4. Pembelian bibit dan obat hama: 4 juta. Dan tentu kebutuhan lainnya.
5. Kolam penampung air
6. Dua rol selang untuk menyiram sayur di kebunnya
7. Satu pondok sederhana
Modal sebesar itu, dimilikinya tanpa pinjaman, tetapi dari hasil tangan jauh sebelumnya. Sarana untuk pipa adalah bambu yang dibelah untuk mengairi air dari sumber mata air. Kolam penampung air, yang disiapkan di posisi atas dari kebunnya tanpa menjadi permanen, agar air dibiarkan meresap dan mengalir membasahi tanah di bagian bawahnya.
Sampingan saja tentunya, pada kolam itu ditaruhnya ikan-ikan lele dengan lumpur yang cukup. Di sekitarnya ditanam sayur kangkung dan beberapa ternak lainnya. Ia cuma punya selang satu rol untuk menyiram kebunnya kurang lebih hampir ha. Suatu waktu ia kelelahan untuk menyiram pada waktu pagi dan sore harinya. Ia lagi-lagi menemukan prinsip menyalakan kincir untuk sendiri menyiram dengan menggunakan tekanan air dari ketinggian. Kincir itu ditopang dengan bulu, lalu berputar tanpa dia harus terus menjaganya. Setengah jam ia datang untuk memindahkan kincir itu ke tempat lainnya. Sungguh suatu teknologi sederhana lahir dari pikiran orang desa yang tidak punya kesempatan belajar, bagaimana bertani secara modern saat sekarang, tanpa dibantu energi listrik pula.
Cerita terakhir RKT memperluas kebunnya hingga menjadi tiga bidang, entahlah berapa luasnya, sudah pasti lebih dari setengah hektar. Rencananya matang, cuma dananya kurang, belum lagi betapa susahnya jalan tani menuju ke kebun usahanya. Katanya dalam suatu wawancara sederhana: "Andaikan saya punya mobil traktor, maka saya akan bisa menjalankan usaha secara serentak dan menjadi lebih besar." Yah, rupanya ia punya mimpi memiliki alat bantu untuk meringankan kerjanya. Memikul hasil panen dari kebun menuju jalan yang bisa dilalui kendaraan besar membutuhkan waktu kira-kira setengah jam berjalan kaki. Cuma medan jalannya yang menanjak. Karena itulah, mengapa ia bermimpi memiliki mobil traktor yang bisa pergi dan pulang sambil membawa hasil panennya. Sampai kapan ia bisa memiliki peluang mengembangkan usahanya?
Berita yang dirilis Kompas.com, Senin, 22 Februari 2021 tentang Bank Indonesia resmi memberlakukan pelonggaran ketentuan uang muka kredit 0 persen sungguh menjadi angin segar tentu bagi pengusaha kecil di seluruh pelosok tanah air.
Mungkinkah bagi petani kecil di desa seperti RKT yang kreatif ini memiliki peluang kredit mesin traktor untuk fasilitas perkebunannya dengan down payment (DP) o persen? Sejauh mana kebijakan Bank Indonesia (BI) melonggarkan ketentuan uang muka kredit DP 0 % itu agar sampai ke seluruh wilayah pelosok tanah air ini? Apakah ada juga program prioritas dari pihak Bank Indonesia untuk mendukung petani-petani kecil yang kreatif seperti RKT?
Penulis hanya berjuang agar melalui literasi sederhana ini keterbatasan pengusaha kecil yang kreatif di desa-desa terpencil bisa memperoleh ruang kredit yang bisa mendukung usaha dan kreativitas mereka menjadi lebih berkembang dan besar lagi. Penulis berharap bahwa kerinduan akan perubahan pada RKT bisa tercapai suatu waktu nanti.
Jika ekonomi rakyat kecil semakin mandiri, maka pada gilirannya perubahan dan kemajuan bangsa akan tercapai. Indonesia maju, mesti pula mulai dari mendukung pengusaha kecil yang kreatif.