Mohon tunggu...
Inna Riana
Inna Riana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger, Top 3 Kompasiana Next Top Content Creator 2024

Ibu rumah tangga yang suka menulis blog dan memasak. Blog lain: www.emakriweuh.blogspot.com, www.innariana.com, www.dapurngebut.com, www.inas-craft.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Janji Si Gadis Kecil

16 Juli 2014   21:16 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:08 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kursi tempatku berbaring tiba-tiba bergoyang. Ada yang tahu tempat pesembunyianku rupanya. Aku memicingkan sebelah mata, melihat siapa yang datang. Sesosok tubuh menyeruak masuk ke kolong meja, lalu naik ke atas kursi. Meringkuk di sebelahku. Oh, gadis kecil itu lagi. Dia memang selalu mengganggu tidur siangku.

Dalam tempat sempit bernama kolong meja makan, kami bertatapan. Tubuh kami sama-sama berbaring membentuk lingkaran. Aku memejamkan mata. Mencoba tidur lagi. Nampaknya, dia sedang menatapku. Ah, biar saja. Biasanya dia ikut tidur bersamaku. Jika tidak tidur, dia akan berbicara sendiri, atau menangis sesenggukan.

Sebenarnya, aku menyukai gadis kecil ini. Dia baik. Dia juga menyayangi aku dan anak-anakku yang jumlahnya sudah tidak bisa kuhitung lagi. Anak-anakku juga suka kepadanya. Dia tidak pelit membagi makanan dan selalu mengajak mereka bermain. Kadang suka kelewatan juga, sih. Anak-anakku entah dibawa pergi ke mana. Aku jadi gelisah mencari mereka untuk menyusu. Melihatku cemas, dia segera mengembalikan mereka semua kepadaku.

Si gadis kecil berbicara perlahan sambil membelai kepalaku, "Kamu pasti jadi ibu yang baik."

Oh, tentu saja! Anakku kan, sudah banyak. Bahkan yang paling besar sudah menjadi penguasa di gang sebelah. Anakku itu ditakuti banyak pejantan muda serta digandrungi para betina. Ya ya yaa..  aahhh... aku suka jika kau mengelus bawah daguku.. hmmm...

"Aku sayang kamu," katanya sambil membelai perutku.

Hei, hati-hati! Aku tidak mau kau menekan perutku terlalu keras! Kamu mau apa? Mau meraba di mana letak jabang bayiku? Jangan! Sakit tahu! Aku memberontak.

"Sakit, ya? Maaf, sayang. Aku cuma pengen pegang anak-anakmu," tangannya tetap membelai, tapi tidak menekan seperti sebelumnya.

Sambil terus menggerakkan tangannya disela-sela buluku, isakan mulai terdengar dari mulutnya. "Aku sedih. Mami marah lagi. Aku nggak tahu kenapa aku selalu salah. Aku bukan anak yang baik. Aku anak yang nakal," gumamnya sambil berlinang air mata.

Duh, dia nangis lagi! Malas aku mendengarnya! Paling-paling, dia dimarahi lagi oleh perempuan bertubuh gemuk yang dipanggilnya 'mami' itu. Memang, Mami suka kelihatan menakutkan jika sedang marah. Aku saja bisa lari terbirit-birit jika mendengar bentakannya.

"Mami mukul aku lagi, " air mata semakin deras mengalir di pipinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun