Siapa yang dalam kurun waktu 3 bulan ini belanja di Supermarket atau di ritel modern  ? Mungkin kita semua akan menjawab "ya saya" karena rasanya tidak mungkin dalam kurun 1 bulan kita tidak membeli sesuatu, terutama ibu rumah tangga.
 Sekarang pertanyaan tersebut ada lanjutannya, siapa yang dalam kurun waktu 3 bulan ini belanja di Supermarket atau di ritel modern dan membawa kantong belanja sendiri ? apakah jawabannya masih "ya, saya". Saya yakin tidak semua pembaca akan menjawab "ya saya"karena umumnya menggunapakan kantong plastik dari supermarket. Namun, apabila pertanyaan tersebut diajukan ke warga Balikpapan ? Saya yakin warga  Balikpapan  menjawab "ya, saya".
Hampir tiga bulan  sejak bulan Juli 2018 warga Balikpapan tidak lagi menggunakan kantong plastik di supermarket, pusat perbelajaan, mini market dan retail modern. Sejak munculnya Perwali No 8 Tahun 2018 (berikut linknya perwali 8 tahun 2018), kini setiap orang yang berbelanja harus bertanggung jawab dengan barang belanjaannya sendiri. Setiap berbelanja harus berbekal kantong belanja sendiri, karena seluruh supermarket dan ritel modern tidak lagi menyediakan kantong plastik.Â
Apakah dalam praktiknya mudah ? sangat tidak mudah. Karena jujur saya sendiri sudah terbiasa dengan kantong plastik. Sekarang saya kalau mau berbelanja di Indomaret, Alfamaret, Maxi (supermarket di Balikpapan), Giant, Hypermart, atau  Transmart, saya sudah harus siap kantong belanjaan sendiri.Â
Kalau saya masih ingin berbelanja manja dengan kantong plastik, berarti saya berbelanja di pasar tradisional.  Namun saya harus  terima juga konsekuensinya, belanja di pasar tradisional panas karena tidak ada pendingin ruangan, bau tidak sedap karena namanya juga di pasar, dan harga bervariatif sehingga harus pintar menawar dan mencari pedagang yang paling murah, dan tentu tidak bisa cuci mata seperti halnya jalan jalan di mall. Â
Bisa dibayangkan saat belanja bulanan, beli beras, susu, minyak, mie instan, sabun dan lain sebagainya, lalu mba cashiernya bilang "maaf kami tidak lagi menyediakan kantong plastik" Nah lho bagaimana membawanya.Â
Beruntung masih diberi solusinya, yaitu menggunakan kardus atau membeli kantong belanja  (bukan plastik) yang harganya kisaran 10ribu rupiah. Oooh berarti tidak seribet itu ya?Â
Saya juga pernah medengar curhat ibu ibu yang ngomel karena sekarang  susah mau belanja ke mall, bahkan belanja di alfamaret atau indomaret  saja harus bawa kantong belanja sendiri. Ibu tersebut berkeluh kesah  harus  menenteng kardus belanjaannya naik turun angkutan umum. Sungguh  sangat merepotkan katanya. biasanya satu kantong plastik sudah cukup,  sekarang harus bawa dua kardus keluhnya.Â
Peraturan hadir untuk ditaati, itu seharusnya begitu ya. Tetapi terkadang peraturan hadir untuk mencari alternatif solusi. Kini ibu ibu selalu siap sedia kantong plastik kuning yang super besar di tasnya. Memang sih mbak/mas cashiernya tidak menawarkan kantong plastik lagi. Namun sekarang kebalikannya, yang berbelanja sudah siap sedia dengan kantong plastik sendiri.Â
Memang sih tidak menyalahi peraturan ya tetapi tujuan dari peraturan tersebut jadi tidak tercapai. Â Kalau saya baca Perwali no 8 tahun 2018 tujuan dari peraturan ini adalah membangun partisipasi masyarakat untuk berperan serta dalam perlindungan lingkungan hidup. Â Jadi Perwali ini bukan semata mata melarang kantong plastik, namun lebih kepada pemahaman masyarakat tentang dampak penggunaan kantong plastik bagi alam.Â
Memang harus terus menerus dibiasakan  tidak lagi tergantung dengan  kantong plastik. Ketika saya beli baju atau sepatu di pusat perbelanjaan ternama, mba cashiernya  bertanya apa membawa kantong belanja ? kebetulan saat itu saya tidak membawa. Ya saya harus terima konsekuensinya, menenteng baju baru dan kotak sepatu sampai keluar dari mall.Â