Mohon tunggu...
Humaniora

Mengingat Kematian ( Imam Al Ghazzali )

13 Desember 2015   08:42 Diperbarui: 13 Desember 2015   08:42 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasulullah saw. Bersabda “ perbanyaklah mengingat sesuatu yang membinasakan kelezatan” .  maksudnya, dengan mengingatnya, tinggalkanlah kelezatan itu hingga terputus anggota-anggota badan anda darinya. Lantas, menghadaplah anda kepada Allah SWT.

Beliaupun bersabda. “ kalaulah binatang liar mengetahui kematia sebagaimana halnya anak adam, niscaya ia tidak akan makan kenyang “.

A’isyah r.a bertanya kepada Nabi SAW. “ Ya Rasulullah, adakah seseorang bisa berkumpul bersama para syuhada ?”

Beliau menjawab “ Ya, orang yang mengingat mati dua puluh kali dalam sehari semalam.”

Alasan keutamaan semua ini adalah karena mengingat mati akan menyebabkan seseorang menjauhkan diri dari kesenangan duniawi dan melakukan persiapan untuk akhiratnya. Sedangkan lupa kepada kematian akan mengajak manusia kepada ketekunan dalam kesenangan dunia.

Ditempat lain Rasulullah saw. Bersabda “ persembahan orang mukmin adalah bisa dipercaya “

Beliau mengatakan demikian karena duni adalah penjara bagi orang mukmin. Sebab, dunia itu senantiasa menjadi tempat untuk menahan kekerasan darinya, mengendalikan syahwatnya, dan melawan setannya. Dengan demikian, kematian membebaskan dari kesengsaraan ini, dan kebebasan itu merupakan persembahan baginya.

Beliau juga bersabda, “ kematian adalah penebusan dosa bagi setiap muslim “

Dengan ungkapan ini, yang dimaksudkan adalah seorang muslim yang benar atau seorang mukmin yang dipercaya, yang memelihara lidah dan tangannya sehingga tidak mengganggu kaum muslim yang lain, yang berakhlak mukmin dan yang tidak terkotori oleh kemaksiatan kecuali secercah noda kecil. Lalu kematian menyucikannya dari kotoran-kotoran itu dan menebusnya setelah ia menjauhkan diri dari dosa-dosa besar dan menegakan ibadah-ibadah wajib.

Sedangkan Ka’aab berkata “ Barang siapa mengenal kematian, ringanlah baginya bencana dan kesusahan dunia.”

Mengingat kematian dalam peningkatan keimanan dan ketaqwaan adalah fundamental dalam menjalani kehidupan di dunia yang sarat dengan godaan kemaksiatan, mengingat kematian juga akan mengilangkan keterikatan kepada Dunia yang berlebihan, sehingga sikap qanaah dalam menjalani kehidupan senantiasa menjadi teman sejati yang akan menajdikan hati kita tenang dan ringan pada setiap ukuran-ukuran kesulitan dunia.

Sebuah syair dari para ulama tentang penghuni kubur :

Berhentilah dikuburan katakan diatas pelatarannya

Siapa diantara kalian yang diselimuti kegelapannya

Merasakan sejuk ketentraman dari kedahsyatan ketakutannya

Diam bagi orang berakal itu mulia

Tak terkira ketinggian derajatnya

Kalau mereka menjawabmu, pastilah mereka mengabarkannya

Menjelaskan hakikat keadaannya

Orang taat tinggal ditaman

Mendatnagi rumah-rumah yang ia suka

Tapi orang jahat dianiaya

Berguling-guling didalam lubang

Tempat bersarangnya ular-ular dan kalajengking berlomba menghampirinya

Menimpakan siksaan keras dengan gigitannya.

 

Semoga menjadi titik balik bagi para muslim.

Wallahuallam

 

@ Indra Kurniawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun