Katanya, setelah pertanyaan itu aku meracau. Berkata-kata tak jelas dengan bahasa apa dan mengatakan apa. Seperti orang kumur-kumur.
Pada sikap duduk bersila aku terus meracau. Katanya lagi, aku sudah lupa diri dan benar-benar meracau sambil menangis.
Aku tak lupa diri. Di dalam sana aku malah menemukan diri sendiri. Tanpa wujud namun sangat terasa keberadaannya. Malah saat itu aku lupa kalau aku masih punya jasad.
Mungkin, katakan saja diriku tak sinkron dengan jasadku. Akibatnya aku meracau. Padahal rasanya, di dalam sana aku sedang menyesal, bersalah, ketakutan dan sendirian.
Tiba-tiba aku gelagapan. Seperti orang tenggelam yang akhirnya bisa muncul ke permukaan kemudian menarik nafas dalam-dalam dan terburu-buru.
Entah dalam hitungan persekian berapa detik. Seperti layar televisi yang baru dinyalakan, pandangan tiba-tiba terang. Mula-mula samar, kemudian jelas sedikit-sedikit hingga akhirnya semua materi yang ada benar-benar jelas terlihat.
Badan penuh peluh, nafas ngos-ngosan dan persendian terasa ngilu ketika kesadaran kembali sepenuhnya. Aku kelelahan seperti habis melakukan pekerjaan berat di dalam air kemudian menyelam lama sekali.
Ya aku kelelahan lantas merebahkan badan sekenanya. Sesekali, mata terpejam dan terbuka. Aku lelah dan rasanya mau tidur saja. Tapi aku ga ngantuk.
Nafas mulai teratur, ngilu di persendian berangsur hilang. Sekujur badan mulai terasa ringan dan perasaan tenang sekali. Benar-benar tenang dan ringan.
Morgan memijit-mijit pundak kemudian menyodorkan segelas kecil air mineral hangat. Pasca meneguk, keringat keluar lagi dan deras sekali hingga basah seperti habis mandi.
Aku minta air lebih banyak lagi lantas menenggak lahap. Betul aku kehausan dan Morgan memberikan sebotol besar air mineral kemasan yang aku minum sedikit demi sedikit.