Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nada Rindu

19 Februari 2021   20:46 Diperbarui: 19 Februari 2021   20:56 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terbangun di hari baru ditemani sang Fajar yang membara dalam rindu. Duduk sejenak menopang dagu, ya ingin bersyukur atas waktu dan terutama hidup.

Nada siulan pagi mengapit jendela, menghimpit relung sadar di samping jendela kaca. Ia melirik bersama berkas cahaya menembus sepi dari ambisi dunia. Siulan pagi mengusik hari bawa kabar: Kamu tak pernah sendiri sejak hari ini." Syukur itu bukan lagi sebuah mimpi.

Hari ini nada rinduku menggebu-gebu, bergelombang bagai amarah sang laut di penyeberangan Arafuru. Sembilan belas Februari  adalah waktu hadirmu untuk sujud bersyukur.

Nada rinduku tak pernah putus, berdering sepanjang nafas hidup, dalam ruang rasa dan waktu-waktu jenuh. Tak sangka tiba-tiba menusuk hingga mencium sum-sum. Nada itu bergema merdu bergandeng irama jantung pratanda hidup masih dipeluk sang waktu.

Nada rindu,

Nada hidup,

Nada Syukur,

Nada kembang tergeletak di sisimu,

Nada-nada tulisan rindu.

Ino,19.02.2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun