Sedulur Papat Limo Pancer (Bagian Kelima)
"Nang Ning Nung Neng Gung" dalam Sedulur Papat Limo Pancer adalah suara atau bunyi estetika musik Gamelan . Sebagai paripurna oleh rasa (rahsa/roso) dalam setiap ritual kehidupan masyarakat Jawa kuno.
Ada banyak makna yang dapat diartikan dalam hal ini, misalnya:
a.) Gung
Yang berarti Agung atau Keagungan atau Kemuliaan Tuhan sebagai segala sesuatu.
b.) Nung
Yang berarti Kesinungan. Dalam bentuk konkritnya berarti yang utama (Perilaku Utomo).
c.) Ning
Yang berarti Wening atau Hening; (Jiwa, Sukma Sejati).
d.) Neng
Yang berarti Heneng atau Kemampuan Totalitas Jiwa (Berserah Diri).
e.) Nang
Yang berarti artinya Wenang, Tirakat, Semedi, Maladi Hening, Raga, Jiwa, dan Akal Budi.
Musik Estetika Gamelan mengutakamakan keseimbangan bunyi Kenong, Saron, Kendang, dan Gambang serta suara Gong pada setiap penutup irama menuju merepresentasikan jiwa dan pemujaan kepada Sang Ilahi yang bersifat sakral/agung. Perjalanan batin dan jiwa masyarakat Jawa (Mengerti) bahwa Tuhan selalu diingat (Sadar) dimanapun dan kapanpun ada dalam waktu bersifat (Eling).
Dengan demikian, itulah hakekat "Nang Ning Nung Neng Gung" yang menyatakan kehidupan manusia ini ada dalam siklus dan berreinkarnasi menuju "Kekembalian Hal Yang Sama Secara Abadi"; tidak mungkin memahami seni tanpa ilmu kebijaksanaan sama saja dengan nihil.
Pernyataan berikut ini adalah bagimana kongkritnya kajian filsafat Sedulur Papat Limo Pancer ini dapat dijelaskan: