Mohon tunggu...
mona ^_^
mona ^_^ Mohon Tunggu... -

Chocolate lover | Travelling holic | Lovely alone

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gregorius Theodorus, Panglima Romawi yang Syuhada

17 Maret 2011   05:43 Diperbarui: 4 April 2017   16:18 1109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perang itu bernama Yarmuk, dipimpin oleh Panglima muslim yang sangat tersohor Khalid bin Walid. Yarmuk ada di perbatasan Syiria -dalam sejarah Islam sering dikenal dengan sebutan Syam-,tempat pertempuran sengit pasukan Muslim dan Romawi terjadi.

Pasukan Islam bermarkas di bukit-bukit yang menjadi benteng alam, sedangkan Romawi terpaksa menempati lembah di hadapannya. Dengan jumlah tak kurang dari 240 ribu pasukan romawi, mereka kewalahan menghadapi pasukan muslimin yang hanya berjumlah 39 ribu orang saja. Puluhan ribu pasukan Romawi -baik yang berasal dari Arab Syria maupun yang didatangkan dari Yunani- tewas.

Peristiwa mengesankan yang kemudian akan tersuguh dalam perang ini terjadi saat tampuk kekuasaan dipegang oleh Umar bin Khottob, seorang Pemberani yang lembut hati. Umar adalah satu-satunya Muslim yang hijrah ke Madinah tanpa sembunyi-sembunyi dan tak ada satupun kafir Quraisy yang berani menghadangnya. Dan, Umar yang sama adalah Umar yang memanggul sendiri gandum untuk rakyatnya. Umar juga yang memecat Khalid bin Walid dari panglima perang kemudian menggantinya dengan Abu Ubaidah;, padahal saat itu Khalid adalah Panglima dengan prestasi luar biasa. Pemecatan itu adalah bukti paham dan sayang Umar yang sangat pada Khalid. Tak perlu menungu Khalid korupsi, kolusi, menjadi pengkhianat terlebih dahulu.

'Penempatan' pasukan Romawi sangat tidak menguntungkan dalam peperangan ini. Kehebatan Pasukan Islam juga membuat kagum para panglima Romawi dan komandan pasukannya, Gregorius Theodorus diantaranya, ia ingin menghindari jatuhnya banyak korban. Dipilihlah saat istirahat,Gregorius mendatangi Khali untuk perang tanding, duel satu lawan satu. Sekilas tawaran ini dapat mengurangi jatuh korban, namun bisa saja menjadi taktik sekaligus sebagai 'psy war' dalam sebuah pertempuran yang malah dapat menganulir kemenangan pasukan muslimin.

Pertarungan satu lawan satu itu terjadi, disaksikan oleh kubu kedua belah pihak. Dalam duel maut itu, tombak Gregorius patah terkena sabetan pedang Khalid. Luar biasa, rasa takjub begitu saja muncul di benak Gregorius, betapa tidak! Tombak bergagang baja itu rontok oleh sabetan pedang Khalid, padahal sepanjang pertempuran yang dipimpinnya tombak itu menjadi tumpuan pertahanan dirinya. Kepiawaian Khalid memainkan pedangkah? Tenaganya yang kuatkah? Atau memang benar pedangnya diturunkan dari langit? Rasa penasaran panglima Romawi ini makin menjadi-jadi. Dia seperti baru menemukan lawan tanding yang setimpal.

Pedang besar Gregorius dikeluarkan untuk menghadapi Khalid. Namun, Gregorius merasa Khalid selalu memberinya kesempatan untuk mengelak. Untuk kedua kalinya Gregorius merasa kagum kan sikap patriot Khalid yang saat itu sebenarnya sudah menang. Khalid bisa saja melibas lawannya saat itu yang sedang lemah. Tapi kegarangan Khalid di medan perang tidak menutupi kelembutan sikap ksatrianya.

Pertanyaan itu akhirnya terlontar dari mulut Gregorius saat kepala kuda mereka berdua bertemu.

"Ya Khalid, coba katakan dengan sebenar-benarnya dan jangan bohongi saya. Apakah benar Allah telah turun kepada Nabi anda dengan membawa pedang dari langit, lalu menyerahkannya kepada anda, sehingga anda memperoleh julukan "Pedang Allah"? Saya tahu setiap anda mencabut pedang itu, maka tidak ada lawan yang tidak tunduk!"

"Semua itu tidak benar!" tukas Khalid dengan singkat seraya tetap mempermainkan pedangnya untuk menangkis serangan pedang panglima Gregorius.

"Lantas mengapa anda dijuluki Pedang Allah?" tanya Gregorius lagi. Dan bagaikan tumbuh saling pengertian, keduanya kemudian menghentikan ayunan pedang. Keduanya tegak berhadapan di tengah laga, masih tetap bersiaga, dan meneruskan dialog.

"Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Mulia mengutus seorang Nabi kepada kami. Semula kami menentangnya dan memusuhinya. Sebagian dari kami beriman dan mengikutinya. Saya termasuk pihak  yang mendustainya dan memusuhinya, tetapi kemudian Allah menurunkan hidayah ke dalam hatiku. Sayapun beriman dan menjadi pengikutnya. Rasulullah SAW berkata kepadaku: 'Ya Khalid, engkau  adalah sebuah pedang di antara sekian banyak pedang Allah yang terhunus untuk menghadapi kaum musyrikin!' Ia mendoakan saya supaya tetap menang. Sebab itulah aku dijuluki 'Pedang Allah' ..." Khalid menuturkan apa adanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun