Baru beberapa langkah darimu, namun mengapa tak bisa lagi kucium harumMu?
status fesbuk penuh foto reuni dan komen dengan tawa canda berderai-derai, canda yang terlalu melewati batas, mungkin bagimu tak apa-apa karena itu hanya canda...tapi bukankah Sang Maha Teliti akan menghitung biar sekecil zarrah amal perbuatan kita? Entahlah...kau hanya mencibir karena kau pikir aku iri dengan kedekatan kalian...kau pikir aku iri dan ingin turut larut dalam celoteh semu berderu-deru itu. Apakah aku memang iri? Entahlah...
Seorang lelaki berduka menyanyi bak teriris sembilu ketika sang kekasih meninggalkannya, perlukah ia menampakkan duka itu dalam sebuah lagu? Mungkin lantunan doa dan zikir lebih berguna untuk kekasihnya yang tlah tiada, entahlah... Kupikir nyanyianmu itu tak ada artinya di mata Allah, kecuali memang bukan ridhaNya yang kau tuju...entahlah...
Sumpah serapah kini terdengar dan terbaca olehku...ketidakpuasan akan sebuah kekalahan, menyalahkan si anu dan si itu, menyesali keputusan si anu dan si itu, bahkan pemimpin negeri harus rela menjadi kambing hitam sebagai yang tersalah...mengapa kemenangan demikian penting untukmu? Entahlah...aku tak tahu...
Dan aku adalah yang tersisa, masih menyala di tengah malam yang gulita...mencari pembenaran akan segalanya, seolah-olah tak pernah berlumur dosa...
Ramadhan, baru beberapa langkah darimu, namun mengapa tak bisa kucium lagi harumMu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H