Mohon tunggu...
Rinnelya Agustien
Rinnelya Agustien Mohon Tunggu... Perawat - Pengelola TBM Pena dan Buku

seseorang yang ingin menjadi manfaat bagi sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar di Pelatihan Sokola (4)

16 Oktober 2017   13:13 Diperbarui: 16 Oktober 2017   13:26 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hari terakhir pelatihan

c. Materi hitung dimulai dengan mengetahui angka, jumlah angka (satuan, puluhan, ratusan, ribuan), belajar satuan berat

Kemudian Literasi Terapan yang  terdiri dari :

1. Pelajaran wacana (pemahaman wacana buku, perjanjian dan surat kabar). Tugas guru adalah mencari bacaan yang berhubungan dengan kehidupan mereka misal di papua maka cari bacaan yang berhubungan dengan kondisi mereka saat ini. Selesai membaca mereka diminta menceritakan isi bacaan dan mereka menyimpulkan isi bacaan tersebut.

2. Dikte kata dan kalimat,

3. Menulis (apa yang didengar dan diucap itulah yang ditulis, misal "uang" ditulis "uwang" seiring pembelajaran barulah diperbaiki),

4. Praktek mulai dari belanja ke pasar, menulis surat, ketepatan dan kecepatan membaca, menuliskan kata/kalimat, menyanyi, bermain, menggambar, bercerita dan berpendapat. Anak anak juga diajari untuk memahami peta, belajar mengenai kesehatan, hukum, etika dan lain lain.

Dalam proses pembelajaran, bahasa yang dipakai adalah bahasa yang dipahami komunitas, jadi amat wajar bila melafalkan huruf atau menuliskan kalimat salah karena yang dipelajari hal baru bagi mereka. Oleh karenanya untuk mempermudah dalam belajar literasi mengenalkan huruf latin dikaitkan dengan simbol simbol local.

Diskusi seru ketika kami membahas apakah metode Sokola digunakan di sekolah formal ? karena memang pendidikan haruslah kontekstual dan keberpihakan. Yup, pendidikan dengan kurikulum yang dibuat oleh pusat tidak sesuai dengan kondisi di daerah. Murid begitu sering dijadikan kelinci percobaan kurikulum karena melulu program dan kurikulum yang dibuat berbasis murid di pusat. 

Bila metode Sokola digunakan di sekolah formal akan memakan waktu yang lama dan tentu menghabiskan uang banyak, begitu jawaban Tim Sokola meniru jawaban pejabat di Departemen terkait. Karena sebelum melakukan kegiatan harus assessment dulu, kemudian live in dan kegiatan lainnya. Hmm...daripada uangnya assesment mending buat memperkaya diri sendiri ya bapak/ibu pejabat ?? Ada penjelasan dari Kak Dilla yang kuingat ketika kutanya bagaimana pendidikan di Finlandia. "Finlandia secara geografis saja berbeda dengan kita, warga finlandia bermukim di dataran yang sama. Tidak terpisah pisah seperti Indonesia. 

Secara historis pun, daerah Indonesia berbeda beda. Jadi tidak bisa juga "plek" kita ambil metode Finlandia ke Indonesia" jelasnya. Iyap aku setuju, tidak semua metode  yang dipakai di Suku Anak Dalam bisa digunakan di Kampung Mamugu Batas Batu. Semua tergantung konteks daerah masing masing. Bagi murid murid di Sokola, literasilah jawabannya. Namun bagi komunitas pendidikan di daerah sub urban, literasi dunia digital dan kesehatan reproduksi itulah solusinya. Dan aku tidak habis pikir ketika ada pelajaran reproduksi wanita dan pria, lalu dikasih tahu foto organ reproduksinya eh malah dituntut hukuman pornografi. Seks bebas meningkat di kalangan remaja, tapi pendidikan reproduksi dilarang. 

Ada cerita dari peserta yang domisili di Porong, beliau mengajarkan pelajaran di sekolah dengan nonton NDX AKA dan film film remaja di Youtube. Metode kekinian sekali bukan, karena beliau paham anak jaman now semakin dilarang semakin dilanggar. Beliau meminta para muridnya berpendapat setelah mendengar lagu tersebut, setelah mendengar pendapat mereka barulah beliau meluruskan mana yang salah. Anak jaman now ya harus diajar oleh guru jaman now juga kan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun