Mohon tunggu...
Inong Islamiyati
Inong Islamiyati Mohon Tunggu... Penulis - Gadis pemimpi dan penyuka anime

See the world with a different style and finding happiness

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Surat Ayah

14 Mei 2023   06:00 Diperbarui: 14 Mei 2023   06:07 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Ayana, bagaimana sayang apa kamu mau menerima lamarannya?" ujar ibu sambil mengelus rambutku. Sementara aku berbalik arah sambil berpura-pura tidur


"Aku tidak tahu Bu. Aku takut kalau rumah tangga kami tidak berjalan baik. Ayana takut jika tidak bisa menjadi istri yang baik."


"Ayana, di dunia ini tidak ada yang sempurna Nak. Kalau kamu mencari kesempurnaan niscaya tidak akan pernah kamu dapatkan. Kalian bisa belajar bersama untuk saling menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jika kamu memang yakin, terimalah dia. Dia sudah berani datang untukmu, apalagi dia tidak pernah pacaran. Tetapi itu semua tergantung kamu sayang. Ibu hanya bisa memberimu saran saja.


Malam itu, aku tidak bisa tidur. Pikiran buruk terus saja menerpa di otakku. Lalu aku memutuskan salat di malam hari. Meminta petunjuk kepada Allah atas apa yang terbaik bagiku. Kemudian akhirnya aku tertidur juga. Lalu, ketika lelaki itu datang kembali, aku memberanikan diri dan menerima lamarannya.


Aku percaya ibu, Ayah. Kalau dia adalah lelaki yang terbaik untukku. Aku tahu bahwa aku masih harus terus belajar. Tetapi aku juga perlu seorang imam untuk membimbing aku, dan aku yakin kalau dialah orangnya. Ibu menangis haru mendengar keputusanku. Lalu kami mulai menyusun acara untuk pernikahan nanti. Kami akan melaksanakan pernikahan dengan sederhana. Hanya dengan beberapa keluarga dan  tetangga saja. Tidak apa tidak terlalu mewah yang penting kami nanti bisa bahagia.

Tepat semalam sebelum ijab kabul antara aku dan dia dilaksanakan, ibu masuk ke kamarku. Menyerahkan sebuah surat yang kelihatannya sudah lama. Kata ibu, ini adalah surat yang sangat penting untuk kubaca. Setelah ibu pergi, aku mulai membaca surat aneh ini.


Untuk Ayana


Anakku, maafkan ayah. Ayah mungkin hanya bisa bersamamu sebentar saja. Sebenarnya, ayah ingin sekali bisa melihatmu tumbuh dewasa. Mengantarmu dan mengajarkan kamu banyak hal. Tetapi ayah rasa, ayah tidak sanggup Nak. Maafkan ayah karena terpaksa harus meninggalkan kamu dan ibumu. Ayah... Sungguh minta maaf.


Anakku, apa benar sebentar lagi kamu akan menikah? Ayah turut senang. Karena kamu akan mendapatkan cinta dari lelaki selain ayah. Semoga, pilihanmu adalah pilihan yang terbaik untuk kehidupanmu kelak. Ayah selalu berdoa agar putri ayah bisa selalu bahagia.


Anakku, berusahalah menjadi istri dan ibu yang baik bagi suami dan anak-anakmu kelak. Taatilah suamimu selama itu adalah sebuah kebaikan. Jangan marah karena rumah yang mungkin berantakan. Jangan marah apabila sikapnya ternyata tidak seperti yang kau bayangkan. Karena memang seperti itulah sebuah pernikahan. Kalian harus saling belajar menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing.


Anakku, surat ini sengaja ayah tulis untuk kau baca sebelum pernikahanmu. Karena, ayah belum sempat bisa bersamamu namun nasihat dari ayah ada di dalam surat ini. Terima kasih sudah tumbuh dengan baik anakku. Terima kasih atas cinta yang kau berikan untuk ayah dan ibu. Ayah dan ibu akan selalu mendoakan kebahagiaan untukmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun