Mohon tunggu...
Rinnelya Agustien
Rinnelya Agustien Mohon Tunggu... Perawat - Pengelola TBM Pena dan Buku

seseorang yang ingin menjadi manfaat bagi sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tips Menulis dari Kang Maman

2 Mei 2018   14:43 Diperbarui: 2 Mei 2018   15:00 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diskusi Selasar 22 di Lamin Kopi Balikpapan

Untuk kedua kalinya saya mendampingi Kang Maman menjadi moderator di acara kepenulisan di Balikpapan, seharusnya saya sudah bisa menerbitkan satu buku nih karena menjadi pendengar dan pembelajar yang duduknya paling depan, tapi nyatanya belum juga (hihihi malu jadinya). Ada teman saya namanya Ayu Emil, setiap kali Kang Maman ke Balikpapan dia ngasih buku terbarunya. Keren ini, harus niru ayu nih.

Kedatangan Kang Maman ke Balikpapan sebenarnya untuk menjadi moderator di acara ILUNI UI Kaltim Sabtu 28 April lalu, beruntung ruang baca kami Pena dan Buku memiliki teman teman yang baik sehingga Selasar kepenulisan dengan Kang Maman bisa terwujud. Ah siapa sih yang tidak tahu Kang Maman, mungkin lupa nama tapi kalau wajah saya yakin pasti ingat. 

Gundul plontos berkacamata adalah ciri fisik yang membuatnya selalu diingat. Beliau adalah notulen di ILK Trans 7 lalu sekarang menjadi notulen di Q&A Metro TV. Untuk literasi, beliau salah satu narasumber terbaik. Beliau adalah Duta Literasi ILUNI UI dan sahabat literasi Kemendikbud RI. 

Sebelum menuliskan kembali ringkasan dari Selasar kemarin saya browsing terlebih dahulu satu judul buku yang disebut beliau di awal diskusi, yaitu buku BLUR How To Know What's True In The Age of Information Overload yang ditulis oleh Bill Kovach dan Tom Rosenstiel. 

Saya sempat mencari di situs jual beli buku online, nampaknya sudah tidak ada. Dari web andreasharsono.net saya dapat info ternyata buku tersebut tidak dijual, buku ini dicetak 5000 lalu dibagikan secara gratis oleh Dewan Pers dan Yayasan Pantau kepada organisasi media, organisasi wartawan maupun citizen reporter, perpustakaan serta sekolah-sekolah yang mengajarkan komunikasi maupun jurnalisme. Berita itu tertanggal tahun 2013, dan sekarang sudah 2018 berarti sudah ludes 5000 buku itu. 

Tema yang kami angkat di Selasar kemarin adalah "Apa yang perlu dipersiapkan untuk jadi penulis", satu pertanyaan pembuka mengawali dikusi sore itu adalah bagaimana membuat ide yang bertebaran di kepala bisa fokus jadi satu tulisan utuh ? sukur sukur jadi satu buku hehehe. 

Kang Maman menjawab dengan satu kata yang saya masih asing mendengarnya yakni PROSUMEN. Apa itu PROSUMEN ? Sebelum saya menuliskan tentang PROSUMEN, saya ingin merangkum dulu 9 elemen jurnalistik miliknya Bill Kovach dan Tom Rosenstiel yang saya ambil dari seword.com yaitu kewajiban pertama jurnalisme adalah kebenaran, loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada warga, esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi, jurnalis harus tetap independen, jurnalis harus sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan, jurnalisme harus menyediakan forum bagi kritik maupun komentar, jurnalisme harus berupaya membuat hal yang penting itu menarik dan relevan, jurnalisme harus menjada beritanya komprehensif dan proporsional, jurnalisme harus mengikuti suara nurani mereka. 

Seiring perkembangan internet yang semakin tidak terbendung, arus informasi hanya dalam hitungan detik sudah bisa melanglang ke berbagai benua. Maka ada satu elemen baru yakni hak dan tanggung jawab warga.

Di era saat ini, internet mengubah dunia jurnalisme. Dulu warga hanyalah konsumen namun sekarang warga sudah bisa menjadi produsen, melalui vlog youtube, media sosial, blog dan lainnya. Itulah namanya PROSUMEN produsen sekaligus konsumen. 

dok.pribadi
dok.pribadi
Yang saya suka dari gaya pembahasan Kang Maman, beliau mengkaitkan kepenulisan dengan agama. Kadang saya merinding sendiri dengar pembahasan beliau. Sungguh luar biasa beliau mampu berpikir sedalam itu. Seperti ketika beliau mengatakan bahwa menjadi penulis itu adalah melanjutkan tugas kerasulan karena dengan menulis kita bisa menyampaikan kabar ke banyak orang, dan apabila tulisan kita memiliki arti maka kita bisa membantu banyak orang keluar dari kegelapan menuju cahaya ilmu. 

Untuk memulai menulis maka mulailah dengan tema yang terdekat dengan kita, yang mudah yang kita memang kuasai. Tulisan yang makin pribadi sifatnya malah mendapat respons yang baik. 

Saya langsung teringat buku buku beliau yang Bapakku Indonesia, yang beliau luncurkan di hari Kartini tahun lalu. Di hari dimana orang merayakan kemerdekaan perempuan, Kang Maman nyeleneh untuk menerbitkan buku tentang pria. Buku itu bercerita almarhum bapaknya (alfatihah untuk almarhum) yang banyak meninggalkan pesan dan kesan untuk Kang Maman. 

Kang Maman bercerita tentang perjalanan spiritualnya saat naik haji, saat beliau berkata dalam hati saat wukuf di Padang Arafah, beliau ingin sekali bertemu ayahnya. Kuasa Allah, ada yang mengusap kepalanya kemudian beliau mendongak dan beliau melihat bapaknya yang mengusapnya. 

Saya menitikkan air mata mendengar kisah itu. Saat itu Kang Maman memiliki segudang pertanyaan tentang agama, mengapa harus begini mengapa harus begitu. Ternyata itu hal yang lumrah kok, ketika kita bertanya untuk apa haji, kenapa harus sa'i, dan pertanyaan2 lainnya yang mungkin ketika kita belajar agama tidak terjelaskan dengan baik. Semakin kita banyak bertanya semakin kita mencari tau. Tulisan yang baik haruslah lahir dari riset yang baik pula agar bisa menimbulkan reaksi positif, inspirasi, dan ide ide. 

Tips selanjutnya dari Kang Maman bila mau menulis tulis aja, jangan takut dibilang jelek, harus berani untuk menulis. Ada 5 R yang harus diingat yaitu READ, RISET, RELIABILITAS, REFLECTING DAN (W)RITE. 

Bila kamu merasa bahwa tulisanmu benar, baik dan bermanfaat untuk orang maka tulislah. Definisi benar itu adalah sesuai dengan hati nurani. Bila kamu ingin mengenal dunia maka bacalah, bila kamu ingin dikenal dunia maka menulislah, begitu pesan penutup dari Kang Maman 

Foto bersama usai acara
Foto bersama usai acara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun