Krisis pandemi COVID-19 telah berdampak pada perubahan bisnis secara global. Saat ini, kemajuan teknologi dan ruang digital memaksa para pelaku bisnis untuk mengubah model bisnis (business model) yang sudah ada, dan menawarkan cara baru untuk berinteraksi dengan pelanggan. Untuk mengidentifikasi dan merespon secara efektif peluang dan ancaman digital di masa depan, penting untuk mengembangkan pola pikir pola pikir digital atau digital mindset.Â
Digital mindset bukanlah kemampuan untuk menggunakan teknologi. Melainkan sikap dan perilaku yang memungkinkan orang dan organisasi untuk memahami suatu peluang. Media sosial, Big Data, mobilitas, cloud, AI (Artificial Intelligence) dan robot adalah beberapa kekuatan besar yang menjadi disrupsi dunia saat ini, memasuki setiap aspek kehidupan dan bisnis. Agar organisasi dapat berkembang, mereka harus dapat membuat dan menerapkan strategi bisnis sesuai dengan perubahan yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan ini.Â
Penting untuk diketahui bahwa menjadi digital-savvy tidak sama dengan memiliki digital mindset. Menjadi digital-savvy hanya menunjukan kemampuan seseorang untuk menggunakan teknologi tertentu, meskipun memungkinkan mereka untuk mengembangkan pola pikir digital lebih mudah. Seseorang dengan digital mindset paham bahwa teknologi memiliki kemampuan untuk memperluas dan mempercepat interaksi dan aksi antar manusia. Berikut adalah beberapa karakteristik dari digital mindset:
Abundance mindset
Memiliki pendekatan kolaboratif dan kooperatif, open-mindedness, dan kepercayaan adalah indikasi dari dunia digital yang saling terhubung.
Growth mindset
Orang dengan mindset ini cenderung mengambil setiap kesempatan untuk membantu mereka tampil lebih baik. Orang-orang ini lebih cenderung melakukan upaya ekstra untuk mempelajari hal-hal baru dan memiliki fleksibilitas yang membantu mereka mengatasi tantangan.Â
Agile approach
Menjadi gesit lebih dari sekedar beradaptasi dengan perubahan. Pada era digital, kita harus merasa nyaman dengan teknologi, melihat perubahan sebagai peluang, dan menerima cara kerja yang baru.
Comfort with ambiguity
Di era VUCA, ambiguitas dan volatilitas telah menjadi standar. Sangat penting untuk menjadi adaptif terhadap ambiguitas; mengambil keputusan dalam menghadapi informasi yang tidak lengkap, dan tentu saja benar ketika kita mengeksplorasi dan bereksperimen. Kita harus bersiap untuk menghadapi ketidakpastian dan perubahan ini.
Explorer's mind
Digital mindset juga berarti menggunakan teknologi sebagai alat untuk eksplorasi. Mereka yang mampu mengeksplorasi dan belajar di luar keahlian mereka akan menjadi orang-orang yang tetap relevan dan membawa nilai bagi diri mereka sendiri dan organisasi tempat mereka bekerja.
Collaborative approach
Kita hidup di dunia yang kompleks dengan tantangan yang tak terduga. Kompleksitas berarti keragaman pemikiran, pendekatan dan ide untuk menyelesaikan masalah, karena pengalaman dan keahlian di masa lalu tidak selalu merupakan prediktor yang dapat diandalkan di masa depan. berinovasi dan menciptakan nilai membutuhkan banyak perspektif yang berbeda. Kolaborasi adalah satu-satunya cara untuk memahami dunia yang kompleks dan mendefinisikan praktik baru yang berhasil.
Embracing diversity
Digital mindset pada dasarnya berarti melampaui yang jelas dan terlibat dalam dialog dengan pikiran yang berbeda, dan merangkul ide-ide yang berbeda bahkan ketika mereka sangat berbeda.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H