Mohon tunggu...
Gamal Albinsaid
Gamal Albinsaid Mohon Tunggu... Dokter - Wirausaha Sosial dan Inovator Kesehatan

Wirausaha Sosial dan Inovator Kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Industri yang Menang Selama Pandemi Covid-19

20 Juni 2020   18:30 Diperbarui: 20 Juni 2020   18:45 1308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Analisis Dampak Industri

Pandemi COVID-19 telah memberikan dampak yang beragam pada berbagai sektor industri. Tinggi atau rendahnya dampak tersebut ditentukan oleh karakteristik industri, diantaranya perlu pertemuan besar, perlu interaksi manusia secara dekat, kebersihan, bergantungan pada perjalanan, dan kemungkinan penundaan layanan.

Berbagai karakteristik tersebut akan memberikan dampak negatif jika ada dalam sektor bisnis anda, kecuali anda berhasil pivot. Jika sektor tersebut membutuhkan pertemuan besar (seperti konser dan pertandingan olahraga) atau dapat ditunda (seperti otomotif dan perumahan) atau bergantung pada perjalanan (seperti pariwisata dan perhotelan), maka dampak pandemi COVID-19 terhadap bisnis tersebut negatif. Tinggi atau rendahnya dampak tersebut ditentukan seberapa bergantung sektor bisnis terhadap karakteristik tersebut.

Sektor yang Berpotensi Menang dan Berpotensi Kalah dalam Jangka Pendek Selama COVID-19
 

Sektor Industri yang Berpotensi Menang dan Kalah selama COVID-19 | Sumber: Decoding the economics of Covid19
Sektor Industri yang Berpotensi Menang dan Kalah selama COVID-19 | Sumber: Decoding the economics of Covid19
Selain memberikan dampak negatif pada berbagai sektor industri, pandemi COVID-19 juga memberikan dampak positif pada berbagai sektor industri. Selama pandemi ini ada sektor yang diuntungkan karena semakin dibutuhkan dan ada sektor yang dirugikan karena karakteristik sektor yang berisiko memberikan penularan dan tidak mampu beradaptasi selama krisis COVID-19.

Beberapa sektor yang berpotensi dirugikan, diantaranya pariwisata dan rekreasi, penerbangan dan maritim, otomotif, konstruksi dan perumahan. Jika bisnis anda sedang terpukul dan jatuh akibat pandemi COVID-19. Anda bisa menyesuaikan usaha agar sesuai dengan kondisi COVID-19 atau segera beralih ke sektor yang tumbuh dan diuntungkan selama pandemi.

Sektor yang tumbuh dan diuntungkan diantaranya adalah perlengkapan dan layanan kesehatan, pengolahan & retail makanan, perawatan diri & kesehatan, teknologi informasi komunikasi, & komunikasi, serta e-commerce.

Dalam perspektif investasi, pada situasi krisis akibat pandemi COVID-19 ini. Investor akan lebih ketat dan hati-hati dalam berinvestasi. Investor akan fokus pada perusahaan yang paling menyelesaikan masalah dan menyediakan lebih sedikit sumber daya. Apakah perusahaan merupakan positive winner atau positive loser dan apakah perusahaan sesuai dengan ekosistem new normal atau tidak akan menjadi sebuah pertimbangan dalam berinvestasi.

Belajar dari Pemenang Selama Pandemi COVID-19
Dari penelitian Board of Innovation dampak krisis akibat pandemi COVID-19 beragam, sebanyak 15% memiliki dampak positif, 40% sedikit negatif, 35% berat, 10% katastropik. Perusahaan-perusahaan yang berpotensi menang adalah perusahaan yang berada pada posisi yang tepat pada gelombang New Normal. Berikut ini adalah contoh-contoh perusahaan yang menang selama pandemi, diantaranya :

1.ByteDance (Tiktok)
 
TikTok adalah perusahaan teknologi internet di Cina. Raksasa streaming Cina ini meledak di kancah internasional selama krisis COVID-19 dengan konsepnya video-sharing social network. TikTok telah berhasil menjangkau dunia ketika orang-orang menginginkan kesenangan dan interaksi saat berada di rumah akibat social distancing dan stay at home.

Selain itu, pengambilan keputusan yang cepat dan kemitraan yang tepat telah menghantarkan ByteDance di garis depan dalam streaming film dan pendidikan secara online di Cina. Ketika sekolah dan bioskop terpaksa tutup di Cina, ByteDance hadir menangkap peluang tersebut. Sebagai gambaran, Ketika COVID-19 memaksa sebagian besar bioskop tutup pada Tahun Baru Imlek, mereka bekerja sama dengan Huanxi Media Group untuk merilis film blockbuster Cina berjudul Lost in Russia pada platform streaming-nya. Hasilnya, Lost in Russia dilihat 600 juta kali dalam beberapa hari. Hal tersebut mendorong ByteDance dan Huanxi merilis berbagai judul film lainnya.

2.Shopify
 
Shopify adalah platform e-commerce yang disebut-sebut sebagai salah satu kandidat yang paling baik untuk menantang dominasi Amazon dengan 1 juta bisnis online dan lebih dari 100.000 sistem penjualan. Shopify menawarkan satu set serbaguna untuk mendukung penjual menggunakan Low Touch Economy. Shopify memungkinkan pelanggan toko ritel mereka untuk menggeser penjualan online, menggunakan pick-up, atau solusi pengiriman curbside. Menurut Shopify, penjual yang terpaksa menutup toko offline mereka dapat mencapai 94% melalui penjualan online. Shopify bukan sekedar platform e-commerce, beragam solusi penjualan online dan fisiknya menawarkan fleksibilitas bagi penjual untuk terus menjual tanpa terpengaruh oleh lockdown yang terjadi.

3.Panera Bread
 

Panera Bread adalah makanan sehat dengan layanan delivery ke rumah. Restoran ini merespon cepat krisis COVID-19 dengan mendesain ulang model bisnis mereka. Panera Bread menjadi salah satu merek yang sukses beralih ke format baru dan siap untuk Low Touch Economy. Mereka menggunakan saluran distribusi yang Low Touch. Musim panas lalu mereka sudah bermitra dengan saluran digital Grubhub untuk menyediakan pengiriman tanpa kontak dalam waktu kurang dari satu jam. Mereka juga memperkenalkan curbside atau pengambilan di pinggir jalan. Saat ini, 50% persen dari pendapatan mereka sudah berasal dari e-commerce.

Panera Bread memiliki fokus pada kesehatan dan keselamatan. Mereka mengaitkan merek dengan makanan segar, melakukan pemeriksaan suhu tubuh untuk karyawan, dan meningkatkan desain interior (misalnya Plexiglass). Selain itu, mereka juga mencoba memasuki pasar baru dengan pengiriman bahan makanan pokok berdasarkan penawaran produk yang ada (produk segar, susu, roti, dan bagel). CEO Panera Bread berencana untuk mempertahankan lini bisnis ini setelah krisis berakhir. Mereka menargetkan menyediakan 500.000 makanan untuk anak-anak dan keluarga yang berada di rumah karena pandemi COVID-19.

4.Peleton

Peleton adalah perusahaan latihan di rumah. Perusahaan latihan di rumah ini tidak pernah menyangka bahwa sebagian besar pusat kebugaran di berbagai penjuru dunia akan dipaksa tutup, sehingga mendorong banyak orang untuk mencari alternatif latihan di rumah. Pertanyaannya kemudian adalah berapa banyak pelanggan Peleton yang akan tetap bertahan menggunakan peleton setelah pandemi berakhir?

Sejauh ini, terjadi pertumbuhan yang optimal pada download aplikasi dan penjualan perangkat keras. Sejak COVID-19 menyebar, jumlah total pelanggan kebugaran Peleton naik hampir dua kali lipat menjadi 886.000. Hanya dalam enam minggu, lebih dari 1,1 juta orang mengunduh aplikasi digital Peleton. Pada bulan Maret, mereka mengumumkan menawarkan uji coba latihan di rumah selama 90 hari yang tidak membutuhkan sepeda Peloton seharga 2.245 USD atau treadmill seharga 4.295 USD. Pendapatan kuartal pertama Peleton naik 66%.

Peleton telah menempatkan aplikasinya untuk sepenuhnya remote. Ketika Peleton tidak dapat menawarkan kelas langsung di studio khusus mereka, perusahaan beralih ke kelas latihan online dari rumah yang disiarkan langsung dari rumah instruktur mereka. Tantangan terbesar mereka adalah berusaha memenuhi permintaan dan mengirimkan peralatan fisik ke pelanggan dengan cukup cepat.

5.Beyond Meat

Beyond meat merupakan solusi alternatif untuk mengatasi masalah rantai pasokan selama pandemi. Produsen daging nabati ini memimpin pasar sebagai daging alternatif yang terus tumbuh. Setelah bertahun-tahun mengembangkan resep mereka sendiri, pandemi coronavirus telah menjadi momen yang tepat bagi mereka untuk mendapatkan tempat di masyarakat. Hal ini dikarenakan pada saat pandemi, Amerika Serikat mengalami krisis rantai pasokan daging. Coronavirus telah menyabotase rantai pasokan pertanian dan kapasitas produksi AS. Kondisi kekurangan daging  ini merupakan peluang emas bagi mereka.

Saat terjadi kenaikan harga grosir daging hingga € 30. Beyond Meat menggunakan kesempatan ini untuk memperkenalkan produk mereka ke konsumen baru. Mereka memberikan diskon yang agresif di dalam toko dan promosi khusus kepada mitra restoran cepat saji. Dengan margin keuntungan dua kali lipat, tanpa ketergantungan pada iklim, kemudahan pengiriman menggunakan bagasi, Beyond Meat berhasil menangkap peluang pasar dan menjadi pilihan masyarakat. Beyond Meat memosisikan diri untuk mengambil alih pasar dari produsen daging tradisional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun