Mohon tunggu...
mona ^_^
mona ^_^ Mohon Tunggu... -

Chocolate lover | Travelling holic | Lovely alone

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mudik

8 Mei 2011   00:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:58 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bahkan Obama juga mudik. “Pulang kampung nih…” katanya beberapa waktu lalu saat mudik ke Indonesia. Ada yang belum atau tidak pernah mudik sama sekali?

Menurut KBBI, mu·dik v 1 (berlayar, pergi) ke udik (hulu sungai, pedalaman): dr Palembang -- sampai ke Sakayu; 2 cak pulang ke kampung halaman: seminggu menjelang Lebaran sudah banyak orang yg --; -- menyongsong arus, hilir menyongsong pasang, pb tt usaha yg mendapat rintangan dr kiri dan kanan namun diteruskan juga; belum tentu hilir -- nya, pb belum tentu keputusan atau kesudahan suatu hal atau perkara; kokoh, baik dl soal yg kecil-kecil maupun dl soal yg besar-besar; ke -- tentu hulunya, ke hilir tentu muaranya, pb suatu maksud atau niat hendaklah tentu wujud atau tujuannya.

Budaya mudik tidak bisa dipisahkan dari budaya lain dari bangsa ini, yaitu merantau. Mencoba mencari peruntungan dengan berpindah dari tanah kelahiran menuju tempat lain yang memberi peluang menjanjikan untuk mempertahankan hidup. Ada yang merantau dari tanah Sumatera ke Jawa, dari Jawa ke Kalimantan, dari Sulawesi ke Nusa tenggara, dari Papua ke Sumatera, dan saling-silang lainnya.

[caption id="attachment_106750" align="aligncenter" width="640" caption="Antri masuk kapal di pelabuhan Merak"][/caption]

Musim mudik biasanya ada saat liburan, baik libur panjang, libur sekolah dan yang paling heboh adalah saat libur hari raya. Semua menjadi sibuk saat musim mudik tiba. Transportasi, perdagangan, media, operator komunikasi, aparat, perkantoran bahkan ibu-ibu yang akan ditinggal mudik asisten rumah tangganya juga akan lebih sibuk. Hehe

Ada banyak hal yang menyertai mudik. Oleh-oleh untuk sanak saudara dan tetangga di kampung halaman, berburu tiket, mempersiapkan kendaraan, kemacetan di jalan, bahkan ehm..persiapan untuk ‘unjuk gigi’. Begitu juga saat akan kembali dari mudik, oleh-oleh dari kampung halaman yang tidak didapati di tempat merantau akan banyak dan menggunung tinggi. Maka tak heran kendaraan para pemudik terlihat padat dan penuh sampai menjulang tinggi dengan barang bawaan.

Selalu ada suka dan duka dari setiap perjalanan hidup ya, termasuk mudik. Bahkan duka saat mudik bisa menjadi kenangan indah yang membuat tertawa saat dikenang. Seperti saat terjebak macet tak bergerak sama sekali sampai belasan jam. Pernah saat mudik lebaran ke Sumatera beberapa tahun lalu saya terjebak macet di Indramayu, dari jam 5 pagi sampai jam 9 malam diam tak bergerak kendaraannya. Huaahhh…kalau saat itu sih rasanya kesal sekali. Tapi sekarang, mengingatnya lagi suka senyum-senyum sendiri.

Pernah juga antri berjam-jam di pelabuhan paling sibuk saat mudik hari raya, pelabuhan Merak. Bahkan antri di laut Selat Sunda karena kapal bergantian bongkar muat, 4 jam kapal berhenti di tengah laut. Tak beda saat menggunakan jasa transportasi udara. Delay dari jam 8 sampai jam 4 sore juga pernah saya rasakan. Wuaahhh…dinamika mudik.

[caption id="attachment_106751" align="aligncenter" width="300" caption="Bandara Raden Intan"][/caption]

Apalagi kalau melihat reportase di media. Kendaraan bermotor sampai ribuan keluar dari ibu kota, berjajar-jajar konvoi, membawa keluarga dan tak jarang barang di ‘bagasi’ tambahan. Berebut untuk bisa naik kapal laut dengan barang yang dipanggul. Kekuatan bisa datang saat kepepet ya. Bahkan masuk kereta dan bis pun tidak lagi lewat pintu, tapi lewat jendela. Wew! The power of kepepet. Hehehe

Ah, tentu saja lebih seru kalau mengalaminya langsung ya. Berada di jalan yang padat saat mudik. Bahkan merasakan dag dig dug saat melewati tanjakan baru nagreg dalam keadaan macet, melihat mobil yang tidak kuat menanjak dan mundur, padahal jalanan penuh! Fyuuhhh….

Ada banyak kisah menyenangkan juga di sepanjang perjalanan mudik. Jadi akrab dengan sesama pemudik walaupun tidak saling kenal. Banyak kuliner dadakan di pinggir-pinggir jalan. Toko oleh-oleh berjalan juga jadi banyak. Tentu saja yang membuat bertahan dengan segala macam keriwehan saat mudik adalah bayangan akan segera bertemu dengan sanak keluarga di kampung halaman.

Diantara sekian banyak dinamika mudik. Telkomsel sangat membantu bagi saya. Untuk posko mudik, terus terang saya jarang memanfaatkannya. Yang paling bermanfaat buat saya adalah tampilan di layar ponsel yang menginformasikan posisi saya. Yup! Jadi saya tidak bingung saat ditanya saya berada di mana. Saya bisa tahu saya sedang di Gombong, Kroya, Cirebon, Cikampek, Sungai Lilin, Muara Bungo, Solok, dan kota bahkan kecamatan-kecamatan lain hanya dengan melihat layar ponsel saya. Terkadang saya menggunakan fasilitas ini untuk mengukur jarak saya ke kampung halaman masih seberapa jauh hehe…

Duh, sebentar lagi hari raya, berarti sebentar lagi kita mudik…!!! Ada yang belum pernah merasakan sensasi mudik?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun