Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Desa Kerirea Berenang di Air Keruh?

8 Februari 2021   14:41 Diperbarui: 9 Februari 2021   12:51 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Air itu adalah simbol hidup. Di mana ada air, di situ ada kehidupan. Demikian juga di mana ada air keruh, di situ ada orang yang memancing. Tidak salah juga, orang boleh memancing, namanya orang mau mencari hidup. Namun dalam dunia informasi di tengah kemajuan teknologi seperti saat ini, orang harus memperhatikan keadaan itu bukan pada saat air keruh, tetapi pada saat air jernih. 

Maksudnya pihak media dan pemerintah terkait harus melakukan investigasi yang jelas dan jujur ke tempat kejadian. Tujuan investigasi itu adalah agar validitas data elektronik seperti yang disiarkan itu sungguh akurat: antara apa yang di beritankan di TV atau media lainnya dan kenyataan di lapangan. 

Tidak benar kalau video itu dibuat di tempat lain atau di Woropau yang bukan jalur utama, lalu diberitakan ke seluruh masyarakat Indonesia melalui Tvone seakan-akan kritis bertaruh nyawa. Dalam hal ini pemberi informasi telah melakukan hal yang tidak benar atau kebohongan kepada publik. Tentu ada undang-undangnya. Bertaruh nyawa dibuat sendiri karena ternyata masih ada alternativ lain yang layak dan aman.  

Kalau memang ada alternatif lalu tidak dipilih, maka sebenarnya sungguh kasian dengan masyarakat kecil, karena masyarakat kecil jadi boneka pertunjukan. Di manakah dasar pertimbangan terkait moral dalam hal ini, optio fundamentalis yang pro life?

Fenomena seperti itu tentu punya sisi ganda, di satu sisi pemerintahan desa membutuhkan perhatian, namun di sisi lain pemerintah desa harus memperhatikan cara-cara kerja yang cerdas "air jernih" atau berdasarkan analisis data lapangan yang akurat dan dapat di pertanggungjawabkan.

Sejarah membuktikan pada masa pemerintah desa sebelumnya pembangunan embung desa yang menghabiskan dana ratusan juta bahkan milyaran terbukti tidak berfungsi sampai sekarang. 

Itu berarti sasaran dari cita-cita pembangunan di desa Kerirea tidak tepat sasar? Mengapa terjadi demikian? Tentu ada banyak faktor dan kendala: analisis kebutuhan masyarakat dan kemampuan menggunakan keahlian masyarakat untuk terlibat langsung dalam pembangunan itu tidak dilakukan dengan baik. 

Buntutnya kualitas bangunan begitu jelek, sehingga belum dipakai malah sudah rusak. Ini cuma contoh, yang baik juga untuk diperhatikan pemerintah dan lebih baik lagi kalau diperiksa dan dimintai pertanggungjawaban.

Minta perhatian pemerintah itu baik, cuma jangan dibalut dengan bedak kepalsuan dan manipulasi rakyat kecil, sebab ketika dilihat langsung ke medan yang diberitakan dan ternyata lain keadaannya, malah bagaikan boomerang. Semuanya akan tinggalkan cerita tentang kekecewaan dan sejarah kebohongan. Berhentilah berenang di air keruh. 

Masyarakat kecil itu bukan itik dan angsa yang memang dilahirkan seperti itu. Bicaralah dengan hati dan pikiran jernih yang dilengkapi dengan data dan analisis riil di lapangan. Kebenaran pasti akan menang. (Suara profetis anak desa Kerirea)

Dokpri
Dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun