Aku menyukai film sejak kecil. Bagiku film adalah cara untuk menyampaikan pesan dengan indah dan menarik. Lewat film aku belajar dan berimajinasi tentang banyak hal. Ketika aku masih kecil, film yang paling sering aku tonton adalah film kartun. Aku suka melihat tokoh-tokoh lucu, juga jalan cerita yang kadang membuatku tertawa atau sedih.
Beranjak besar, aku terkadang ikut menonton sinetron bersama keluargaku. Terkadang aku ikut geram apabila ada tokoh jahat yang muncul. Bagiku, sinetron di zaman dulu berbeda dengan sinetron zaman sekarang. Menurutku, cerita sinetron zaman dulu lebih kreatif dan mendidik dibandingkan sinetron sekarang. Lagi pula sekarang aku rasa sudah jarang orang menonton televisi di masa yang sudah serba digital ini.
Aku masih ingat ketika diajak menonton bioskop untuk pertama kalinya oleh sepupuku. Saat itu aku kelas 6 SD. Film yang hendak kami tonton adalah "Laskar Pelangi." Aku senang sekali dan membayangkan bagaimana sensasi menonton di layar lebar. Namun tepat di pagi hari sebelum kami berangkat, aku sakit demam dan mual. Terpaksa aku batal menonton bioskop.Â
Hal yang sedih juga menyelimuti aku ketika tahu bahwa film yang aku hendak tonton itu menjadi film Best Seller. Ditonton oleh banyak orang. Aku tidak pernah punya kesempatan pergi ke bioskop lagi karena keluargaku hendak pindah ke Aceh.Â
Hal yang membuatku miris kembali adalah di Aceh tidak ada bioskop. Aku pun mengubur keinginanku menonton di bioskop dan akan menunggu film itu tayang di layar kaca saja.
Setelah sekian lama, akhirnya aku menonton film Laskar Pelangi di televisi. Aku pun mengerti mengapa film ini begitu populer. Film ini menceritakan perjuangan untuk menimba ilmu di tengah keterbatasan. Tentang persahabatan dan juga sedikit sindiran tentang perbedaan kasta ekonomi. Aku menyukainya. Kecintaanku terhadap film membuatku tertarik terhadap cerita. Karena bagiku, cerita adalah inti dari setiap film yang ada.
Aku cukup terkejut karena menemukan novel laskar pelangi di perpustakaan daerahku. Meski aku sudah sering menonton filmnya, aku masih tertarik membaca novel yang tebal ini. Jujur, sebenarnya saat awal aku ragu apakah bisa tamat membaca buku ini. Karena ini adalah pertama kalinya aku membaca novel. Aku membaca halaman per halaman, bab ke bab, sampai aku tidak sadar aku tidak bisa berhenti. Ceritanya sangat seru, lebih seru daripada menonton filmnya.Â
Aku akhirnya mengerti tentang ungkapan beberapa orang kalau novel terkadang lebih bagus dari film adaptasinya. Dalam novel latar belakangnya diceritakan lebih rinci.
Ceritanya juga lebih dalam. Tetapi filmnya juga tidak buruk. Karena di dalam film juga di sampaikan pesan yang tidak jauh berbeda dengan isi novel. Walau jelas tidak semua hal yang ada di novel ada di dalam filmnya.
Sebelum aku lulus kuliah, keluargaku memutuskan untuk pindah ke Tangerang, sementara aku tetap melanjutkan kuliah sampai lulus. Ketika aku sudah lulus aku pun ikut pindah dan mendapatkan pekerjaan di sana. Kesempatanku untuk menonton film di bioskop muncul kembali.Â