Mohon tunggu...
Inong Islamiyati
Inong Islamiyati Mohon Tunggu... Penulis - Gadis pemimpi dan penyuka anime

See the world with a different style and finding happiness

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kasih Sayang yang Terlupa

31 Juli 2024   08:00 Diperbarui: 31 Juli 2024   11:57 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Instagram/paper_fly07

Napas seorang gadis muda hampir saja menghilang. Kalau saja malam itu dia tidak  ditemukan warga, mungkin gadis itu sudah berpindah dimensi ke alam lain. Sekarang gadis itu tengah cemberut menatap infus di tangannya, sambil sesekali melihat ke arah luar jendela.

“Mungkin seharusnya aku lebih malam lagi kalau mau bunuh diri. Jadi tidak akan ditemukan siapapun,” gumam gadis itu. Dia kesal. Dia hanya berencana untuk mati dengan tenang namun malah gagal dengan memalukan.

Plak! Pipi gadis itu ditampar oleh seorang wanita paruh baya yang berdandan sok modis seperti anak remaja.

“Kamu ini bikin Tante malu Rani! Bisa-bisanya malah niat bunuh diri. Kamu tidak pikir panjang apa? Gara-gara tindakanmu Tante jadi dicemooh sama semua orang!”

Rani sekilas menoleh dan tetap diam. Dia tidak mau dan muak mendengar omongan tante Hana. Dia tahu dan sangat paham. Tante Hana sebenarnya tidak pernah peduli pada Rani dan adiknya. Kalau saja kedua orangtua Rani masih ada, Rani juga tidak mau tinggal di rumah Tante Hana meskipun Tante Hana adalah adik kandung dari mamanya.

“Huh dasar kakak. Kalau saja kakak dan suaminya becus membesarkan kamu dan Ridho, kalian pasti bisa menjadi anak yang berbakti dan membanggakan Tante. Sekarang apa? Kalian berdua hanya bisa membuat Tante malu! Sudahlah Tante mau urus administrasi dulu. Kamu terpaksa harus menginap di rumah sakit malam ini Rani.” Tante Hana segera berlalu meninggalkan Rani sendirian. Raut wajahnya hanya menyiratkan amarah tanpa belas kasih sama sekali.

Rani meringis. Sebenarnya apa kesalahan yang pernah dia perbuat sampai seolah-olah Tuhan begitu murka padanya. Orangtua Rani meninggal karena kecelakaan mobil saat Rani baru lulus SMA dan adiknya Ridho baru lulus SMP. Sejak saat itu hidup kakak beradik ini berubah total. Rani memutuskan untuk tidak kuliah dan bekerja di salah satu toko kelontong. Percuma saja! pikirnya, saat itu. Meskipun Rani mendapatkan beasiswa di luar kota, dia tidak tega meninggalkan adiknya seorang diri. Apalagi sebagai anak pertama Rani merasa punya tanggung jawab besar kepada adiknya, Ridho. Satu-satunya, keluarga Rani yang masih tersisa.

Rani masih ingat dengan jelas rekreasi terakhir mereka sekeluarga. Saat itu semuanya terasa indah. Mamanya selalu memasak puding coklat spesial kesukaan Rani. Ayah akan menceritakan hal seru yang pernah dia alami di masa muda dan kadang bercerita ketika dia pertama kali mengenal mama. Rani dan Ridho mungkin sudah mendengar kisah itu puluhan kali tetapi mereka tidak pernah bosan dengan guyonan sang ayah.

Tuhanku, aku sudah tidak sanggup untuk hidup lagi di dunia ini. Aku mohon cabut saja nyawaku sekarang. Aku hanya ingin bertemu dengan mama dan ayah kembali. Rani kembali meluapkan kesedihannya sambil sesekali meneteskan air mata.

Sinar matahari menyinari kasur Rani. Membuatnya terpaksa untuk bangun. Rani terkejut melihat Ridho adiknya, tertidur pulas di pinggiran kasur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun