Kembali ke masyarakat adat, menurut tim Sokola akar masalah pendidikan bagi masyarakat adat atau di pedalaman bukanlah kurang GURU namun lebih disebabkan karena kurikulum yang ada tidak relevan, guru juga tidak memiliki perspektif yang luas, tidak paham dengan budaya lokal dan rasa keberpihakan kepada masyarakat adat/pedalaman, dan responsive terhadap perubahan yang menjadi ancaman bagi kehidupan masyarakat adat/masyarakat di pedalamanÂ
Dalam hal ini, perlu sekali memahami banyak metode sebelum terjun ke komunitas baik itu masyarakat adat ataupun komunitas di daerah sub urban. Perlu sikap humility(rendah hati)Â agar kita bisa beradaptasi dengan baik dengan masyarakat. Seperti kata Bang Dodi "harus live in biar paham dengan komunitasnya", saat live in kita tidak mengintervensi nilai nilai local. Jangan sok judgemental, kalau pengetahuan masih berdasar asumsi.Â
Ada cerita dari Kak Butet yang bercerita kalau buku buku yang dikasih olehnya dibakar muridnya, karena akan menambah beban bila dibawa berpindah rumah. Kehidupan mereka masih nomaden. Namun tidak semua buku dibakar, buku mengenai adat mereka bawa kemana-mana. Coba kalau sudah mendahulukan emosi, sudah murka banget itu buku kok dibakar. Dan terakhir tapi selalu menjadi yang pertama "Belajar dulu baru mengajar" datanglah sebagai murid. Bukankah sejatinya kita yang belajar dari kehidupan mereka ? TAMAT
Semoga berguna
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H