Mohon tunggu...
Rinnelya Agustien
Rinnelya Agustien Mohon Tunggu... Perawat - Pengelola TBM Pena dan Buku

seseorang yang ingin menjadi manfaat bagi sesama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pesan untuk Relawan yang Masih Berjuang!

4 Desember 2019   23:25 Diperbarui: 5 Desember 2019   05:32 1014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal itu juga menjadi jawaban yang sama dari seseorang yang dengan sadar spontan menyelamatkan orang dari kecelakaan lalu lintas. Sikap rendah hati dari mereka adalah akar kenapa mereka mau menolong orang lain tanpa memandang usia, jenis kelamin, jabatan, ataupun keterbatasan fisik.

Sebuah analogi untuk menjelaskan jawaban diatas dengan mengasumsikan bahwa manusia adalah titik kecil yang dikelilingi lingkaran lapis demi lapis. Lingkaran tersebut adalah keluarga, teman, teman kantor dan orang orang di sekeliling kita. 

Sukarelawan tidak lagi memikirkan titik kecil (dirinya) bagaimana menjadi besar namun menghilangkan titik kecil itu untuk berfokus kepada lingkaran yang mengelilinginya. Tanpa mengharapkan imbalan apapun.

Bila di dunia kerja, orang melakukan sesuatu untuk mendapatkan imbalan atas apa yang telah dikerjakannya. Di dunia relawan, rasa senang justru sudah hadir di saat melakukan kegiatan. 

Berbuat baik kepada orang lain berhubungan erat dengan rasa senang dan bahagia. Menolong orang lain mengarah ke tingkat kebahagiaan yang lebih besar dibandingkan ketika kita nonton film sebagai upaya melepas penat.  Kebahagiaan ini kemudian meningkatkan kemungkinan bahwa kita akan melakukan perbuatan baik di masa depan, yang pada akhirnya menciptakan umpan balik positif berupa kemurahan hati dan kebahagiaan.

Mereka yang menjadi sukarelawan adalah memenuhi panggilan hati. Meskipun menurut filsuf Thomas Hoobes, manusia pada dasarnya adalah makhluk yang mementingkan dirinya sendiri, namun nyatanya ada manusia manusia luar biasa yang sibuk memikirkan menolong oran lain. 

Kita semua memiliki kesempatan yang sama untuk menolong orang, namun nyatanya tidak semua orang mau mengambil kesempatan itu. Mereka yang dengan sadar mengambil kesempatan menolong orang lain adalah orang orang yang memilih untuk melepaskan ke"aku"annya.

Penelitian menarik dari peneliti Universitas Geneva (UNIGE) Swiss tahun 2018 bahwa individu yang mau berkorban untuk orang lain adalah orang orang yang mampu berpikir jauh ke depan. 

Hal ini dibuktikan dari aktivitas yang kuat di korteks prefrontal ventromedial (area otak di atas mata yang digunakan ketika memikirkan masa depan) pada responden yang memiliki jiwa menolong orang lain (altruism) daripada responden yang memiliki sifat egois.  

Para sukarelawan tahu apa yang ingin dicapai dari kegiatan yang dilakukannya. Sekelompok pemuda yang meluangkan waktu malam minggu untuk menggelar buku bacaan di taman karena mereka tahu membaca adalah kebiasaan yang harus dilatih agar anak anak mampu berpikir kritis. 

Atau seorang kepala rumah tangga yang merelakan rumahnya menjadi tempat penampungan jelantah hanya karena dia tahu minyak jelantah dapat membuat laut tercemar.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun