Tema minuman keras (Miras) masuk dalam nominasi tema aktual saat ini. Meskipun demikian, bukan berarti tema itu baru dibicarakan sekarang, karena topik Miras itu topik yang belum selesai (unfertig). Mengapa topik ini belum selesai dibicarakan? Ada 4 alasan krusial yang bisa disoroti pada kesempatan ini:
1. Sumber Ekonomi Masyarakat
Masyarakat NNT misalnya, tidak pernah menyangkal bahwa miras adalah sumber alam yang menopang ekonomi kehidupan masyarakatnya. Saya juga mengakui itu, karena saya tahu dengan baik berapa banyak orangtua di pedalaman Flores yang bergantung pada sumber alam itu untuk menopang rumah tangga, bahkan menopang biaya pendidikan anak-anak mereka.Â
Oleh karena kenyataan seperti itu, maka Miras itu berkaitan erat dengan sumber penghasilan atau sumber ekonomi masyarakat. Tentu ini, jawaban jujur masyarakat. Meskipun ini adalah jawaban jujur, sebagian orang masih sulit menerima atau mengakui kenyataan itu, bahkan selalu melihat miras itu sangat negatif.
Pada titik persoalan ini, saya pikir orang perlu jeli membedakan dengan kritis antara substansi miras dalam kadarnya yang berbeda-beda sebagai sumber ekonomi masyarakat dan keputusan bebas pengkonsumsi miras.Â
Saya justru melihat persoalannya bukan pada miras itu, tetapi pada konsumen. Mengapa? Manusia memiliki akal budi yang sama, sekurang-kurangnya setiap orang tahu membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik untuk hidupnya. Maaf saya tidak bicara dalam kaitan dengan larangan pasal agama lho.Â
Di Eropa misalnya, atau Jerman konkretnya, orang bisa menemukan miras hampir di setiap pertokoan, jalan, dijual bebas. Namun, orang tidak selalu membelinya karena dua alasan ini: mahal dan juga tidak baik untuk kesehatan kalau diminum berlebihan.Â
Alasan kedua ini sebetulnya berkaitan dengan kebebasan pribadi untuk menentukan pilihan yang berguna untuk hidupnya.
Ada suatu kemungkinan bahwa orang lebih mudah dikendalikan oleh peraturan, ya tentu baik sekali, cuma peraturan-peraturan tidak boleh dilihat sebagai larangan, tetapi instrumen yang menolong orang untuk berpikir bijak sebelum mengambil keputusan sendiri secara bertanggung jawab.
Karena itu, saya pikir melarang penjualan miras itu sama dengan menutupi sumber ekonomi masyarakat. Bagaimana masyarakat bisa hidup, kalau pada daerah-daerah tertentu mereka tidak punya pilihan lain, selain berurusan dengan miras.Â
Saya bisa mengambil satu contoh lebih konkret: Semua orang yang punya sim mobil boleh menyetir mobil. Mobil tentu tidak berbahaya bukan. Akan tetapi, jika sopirnya tidak mengendalikan mobilnya atau membiarkan selalu berkecepatan tinggi, maka ulah dari ketidak sadarannya itu bisa berdampak langsung pada sopirnya.Â
Jadi, masalahnya bukan pada mobil, tapi sopirnya yang tidak bisa mengendalikan diri. Saya mau katakan, jangan salahkan miras, tapi salahkan manusia yang mengkonsumsi miras.
Jika demikian, aturan yang dibuat pemerintah, mestinya bukan untuk melarang penjualan miras, melainkan melegalkan penjualan miras sesuai dengan standar kesehatan dan mengatur pasal yang berkaitan dengan konsumen yang tidak tahu diri mengkonsumsi miras.
2. Harga Miras
Harga Miras memang perlu diperhitungkan agar tidak semua orang bisa mengkonsumsi miras yang sudah masuk kategori standar legal oleh pemerintah. Oleh karena ada standar harga, maka perlu juga peraturan yang menjaga penjualan liar.Â
Cara untuk menghindari penjualan liar adalah perlu adanya standar harga yang sesuai dengan kadar alkohol. Meskipun demikian, tetap saja yang penting bukan semata-mata standar harga, tetapi pengendalian diri dan cara pandang tentang bahaya dari miras.
3. Edukasi dan Kesadaran
Akar dari ketidaksanggupan orang membedakan mana minuman yang berbahaya bagi kesehatan itu adalah soal edukasi. Edukasi dari dini sejak dari rumah itu tidak cukup, sehingga lingkungan pergaulan sangat mudah mempengaruhi seseorang. Oleh karena itu, wacana miras ini sebetulnya berkaitan dengan topik edukasi dini (non formal) dan edukasi lanjutan (formal) di bangku sekolah yang memungkinkan generasi baru tumbuh dengan kesadaran yang benar dan bijak.
Edukasi dan kesadaran ini merupakan dua hal yang paling mendasar dan penting. Edukasi dan kesadaran itu tidak hanya untuk anak-anak, tetapi edukasi lanjut bagi orang dewasa yang tidak sanggup mengendalikan diri mengkonsumsi miras.Â
Edukasi pada tahap ini, mungkin penting diatur dalam peraturan pemerintah entahlah provinsi, daerah, atau desa. Mirisnya, kalau kepala desa yang membeli miras untuk masyarakatnya tanpa ada edukasi. Nah, hal seperti ini mesti dipertimbangkan dalam pasal peraturan pemerintah. Mengapa?Â
Miras bagi sebagian orang adalah penyemangat, atau obat untuk gairah kerja." Bahkan menyedihkan sekali bahwa pejabat pemerintah bisa menggunakan miras untuk memperoleh popularitasnya di tengah masyarakat yang tidak kritis. Oh kades kami ini baik sekali, dia jamin kami dengan moke, bako, pokoknya kami foya-foya." Tutur ini yang cukup sering terdengar di tingkat paling bawah.Â
Orang baru tahu itu, kalau bisa duduk dan mencicipi seteguk miras bersama mereka. Contoh ini, hanya bermaksud untuk menunjukkan betapa pentingnya edukasi dan kesadaran tidak hanya anak-anak, orang dewasa, tetapi juga pejabat publik.
4. Peran Regulasi
Regulasi selalu penting, namun bukan sebagai yang paling utama. Regulasi menjadi efektif berguna bagi manusia, kalau diimbangi dengan pemahaman dan kesadaran dalam menggunakan kebebasan yang dimiliki seseorang.Â
Jiwa dari regulasi itu sendiri adalah mengarahkan manusia agar menjadi sungguh sadar dan bijak menentukan prioritas.Â
Prioritas pilihan yang menjadi target dari regulasi itu sendiri adalah keselamatan manusia. Jadi, tidak salah, jika ada wacana terkait regulasi yang dibicarakan Presiden Jokowi saat ini.
Demikian beberapa catatan pinggir dari periferi masyarakat biasa yang tentu mencintai produk lokal dan punya cita-cita memperoleh label legal dari pemerintah, dengan harapan bukan cuma ekonomi yang akan berubah, tetapi juga kesadaran dari proses edukasi yang baik dan bijak yang menumbuhkan rasa tanggung jawab pribadi setiap orang.
Ino, 02.03.2021
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI