Mohon tunggu...
Syarwan Edy
Syarwan Edy Mohon Tunggu... Mahasiswa - @paji_hajju
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Syarwan Edy, sangat suka dipanggil dengan nama bang Paji. Si realistis yang kadang idealis | Punya hobi membaca, menulis dan diskusi | Kecintaannya pada buku, kopi, dan senja | Didewasakan oleh masyarakat dan antek kenangan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Makna Kehilangan bagi Seorang Istri

22 Februari 2024   17:59 Diperbarui: 22 Februari 2024   18:13 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Segala hal yang akan sangat sulit bagi istri manapun untuk dilupakan dan digantikan. Tapi, ingatlah! bahwa kehilangan bukanlah akhir daripada ketiadaan. Kehilangan hanyalah sebuah keadaan. Maka, jangan berkeluh kesah karena setiap kehilangan masih memiliki tempat keberadaan.

Akan tetapi, yang sangat terpukul bagi seorang istri pada saat merasakan kehilangan adalah tentang ketergantungan. Bahwa seorang suami memiliki hak terhadap seorang istri, dan begitupun dengan seorang istri punya hak juga terhadap seorang suami. Artinya kehilangan yang dirasakan seorang istri adalah kehilangan atas sebuah ikrar suci perkawinan dan inilah letak ketergantungan.

Hal ini pernah disinggung oleh; Ibnu Arabi, bahwa "yang menimbulkan pengaruh adalah seorang suami, dan yang menerima pengaruh adalah seorang ibu" Pembicara adalah seorang suami, pendengarnya adalah seorang ibu (percakapan perkawinan). Tapi setelah seorang istri merasakan kehilangan suami, maka; pembicaranya adalah seorang ibu, dan pendengarnya adalah seorang anak.

Tapi dengan kecintaan dia terhadap suaminya menjadikan dia bertahan dan sedikit demi sedikit menghapus keluhan. Dia bertahan karena ada sebuah rahim yang pernah dikandungnya sudah tumbuh dewasa untuk dipertanggung jawabkan. 

Yah, seorang anak yang kini meredam kesedihan ibunya, seorang anak yang mengembalikan senyum dan tawa ayahnya. Dan membuat ibunya kembali memiliki semangat untuk hidup dari beberapa hari sebelumnya, dimana ibunya hanya berbaring dengan putus asa sebagai pelukannya.

Sekejam itu kehilangan? sehingga tidak ada lagi satu ruang agar manusia bersembunyi darinya. Tapi, sekejam-kejamnya kehilangan anakku bisa mengubahku dari segala keterpurukan. Menjadikanku yang tadinya lemah tak berdaya, menjadi kuat. Yang tadi rapuh menjadi berdiri tegak.

-Kupang, 2024 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun