"Buat apa kamu ke sini? Kamu senang melihat temanmu ini terlihat sangat bodoh!"
"Padahal sudah sejak lama aku ingin bilang padamu. Kak Misaki itu sudah punya tunangan. Dia akan punya seorang adik ipar perempuan. Karena dia anak tunggal, kak Misaki jadi agak bingung bagaimana cara bersikap terhadap adik iparnya."
Jadi maksudnya selama ini aku hanya dijadikan percontohan baginya? Ah, dasar Nayla bodoh! Seharusnya aku sadar saat beberapa orang menatap kasihan padaku.
"Kenapa kamu tidak pernah bilang?"
"Kamu tahu, sangat sulit untuk menasihati orang yang sedang jatuh cinta. Apapun yang aku katakan mungkin akan kau tolak. Aku tidak mau dibenci olehmu."
Butiran salju terus turun. Kamu memayungi aku dan tersenyum tipis. Senyuman yang sangat indah. Sejenak aku mampu menghentikan tangisku. Akhir tahun ini aku mungkin kehilangan cinta. Namun perlahan aku menyadari bahwa sepertinya diriku sudah terlalu jauh berlari. Sehingga tidak sadar bahwa selama ini cinta sudah berada begitu dekat denganku.
"Maaf ya, tadi antriannya panjang banget. Nih es krim punyamu. Rasa mint cokelat kan?"
"Ah iya. Kamu rasa stroberi vanila?"
"Iya dong biar mirip bunga sakura. Coba lihat benar kataku bukan? bagus kita putuskan untuk melihat sakura hari ini."
Sakura yang berguguran di musim semi terlihat indah, cantik dan lembut. Namun aku rasa kamu yang membuatnya menjadi semakin bermakna. Terima kasih karena selalu ada untukku. Syahrir Adinata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H