Mohon tunggu...
Sudutpandang
Sudutpandang Mohon Tunggu... Lainnya - dari nama sudah mewakili isi

Smiling striker Suka mengamati saja

Selanjutnya

Tutup

Politik

Stop Cebong & Kampret!

14 April 2019   21:22 Diperbarui: 14 April 2019   21:53 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Istilah cebong mulai tenar terdengar sejak pemilu presiden tahun 2014 sebagai ejekan kepada pendukung capres Joko Widodo oleh pendukung Prabowo Subianto, sedangkan istilah kampret mulai buming pada pilpres tahun 2019 ini sebagai ejekan untuk pendukung Prabowo Subianto. Kata yang sangat simple tanpa ada arti yang mendalam jika dibanding kata-kata atau istilah kasar dijalanan, tapi sadarkan kita dengan makin intensnya kata cebong dan kampret itu sliweran di media sosial twitter, instagram dan facebook menggeser kedua kata tersebut bermakna kebencian, egois dan unrespect terhadap hak politik pribadi warga negara indonesia.

Dikepala para cebong dan kampret (yang saya maksud pada pen-jugje) sudah tidak menggunakan akal sehat dan tenggang rasa. Dengan emosional akan membully, unfollow, dan tidak sedikit yang memblok akun yang pilihannya berseberangan dengan pilihannya. Hubungan pertemanan yang awalnya berjalan baik menjadi renggang karena istilah menyakitkan tersebut. Sebagian beralasan untuk menunjukkan militansi dukungan tapi disisi lain mematikan hak orang lain. Ada pula berlindung alasan bahwa kaum milenial adalah kaum yang kritis dan tidak ingin dibatasi. What?? apakah ini yang dinamakan kritis? ini bullying berjamaah dan tidak pantas. 

Beberapa orang yang tidak ingin diperlakukan tidak pantas, menjaga pertemanan atau untuk menjaga reputasi cenderung menyimpan pilihan pribadi dengan tidak ikut show di medsos, mengikuti poling dan lain sebagainya yang berhubungan dengan pilpres. Sesungguhnya hak diam mereka bagian dari asas pemilu Luber Jurdil (langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil).

Pemilu tahun 2014 & 2019 bisa dikatakan pilpres yang paling panas dan menguras psikis. Semoga dimasa tenang ini kita bisa menghentikan budaya Indonesia yang baru yaitu budaya bullying. Mari hargai hak pilih masing-masing, Baca / nontonlah berita dari media yang tidak frontal memihak (kita sama-sama tahu saat ini tidak ada media berita mainstream yang berimbang), stop saling serang dengan istilah cebong / kampret dan berusaha agar anda jangan golput tanggal 17 April.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun