores (Dokumentasi pribadi Heni)

Kalau dilihat lebih dalam lagi, seni menenun sarung di Flores, sebetulnya memiliki ciri khas yang begitu unik dari setiap daerah. Dan semua orang Flores pasti tahu dalam membedakan motif khas dari daerah masing-masing. 

Tenun Flores (Dokumentasi pribadi Ino)
Tenun Flores (Dokumentasi pribadi Ino)
Pada gambar di atas adalah sarung yang dipakai kenalan saya di Maumere dengan motif Sikka. Motif karya seni menenun selalu berbeda-berbeda, tergantung dari imajinasi sang seniman. 

Siapa yang bisa berimajinasi, maka dia memiliki peluang untuk kemungkinan mendapatkan pesanan yang lebih laris di pasar lokal. Artinya seni dan keterampilan untuk masyarakat Flores bersifat terbuka pada kreativitas baru. Meskipun ruang kreativitas baru itu terbuka luas bagi para seniman, namun ternyata ada juga aturan yang mau tidak mau wajib ditaati. 

Nah, inilah yang menjadi bagian dari pengalaman unik di Flores. Orang tidak begitu saja menenun pada semua tempat.

Seni menenun untuk seniman di  wilayah Kabupaten Ende misalnya, masih terikat dengan urusan keyakinan masyarakat adat. 

Orang boleh menenun, namun tidak untuk mereka yang tinggal di wilayah pegunungan. Jadi, orang yang bisa menenun hanya di wilayah dataran atau pesisir pantai. Aneh juga sih dan sulit dijelaskan, mengapa? 

Seorang tokoh adat pernah mengatakan bahwa seni menenun itu adalah suatu mata pencaharian yang tidak pernah berakar pada tradisi kehidupan orang di pegunungan, yang semuanya mempunyai mata pencaharian sebagai petani dan mengerjakan ladang, menanam tanaman umur panjang, pokoknya mereka hidup bukan untuk menenun sarung. 

Hukum adat yang tidak tertulis itu mesti tetap dihormati dan dipatuhi. Sebab ada dampaknya jika ada yang melanggar, yang mana nantinya seniman akan mengalami sakit-sakitan. Kata tua adat bahwa itu sudah menjadi "tura jaji" atau semacam sumpah janji sejak dulu kala. 

Pada liburan musim panas tahun 2016, saya ke Flores dan membeli beberapa lembaran kain sarung hasil tenunan gadis Flores. 

Niat saya sederhana waktu itu, cuma untuk memberikan buah tangan untuk kenalan saya di Jerman. Ya, tentu sambil mempromosikan sedikit karya seni masyarakat di kampung dan kota Ende. 

Sangat mengejutkan bahwa kado kain sarung tenunan Flores itu dihargai oleh kenalan saya di Jerman, ada yang mahasiswi maupun yang sudah berkeluarga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun