Sebaliknya, Pittsburgh, dibawah perintah departemen kesehatan Pennsylvania, menerapkan larangan pengumpulan massa pada 4 Oktober 1918. Tetapi pejabat kota menunda hingga 24 Oktober sebelum melaksanakan penutupan sekolah. Seminggu kemudian, pada 2 November, negara bagian menghapuskan larangan pengumpulan massa. Kota menerapkan intervensi non farmakologi terlambat dan terpisah. Beban kematian kumulatif pittsburgh (edr 807/100.000) peringkat 43 dari 43 kota selama periode penelitian.
Belajar dari St. Louis
Kota-kota yang bertindak tepat waktu & secara komprehensif tampak mendapat manfaat paling besar dalam pengurangan total edr (excess death rate). Misalnya, St. Louis yang menerapkan strategi intervensi non farmakologi awal, strategi berlapis (penutupan sekolah & pembatalan pertemuan publik), & mempertahankannya sekitar 10 minggu, tidak mengalami wabah yang hampir merusak seperti 36 komunitas lain dalam penelitian ini.
Belajar dari Denver
Pengalaman 1918 menunjukkan bahwa intervensi non farmakologi yang berkelanjutan sangat bermanfaat & harus aktif selama puncak pandemi di wilayah tersebut. Puncak gelombang kedua sering mengikuti serangkaian aktivasi, deaktivasi, dan reaktivasi dari intervensi non farmakologi. Hal ini dikarenakan intervensi non farmakologi memiliki sifat protektif sementara dan membutuhkan respon yang berkelanjutan.
Misalnya, Denver (edr = 631/100.000 populasi) merespon dua kali dengan intervensi non farmakologi yang lebih panjang, termasuk larangan pengumpulan massa, penutupan sekolah, isolasi & karantina, & intervensi tambahan. Tindakan ini tercermin sementara pada 2 puncak kurva mortalitas. Kota dengan dua puncak, aktivasi intervensi non farmakologi diikuti oleh penurunan kematian, dan, biasanya, ketika intervensi non farmakologi dinonaktifkan, tingkat kematian meningkat.
Hasil dan Kesimpulan
Penelitian itu menunjukkan berbagai upaya intervensi non farmakologi berupa jaga jarak sosial berperan dalam menunda puncak mortalitas (kematian), menurunkan tingkat puncak mortalitas (kematian), dan menurunkan total kematian. Hasil dari penelitian itu juga menunjukkan bahwa kota-kota yang menerapkan intervensi non farmakologi lebih awal dapat menunda puncak kematian lebih lama, tingkat kematian puncak yang lebih rendah, dan total kematian yang lebih rendah. Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara peningkatan durasi intervensi non farmakologi dan penurunan total kematian.