Mohon tunggu...
Innaya PuteriZhafirah
Innaya PuteriZhafirah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Saya hobi menulis serta membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perubahan Diri yang Berkesan

26 September 2022   11:29 Diperbarui: 26 September 2022   11:31 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
TIPS BELAJAR - QUANTUM STUDENT

     Tujuh tahun lalu, aku duduk dikelas lima sekolah dasar. Saat itu aku masih suka bermain dan termasuk anak yang kurang menyukai pelajaran menghitung. Mungkin sebelumnya tak pernah terpikirkan bahwa akan ada perubahan. Mengapa? Karena nilai matematikaku selalu mengecewakan. Sampai sampai Ibuku sudah sering memarahiku akan hal ini. Aku juga bisa dibilang anak yang sedikit nakal. Aku pernah berbuat buruk kepada temanku karena merasa iri terhadapnya yang pintar dalam menghitung. Sampai saat raport kenaikan kelas dibagikan, aku mendapatkan rangking 15. Karena hal itu, aku kurang dapat dipercaya oleh teman temanku untuk mengerjakan soal LKS kelompok. Menurut mereka aku ini tidak pintar dan jawabanku sudah pasti jauh dari kata benar. Aku sedikit tersinggung akan hal tersebut, namun aku coba untuk tidak terlalu memikirkannya.


     Setelah pembagiaan raport kenaikan kelas, aku dinyatakan naik ke kelas 6. Libur semester datang dan aku banyak menghabiskan waktu dengan bermain. Bermain itu bagaikan asupan sehari hari bagiku saat itu. Tak terasa, tahun ajaran barupun sudah datang. Aku masuk kedalam kelas yang sudah ditentukan oleh pihak sekolah. Saat masuk kelas, aku melihat teman temanku yang dulu pernah sekelas denganku, sebagian lagi ada yang terihat asing bagiku karena kami belum pernah mendapatkan kelas yang sama sebelumnya. Wali kelas baruku, yaitu Ibu Iyet masuk kedalam kelas dan mulai memberikan informasi mengenai kelas, persiapan UN, dan proses belajar. Sesudah itu, Bu Iyet memberikan kami soal matematika mengenai operasi hitung. Dimana didalamnya ada bilangan negatif positif.

     "kerjakan. Lihat soalnya dengan teliti. Ini merupakan matematika dasar yang harus kalian kuasai sebelum beranjak lebih jauh" kata Bu Iyet dengan suara tegasnya. Bu Iyet ini termasuk guru yang terbilang galak dan killer. Setiap ada anak yang nakal, beliau ini selalu memarahinya. Memarahinya ini bukan berniat apa apa, beliau ini sayang kepada kami. Akupun yang notabenya sedikit takut dengannya langsung berusaha mencoba mengerjakan walau aku tak pernah mengerti bagaimana caranya. Butuh puluhan menit bagiku untuk menyelesaikan soal ini. Awalnya aku sudah berpikir bahwa jawabanku akan banyak yang salah, karena aku tahu kalau diriku ini kurang dalam hitungan.

     Aku pun berniat untuk meminta diperiksa, saat diperiksa ternyata aku hanya salah dua soal dari sepuluh soal. Awalnya aku kira ini hanya sebuah kebetulan atau hari baikku saja. Tiba tiba salah satu temanku bertanya kepadaku "Nay, kamu berapa?". Lalu aku menjawab "80, aku kira aku akan mendapatkan nilai yang kecil". Lalu diapun mengangguk dan pembicaraan kami pun berakhir. Kebetulan sudah jam pulang, aku dan anak anak pun keluar dari kelas dengan tertib. Tidak lupa kami mengucap salam pada Bu Iyet.
           
     Waktu pun sudah belalu selama 2 minggu, ternyata aku dapat menghadapi setiap mata pelajaran matematika dengan lancar. Entah apa yang salah, aku selalu mudah memahami materi yang Bu Iyet jelaskan. Dari situ, aku mulai menyukai matematika walaupun hanya sedikit. Setidaknya kini aku tidak terlalu bingung dan tidak paham.  Menurutku, Bu Iyet ini guru yang pintar dalam menjelaskan. Sampai sampai aku, yang dulunya selalu tidak paham akan berhitung pun dapat memahaminya secara perlahan.

     "Sebentar lagi kalian akan menghadapi UN, dimana UN ini akan menjadi penentu kalian dalam masuk ke sekolah menengah pertama. Ibu harap, kalian bisa menggunakan waktu dengan baik dan kurangi waktu bermain kalian. Belajar dengan giat demi selangkah menuju masa depan"


     Itulah nasehat Bu Iyet yang selalu aku ingat sampai saat ini. Aku mulai was-was dan merasa takut menghadapi UN. Bagaimana jika aku gagal dan tidak bisa masuk Sekolah Menengah Pertama yang aku inginkan. Ibuku akan sedih dan terpaksa aku akan masuk ke sekolah swasta. Apalagi, swasta terbilang cukup mahal bayarannya bagi keluargaku. Ibuku sangat berharap bahwa aku nanti bisa masuk ke SMP Negeri favorit yang ada di daerah kecamatan kami.
           
     Semenjak saat itu, aku mulai meninggalkan yang namanya bermain. Biasanya aku bermain tanpa henti sampai matahari tenggelam bersama anak tetanggaku yang umurnya jauh lebih muda dariku. Selain itu, aku mulai meninggalkan kebiasaan burukku  yang selalu membuat Ibuku naik darah. Memang itu sangat sulit bagiku. Karena aku harus meninggalkan hal yang membuatku bahagia dan senang. Aku juga ikut les kecil kecilan dirumah. Levelnya memang tidak sehebat GO, namun les ini terbilang murah dengan bayaran 5000 setiap pertemuan. Gurunya juga masih muda dan sangat baik, dia bisa dengan sabarnya terus membimbingku dan mengajariku hingga aku benar benar paham dengan materi yang dia ajarkan.

     Namun, disaat itu juga banyak lika-liku yang harus aku lalui ketika teman-temanku mulai menjauhiku tanpa sebab dan alasan. Bahkan mereka membicarakanku diam diam. Itu mulai membuatku tidak nyaman dengan situasi ini. Rasanya aku ingin bertanya kepada mereka mengapa mereka tiba tiba begitu? Namun ternyata hatiku menarikku untuk tidak menanyakan hal itu kepada mereka. Hingga aku tidak memiliki teman, dan akhirnya hanya melihat teman teman cowokku yang bermain sembari bercanda. Untungnya mereka tidak keberatan jika aku ikut bergaul atau melihat mereka bermain. Bahkan pernah ketika aku datang kesekolah dan menurunkan kursiku, kursi tersebut sudah penuh banyak coretan dengan kata kata yang membuatku ingin menangis detik itu juga.
           
     Tak berhenti sampai disitu, aku juga pernah dibuat menangis oleh salah satu temanku. Dia memarahiku tanpa sebab yang jelas. "Kamu tidak usah merasa pintar. Aku tahu kamu itu dulunya seperti apa. Teman teman sekalas saja sudah tahu sifat busuk kamu seperti apa" katanya, lalu pergi bersama teman temannya begitu saja.
 
     Jika boleh jujur aku sakit hati dengan perkataannya, bahkan lebih dari itu sampai detik ini aku masih mengingatnya walau sudah memaafkannya. Seperti istilah kaca yang pecah dapat diperbaiki namun tidak akan bisa meninggalkan jejak pecahannya. Walau aku sudah memaafkan kesalahannya, aku tidak akan bisa melupakan apa yang pernah dia perbuat.

     Beberapa bulan mendekati UN pun aku mulai sibuk mempersiapkan segalanya. Bahkan, segala tingkah buruk teman temanku terhadapku mulai aku singkirkan dan tidak aku hiraukan. Karena, aku pernah sempat bercerita mengenai hal tersebut kepada Ibuku saat itu. "Bu, kenapa semua teman- teman teteh menjauh? memangnya kesalahan apa yang sudah teteh lakukan kepada mereka?"


     Ibuku mendengarkan segala keluh kesahku dan ketika sesudah selesai, dia mulai berkata dan menasehatiku kala itu. "Gapapa, biarkan saja mereka seperti itu. Yang penting kita harus tetap bersikap baik pada mereka. mengerti?". "Iya, bu. teteh akan mencoba untuk tetap baik dan mencoba tidak peduli dengan apa yang mereka katakan" Jawab ku dengan mantap. Saat itu aku sudah sangat yakin dan niat dalam hal tersebut.
           
     Hari UN pun telah tiba. Aku sudah menyiapkan dan mempelajari segalanya dengan matang. Aku benar benar berharap bahwa nilai UN ku akan keluar dengan hasil yang memuaskan. Lalu setelah bel berbunyi menandakan ujian akan segara dimulai, aku masuk kedalam ruang kelasku dan duduk di kursi sesuai absenku. Ujian berlangsung selama tiga hari berturut turut. Rasanya lama dan sengat melelahkan bagiku. Namun, dibalik itu semua ada rasa penasaran yang tertanam di hatiku untuk mengetahui hasil UN milikku.


     Hari ke satu, dua dan tiga akhirnya telah berhasil ku lalui dengan lancar. Aku hanya cukup berdoa dan bertawakkal kepada yang di atas. Aku benar benar ingin masuk kedalam sekolah negeri di Cipatat. Bu Iyet pun selaku wali kelas ikut mendukungku dan memberikan motivasi, membuatku semakin optimis dan semangat. Butuh beberapa minggu untuk aku mengetahui bagaimana hasil UN yang telah aku lalui.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun