Mohon tunggu...
Syarwan Edy
Syarwan Edy Mohon Tunggu... Mahasiswa - @paji_hajju
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Syarwan Edy, sangat suka dipanggil dengan nama bang Paji. Si realistis yang kadang idealis | Punya hobi membaca, menulis dan diskusi | Kecintaannya pada buku, kopi, dan senja | Didewasakan oleh masyarakat dan antek kenangan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

HMI Restorasi

5 Desember 2023   10:18 Diperbarui: 5 Desember 2023   10:26 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Sumber Foto : milik pribadi"

By : Sabri Hidayatullah


Kesejukan ber-HMI didapat dari kehendak rasional dalam merawat kultur himpunan secara sungguh-sungguh. HMI di era modern menuntut setiap kader menemukan jawaban praktis terhadap problem pokok hari ini, kemudian merealisasikannya secara sungguh-sungguh. Acap kali kita sebagai kader HMI terlena oleh kebiasaan yang bersifat pragmatis dalam memandang realitas. Kader HMI sejatinya telah mengembangkan diri seara bebas melalui rangkaian aktualisasi diri dalam berbagai aspek. Namun perlu digaris bawahi bahwa bentuk aktualisasi kader HMI belakangan ini hanya mencapai titik formalitas. Secara sederhana, bentuk partisipasi kader HMI belakangan ini hanyalah pelarian dari realitas, karena tidak ingin berhenti pada titik jenuh, sehingga sulit mempertahankan bangunan kultur himpunan yang menjadi starting point setiap kader HMI untuk mencapai tujuan organisasi.

Ada bangunan kultur himpunan yang perlahan runtuh dan ambruk. Bangunan itu perlahan akan menjadi puing-puing kenangan tinggal cerita yang sudah seharusnya kita bangun kembali. Rekonstruksi dan restorasi pada kultur himpunan sangat diperlukan untuk dilakukan secara ketat dan serius.

Hari ini kita sebagai kader HMI telah ditelanjangi oleh laju arus globalisasi yang sulit dibendung, sehingga pilihan berhimpun secara serius adalah pilihan kesekian dari rentetan orientasi berhimpun. Kita sebagai kader HMI barangkali belum mengenal betul tersembunyi nya cita-cita moral yang memperbaiki kultur himpunan. Padahal kenyataannya hari ini dapat menentukan gerak kader HMI dalam memfilter dan menanggapi berbagai persoalan. Tragedi hancurnya sebuah kerajaan kadangkala dikarenakan oleh perasaan berbangga diri pada kejayaan masa lalu dan merasa telah begitu kokoh meskipun persoalan hari ini berbeda dengan persoalan sebelumnya.

Untuk memperlihatkan bahwa mutu produktivitas kader HMI modern harus direstorasi melalui segala bentuk penataan terstruktur dan terukur.

Restorasi pada skema perkaderan merupakan satu garis dengan berbagai problematika kehidupan. Kita selalu membayangkan betapa bergairahnya dialektika saat ber-HMI, tetapi sulit membayangkan betapa berbahayanya tantangan zaman yang kiranya dapat memberikan noda pada hijau dan hitam himpunan.

Bagaimanapun juga, yang sangat mencolok dari HMI ialah kualitas intelektual Kader HMI. Fragmen ini mesti kita rawat sebaik mungkin agar dapat menghindari degradasi intelektual pada tubuh himpunan. Restorasi kultur merupakan salah satu jalan yang dapat ditempuh untuk mengembalikan cita-cita himpunan pada rel yang sesungguhnya. Kita menyadari betul bahwa hari ini kita sebagai kader HMI belum mampu membuktikan kualitas insan cita seperti yang kita harapkan.

Akibatnya, transisi keberpihakan HMI pada realitas sosial dan internal himpunan mulai nampak. Meski tak kasat mata, namun kita sadari betul akan adanya degradasi intelektual.

Restorasi pada tubuh himpunan adalah semangat untuk menolak pertengkaran kader, cabang, Komisariat mana yang paling banyak dalam merealisasikan program kerja. Restorasi kultur intelektual, emosional dan spiritual pada himpunan membutuhkan kerja kolektif.

Kita menarik masuk sejarah kejayaan HMI masa lampau ke dalam ruang sidang modern untuk kita adili. Pengadilan yang saya maksudkan ialah melalui restorasi daya ESQ kita menarik semangat para senior ulung terdahulu kemudian dibenamkan dalam jiwa dan raga kita sebagai kader HMI dalam upaya restorasi kultur himpunan.

Pada dasarnya, kegemilangan HMI dapat tercapai kembali jika ketekunan dan keseriusan dalam merestorasi kultur berjalan secara sungguh-sungguh. Kita sadar betul akan kemunduran HMI yang diakibatkan oleh kita kader-kadernya sendiri. Kita hari ini masih percaya diri karena kejayaan masa lalu dan formalitas kerja-kerja organisatoris.

Tantangan yang dihadapi oleh kader-kader HMI datang dari terkepak nya sayap-sayap globalisasi yang kita terima secara spontan. Oleh karena itu, gerakan restorasi kultur himpunan menjadi salah satu pilihan penting dalam merawat himpunan mahasiswa Islam (HMI) ke depan. Gerakan restorasi dapat kita petakan secara ilmiah, dimulai dari penjaringan-pasca basic training melalui metode ilmiah dan modern. Kuantitas adalah opsi paling terakhir dari gerakan restorasi kultur himpunan, kualitas menjadi pilihan pertama dalam mengoperasikan gerakan restorasi kultur himpunan.

Pembenahan pada pola dan skema perkaderan adalah langkah awal dari gerakan restorasi kultur himpunan yang dapat dilakukan secara teknis ilmiah dan berkelanjutan.

Gerakan restorasi kultur himpunan harus memiliki orientasi yang jelas berupa terciptanya kader HMI yang tangguh. Pola dan skema kaderisasi harus di setting ulang melalui pendekatan sense of achievement.

Barangkali pertengkaran definitif substansial dikalangan kader HMI harus dikurangi bahkan kira perlu dibuang.

Gagasan restorasi HMI merupakan salah satu upaya kultural yang setidaknya memiliki rangkaian ide berupa, Pembenahan, pemulihan, dan pembangunan kembali pola dan skema perkaderan yang lebih efisien dan fleksibel. Maka dari itu peran aktif penuh kesadaran dalam memandang realitas sangat diperlukan untuk merestorasi kultur himpunan. Mutu dan daya kompetensi ditentukan oleh nilai-nilai luhur HMI dengan semangat insan cita.

Restorasi HMI lahir dari sebuah perasaan gembira dan penuh semangat yang timbul atas keresahan tersendiri terhadap himpunan. Menjadi benar bahwa kita tidak bisa menjustifikasi seluruh kader HMI di Indonesia mengalami degradasi intelektual, akan tetapi saya memiliki pandangan tersendiri terhadap perihal tersebut. Maka dari itu, saya mencoba untuk menghadirkan satu gagasan Restorasi HMI sebagai salah satu jalan menuju HMI berkemajuan yang akan saya coba gambarkan skemanya pada coretan kecil berikut untuk mewarnai ikhtiar kita sebagai kader HMI dalam mengembalikan kultur himpunan.

-Pontianak, 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun