Jadi, masalahnya bukan pada mobil, tapi sopirnya yang tidak bisa mengendalikan diri. Saya mau katakan, jangan salahkan miras, tapi salahkan manusia yang mengkonsumsi miras.
Jika demikian, aturan yang dibuat pemerintah, mestinya bukan untuk melarang penjualan miras, melainkan melegalkan penjualan miras sesuai dengan standar kesehatan dan mengatur pasal yang berkaitan dengan konsumen yang tidak tahu diri mengkonsumsi miras.
2. Harga Miras
Harga Miras memang perlu diperhitungkan agar tidak semua orang bisa mengkonsumsi miras yang sudah masuk kategori standar legal oleh pemerintah. Oleh karena ada standar harga, maka perlu juga peraturan yang menjaga penjualan liar.Â
Cara untuk menghindari penjualan liar adalah perlu adanya standar harga yang sesuai dengan kadar alkohol. Meskipun demikian, tetap saja yang penting bukan semata-mata standar harga, tetapi pengendalian diri dan cara pandang tentang bahaya dari miras.
3. Edukasi dan Kesadaran
Akar dari ketidaksanggupan orang membedakan mana minuman yang berbahaya bagi kesehatan itu adalah soal edukasi. Edukasi dari dini sejak dari rumah itu tidak cukup, sehingga lingkungan pergaulan sangat mudah mempengaruhi seseorang. Oleh karena itu, wacana miras ini sebetulnya berkaitan dengan topik edukasi dini (non formal) dan edukasi lanjutan (formal) di bangku sekolah yang memungkinkan generasi baru tumbuh dengan kesadaran yang benar dan bijak.
Edukasi dan kesadaran ini merupakan dua hal yang paling mendasar dan penting. Edukasi dan kesadaran itu tidak hanya untuk anak-anak, tetapi edukasi lanjut bagi orang dewasa yang tidak sanggup mengendalikan diri mengkonsumsi miras.Â
Edukasi pada tahap ini, mungkin penting diatur dalam peraturan pemerintah entahlah provinsi, daerah, atau desa. Mirisnya, kalau kepala desa yang membeli miras untuk masyarakatnya tanpa ada edukasi. Nah, hal seperti ini mesti dipertimbangkan dalam pasal peraturan pemerintah. Mengapa?Â
Miras bagi sebagian orang adalah penyemangat, atau obat untuk gairah kerja." Bahkan menyedihkan sekali bahwa pejabat pemerintah bisa menggunakan miras untuk memperoleh popularitasnya di tengah masyarakat yang tidak kritis. Oh kades kami ini baik sekali, dia jamin kami dengan moke, bako, pokoknya kami foya-foya." Tutur ini yang cukup sering terdengar di tingkat paling bawah.Â
Orang baru tahu itu, kalau bisa duduk dan mencicipi seteguk miras bersama mereka. Contoh ini, hanya bermaksud untuk menunjukkan betapa pentingnya edukasi dan kesadaran tidak hanya anak-anak, orang dewasa, tetapi juga pejabat publik.