Bahasa ialah suatu alat yang digunakan untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Tujuannya yaitu untuk menyampaikan pikiran, gagasan ataupun perasaan. Dalam kaajian sociolinguistic, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbiter, produktif, dinamis dan beragam. Pada artikel ini saya mengkaji dua kajian sociolinguistic yang selalu berhubungan dan sulit dipisahkan antara keduanya, yaitu dialek dan etnik.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa dialek adalah variasi bahasa dari kelompok penutur yang berbeda dengan kelompok yang lain yang disebabkan oleh letak geografi, factor social, dan lain-lain. Sedangkan etnis adalah suatu golongan manusia yang anggota-anggotanya mengidentifikasi dirinya dengan sesamanya, biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama. Disini saya akan memberikan sedikit contoh mengenai dua jenis etnik yang memiliki dialek yang sangat kental, yaitu Gayonese dan Sundanese.
Suku Gayo adalah sebuah suku bangsa yang mendiami dataran tinggi Gayo di Provinsi Aceh bagian tengah, wilayah tradisional suku Gayo meliputi Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues. Bahasa yang mereka gunakan dalam percakapan sehari-hari adalah bahasa Gayo., namun ada beberapa perbedaan dialek dalam bahasa Gayo, seperti dialek Gayo Lut, Deret, dan Blang. Ciri khas orang Gayo ketika berbicara pasti terselip kata "geh", "keh", "boh", "yoh", "wen" dan "no". Â Seperti dalam contoh kalimat :
No kenapa lama kali sampek, kami udah nunggu dari tadi ?
Coba lihat tugasku, udah betul keh ?
Kapan-kapan mampir kerumahku boh !
Selanjutnya yaitu suku Sunda. Suku Sunda merupakan kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indonesia. Orang Sunda tersebar diberbagai wilayah Indonesia, dengan provinsi Banten dan Jawa Barat sebagai wilayah utamanya. Seperti halnya suku Gayo, suku Sunda memiliki dialek yang kental dan khas. Dialek bahasa Sunda sangat beragam, mulai dari dialek Sunda-Banten hingga dialek Sunda-Jawa Tengah yang mulai tercampur dengan bahasa Jawa.
Berbicata soal dialek, didalam bahasa Sunda banyak sekali pengucapan kata-kata yang memakai vocal "eu" walaupun didalam bahasa Indonesia hanya terdapat lima vocal yaitu "a", "i", "u", "e", dan "o". seperti dalam pengucapan kata "heunteu(tidak)", "meureun(mungkin)", dan "deui(lagi)". Selain itu didalam percakapan sehari-hari, orang Sunda cenderung tidak bisa melepaskan logat kedaerahannya, seperti penggunaan kata "da", "mah", "atuh" dan "teh". Contohnya dalam kalimat,
Dakamu mahkalo dibilangin suka ga percaya.
Sekarang tehaku udah pindah kerja.
Demikian penjelasan saya mengenai dua suku yang memiliki dialek yang kental dan khas yaitu suku Gayo dan suku Sunda. Namun selain itu, tentunya masih banyak sekali suku-suku atau etnik di Indonesia yang memiliki dialek yang khas dalam setiap pengucapan kata dalam percakapan setiap harinya, mengingat Indonesia ialah Negara yang terdiri dari ribuan suku bangsa dan Bahasa. Dari sini dapat disimpulkan bahwa dialek dan etnik adalah dua kajian sociolinguistic yang selalu berkaitan, dan dialek pula dapat menjadi suatu alat untuk menunjukan identitas kita. Maka dari itu, kita semestinya berbangga dengan masing-masing dialekyang kita punya, whatever it is.