Mereka yang peka akan hal itu, segara berhimpun untuk menjadi bagian dari solusi. Â Entah itu menjadi relawan pengajar, atau relawan penyelamat hewan terlantar, atau relawan yang membersihkan sampah di lingkungan masing masing. Â
Di Pasar Butun Balikpapan, seorang pemuda sederhana rutin meluangkan waktunya 3 kali dalam seminggu mengadakan bimbingan belajar gratis untuk anak anak disana. Tanpa suruhan siapapun dan tanpa imbalan sedikitpun.
Hasil penelitian Marsh, seorang psikolog yang melakukan pencitraan otak manusia menyatakan bahwa para sukarelawan memiliki amigdala yang lebih besar dan lebih reaktif daripada orang psikopat.Â
Amigdala merupakan bagian di otak yang secara cepat menterjemahkan isyarat non verbal, merespon emosi dan melakukan pengolahan dan ingatan terhadap reaksi emosi. Hasil kerja amygdala terwujud dalam sikap dan perilaku peduli terhadap sesama.Â
Dari penelitian ini kita bisa mengetahui bahwa mereka yang melakukan tindakan altruistik (menolong orang lain) bukan manusia sembarangan, mereka memang terpilih untuk mendapatkan "karunia"nya.
Menjadi relawan tidak ada kaitannya dengan status sosio ekonomi seseorang. Hasil sebuah penelitian di Amerika Serikat menyatakan bahwa orang dengan status ekonomi rendah lebih rendah hati daripada mereka yang memiliki status ekonomi tinggi. Â
Mereka rela mendonasikan donasi lebih besar daripada orang kaya. Mereka yang status ekonomi rendah memiliki nilai nilai egaliter, mereka lebih peduli terhadap orang lain, dan mereka lebih memiliki sifat welas asih. Â
Karena mereka pernah merasakan bagaimana rasanya tergantung dengan orang lain. Pengalaman ini melatih sifat empati dan terbiasa dengan bahasa tubuh orang. Tentu hal ini tidak dialami oleh orang dengan status ekonomi tinggi.Â
Mereka cenderung mempertahankan kekayaan mereka. Meskipun banyak juga orang dengan status ekonomi tinggi menjadi filantropi kelas dunia.