PPKM (Pana Pekke Kame Mehak)
Manusia hidup di bumi atas izin Allah SWT dan mati pun atas izin-Nya. Hal tersebut tercantum dalam QS. Ali 'Imran Ayat 145. Artinya: Dan setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya.
Segala puji bagi Allah Subhanallahu wa ta'ala, kepada-Nya kita memuji, memohon pertolongan dan ampunan. Kita berlindung kepada Allah dari kejelekan jiwa dan keburukan amal perbuatan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah semata yang tidak memiliki sekutu, dan Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Kematian adalah takdir seluruh makhluk, manusia ataupun jin, hewan ataupun makhluk-makhluk lain, baik lelaki atau perempuan, tua ataupun muda, baik orang sehat ataupun sakit.
Setiap manusia memiliki ajal, dan kematian tidak bisa dihindari dan kita tidak ada yang bisa lari darinya. Namun sayang, sedikit manusia yang mau bersiap menghadapinya.
Tangan-tangan kerelaan menghamba kepada yang maha Rahman dan Rahim, atas segala yang menimpa pada kita yang bahkan tidak dinginkan olehmu ataupun sebagian orang.
Bagi kita, kepergian perihal merelakan. Tapi yang lainnya persolan menghadapi dunia dan tantangan zaman ini. Semestinya tidak sesinting dan sedemikian lucunya.
Orang-orang terkasih meninggalkan kita, sahabat, teman, ibu bapak dan lainnya. Mereka pergi bukan untuk kembali, hilang bukan sesaat, tapi sunyi telah membalut mereka dengan memberikan kabar pada kita untuk tetap tabah dan sabar. Allah mengiakan permintaan mereka untuk menetap dan selalu bersama dengan manusia-manusia pilihan-Nya.Â
Kita semua bisa dan kuat tapi di hadapan Allah kita seperti batu keramat yang menghamba dan patuh padanya. Takdir Allah tidak bisa dilawan dan bernegosiasi untuk siapa yang duluan dan lainnya ikut dari belakang. Allah mengetahui apa yang harus dan semestinya untuk di laksanakan tanpa harus kita memasuki ruang itu. Perbanyaklah meminta yang baik-baik untuk diri sendiri dan orang banyak.
Juni dan Juli adalah sahabat karib. Yang meninggalkan dan juga datang untuk melengkapi. Bayangan dari Juni belum lekas pulih, rindu-rindu belum menemukan tempat untuk bersandar rapi, belum sempat menyulam luka yang mengangga.Â