Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

April Macht Was Er Will: Misteri April di Bulan Maret 2021

13 Maret 2021   06:28 Diperbarui: 13 Maret 2021   07:58 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

April macht was er will

Kedisiplinan berkaitan dengan ketepatan waktu berangkat Kereta di Jerman memang sudah sering menjadi cerita dan keluhan, bahkan makian. Aneh juga sih, kalau melihat orang yang terlambat, lalu kesal dengan dirinya, lalu maki-maki. Ada juga yang marah dengan kereta seakan tidak bisa sabar semenit saja menunggunya. Mana sih yang benar atau enak mana ya? Kejadian aneh di stasiun kereta sering menjadi tertawaan orang. Lebih-lebih kejadian aneh terkait ketidakdisiplinan penumpang kereta. Mengapa orang tidak sabar? Entah karena misteri April tiba lebih awal hari ini?

Terlihat bahwa orang tahu bahwa yang namanya tepat waktu (Punktlichkeit) itu sangat penting di Jerman. Kereta tidak peduli orang sedang berlari untuk masuk ke dalam kereta.  Ketika bunyi pintu, tanda akan segera ditutup, ya otomatis pintu akan tertutup. Seseorang boleh dengan nafas terengah-engah berdiri di luar pintu yang baru saja beberapa detik tertutup, pintu itu tidak akan bisa dibuka lagi. Ya, pintu kereta pada waktu itu menjadi semacam pintu cuek, pintu yang tidak pernah dikontrol untuk peduli dan kompromi dengan orang yang terlambat.

Prinsip kedisiplinan lalu lintas kendaraan tentu harus menjadi yang utama untuk melayani kebutuhan orang banyak. Sayangnya banyak orang tidak menyadari ini, bahkan orang merasa bahwa dirinya sendiri sebagai yang paling penting, lalu menuntut orang lain agar mengerti diri dan segala kekurangannya. Persoalan seperti ini, mungkin saja persoalan umum yang bisa ditemukan di mana saja. Orang lebih mudah menuntut memahami kekurangan diri, daripada belajar menyesuaikan diri dengan standar umum.

Hari ini, saya mengalami kejadian yang mirip di stasiun kereta di Mainz Kastel. Saya tahu bahwa jadwal kereta berangkat ke Frankfurt jam 9.24 pagi. Pada jam 9.15 saya dan beberapa teman sedang turun dari Bus, sementara itu Kereta yang akan berangkat jam 9.24 tiba di stasiun. Kami semua berlari menuruni tangga. Saya bersyukur sih, karena menuruni tangga dan menaiki tangga sambil berlari tidak menjadi problem. 

Saya akhirnya mendahului seseorang yang badannya sangat besar. Sebenarnya, ia tidak bisa berlari, namun saat itu dia berusaha lari. Saya hanya mengatakan kepadanya,maaf saya mesti lebih dahulu. Setelah menaiki tangga, saya mendengar bunyi otomatis bahwa pintu kereta akan segera tertutup. Saya berlari semakin kencang, bahkan mendapati pintu itu cuma kurang lebih 10 cm akan tertutup secara penuh. Saya mengulurkan tangan ke dalam kereta, lalu kaki dan badanku, sambil menunggu si gendut yang baru berjuang menaiki tangga. Pintu berhasil dibuka kembali. Saya dalam hati merasa bahwa tidak sia-sia berlari mendahuluinya. 

Si gendut itu datang dengan nafas yang terengah-engah dan terasa begitu melelahkan. Meskipun begitu, ia tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada saya. Saya lalu duduk sedikit jauh darinya, namun saya tetap saja bisa mendengar helaan nafas lelahnya. Waktu itu saya baru tahu bahwa waktu menunjukkan jam 9.24, lalu kereta berangkat. Artinya, kami sebenarnya masih cukup waktu 2 menit, namun karena tahu bahwa jika pintu itu telah ditutup, maka tidak akan bisa dibuka lagi, pikiran saya langsung negatif, seakan kereta segera berangkat. 

Ada 4 hal yang saya pelajari dari pengalaman hari ini:

1. Kedisiplinan itu sangat penting agar nafas tidak terengah-engah, sebagai akibat dari  keterdesakan waktu

2. Boleh mendahului orang lain yang secara fisik tidak mampu, tetapi tidak untuk menertawakannya, tetapi untuk menolongnya

3. Respek positif selalu membuat suasana akrab, meski tidak saling kenal

4. Ucapan terima kasih selalu efektif untuk mengungkapkan keramahtamahan seseorang

Hari ini bagi orang-orang di Jerman mudah menyebutnya dengan sebutan "April macht was er will, atau April buat seperti yang dia suka sendiri", ya, April di bulan Maret". Cuaca yang berubah-ubah sudah seperti cuaca pada bulan April. Pagi hari terasa dingin dan berangin, setelah itu sekitar jam 10-12 siang, suhu sudah berubah lagi sedikit hangat karena cahaya Matahari. Selanjutnya pada jam 12.30 sudah berubah lagi, ya ada hujan angin. Namun setelah 20 menit kemudian, kita akan menikmati Matahari yang hangat dan menyenangkan. Nah, pada sore hari sudah lain lagi, cuaca menjadi gelap, dingin. Itulah cuaca bulan April yang sudah lebih awal dirasakan hari ini.

Satu hal yang belum pernah dibuktikan secara ilmiah, atau mungkin karena saya belum tahu adalah hubungan logis perubahan cuaca dengan psikis manusia. Saya cuma percaya bahwa suasana batin dan pikiran manusia pun berubah-ubah seperti cuaca itu sendiri. Pertanyaannya, apakah hal ini hanya bagian dari pengalaman pribadi saya hari ini? 

Cerita seorang teman hari ini, biasanya setiap momen pemakaman orang mati, dia akan mudah menangis. Namun, anehnya hari ini, dia tidak menangis. Bisa jadi benar, teori di atas, karena pada saat pemakaman hari ini cuaca memang bagus, ada cahaya matahari, udara yang sejuk dan hangat. Tapi, sekali lagi saya masih menganggap ini sebagai teori yang perlu diuji kebenarannya, ya tentang hubungan antara perubahan cuaca dan psikis manusia. 

Misteri April yang hadir lebih awal telah menginspirasi saya hingga sampai pada pertanyaan: Adakah hubungan perubahan cuaca dengan psikis manusia? Dan juga adakah hubungan antara cuaca yang berubah-ubah dengan fisik manusia? 

Setelah tiba dari upacara pemakaman bu Susana Schmidt pada hari ini, saya sungguh merasakan kelelahan. Karena itu, saya berusaha tidur siang. Anehnya, sore itu saya merasa sungguh lelah sampai tidak ada ide sama sekali untuk mampir lagi di Kompasiana. 

Kebetulan pada waktu malam, seorang teman yang juga mengikuti upacara pemakaman pada hari ini juga bercerita tentang hal yang sama. Setelah kembali ke rumah, terasa capek dan lelah, sehingga harus tidur siang. Aneh bukan? Masa sih, cuma datang berdiri, berdoa dengan diam-diam juga lelah? Tentu beda dengan petugas pembawa peti jenazah yang harus menurunkan peti ke dalam lubang kuburan. Apakah karena terlalu lama berbicara dengan teman-teman? Bisa juga sih. Tapi, saya tetap yakin bahwa faktor perubahan cuaca sangat mempengaruhi bukan cuma psikis, tetapi juga fisik manusia. 

Entah kenapa, muncul juga pertanyaan seperti ini: Apakah saat orang melepas pergikan seseorang yang dekat itu bisa menimbulkan kelelahan otak? Lagi-lagi, pertanyaan ini saya anggap sebagai pertanyaan yang hanya menambah rasa misterinya bulan April yang tiba lebih awal pada hari ini. Kelelahan psikis bisa sangat mungkin karena pada momen pemakaman orang sepertinya diseret untuk mengenang kembali seseorang yang pernah bersama dengan canda dan tawa. Namun, canda dan tawa itu terhenti dan tidak bisa diulang lagi. 

Sampai pada refleksi seperti ini, saya akhirnya melihat hubungan universal yang mungkin saja ada:

1. Manusia tetap saja makhluk hidup yang menyatu dengan alam kehidupan di sekitarnya

2. Manusia membutuhkan energi untuk menyimpan kenangan bersama dengan orang-orang yang dikasihinya.

3. Dinamika alam bisa saja berpengaruh pada dinamika suasana hati manusia.

Selain kesimpulan itu, saya menyarankan agar siapa saja yang pernah merasakan pengaruh perubahan cuaca dengan keadaan fisik dan psikis, sebaiknya orang tidak terlibat dalam kesempatan untuk diskusi yang serius dan mencari jawaban dari persoalan yang krusial. Emosi yang tidak stabil akan selalu berdampak buruk pada hasil.  Ya, inilah sepenggal pengalaman misteri April yang hadir lebih awal di bulan Maret hari ini. April macht was er will. Salam berbagi.

Ino, 13.03.2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun