Mohon tunggu...
Humaida
Humaida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/IAIN Palangka Raya

(Hobi Membaca Novel/ Berhubungan Tentang Pendidikan)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membalikkan Kekerasan dalam Perdagangan Internasional: Bagaimana Kita Dapat Mengatasi Ketidakseimbangan dan Perubahan Iklim?

23 April 2023   16:05 Diperbarui: 27 April 2023   12:03 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ketidakseimbangan dalam perdagangan internasional dan perubahan iklim adalah isu yang menjadi perhatian utama di tingkat global karena dampaknya yang merugikan manusia dan lingkungan. Menurut Laporan Perdagangan dan Pembangunan 2019 yang dirilis oleh Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD), ketidakseimbangan perdagangan internasional adalah masalah yang harus diatasi agar semua negara dapat memanfaatkan perdagangan untuk kepentingan mereka, seperti untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kemiskinan.

Laporan tersebut menunjukkan bahwa negara-negara yang lebih lemah secara ekonomi cenderung mengalami defisit neraca perdagangan, sementara negara-negara yang lebih kuat cenderung mengalami surplus. Kondisi ini dapat menyebabkan ketimpangan ekonomi antarnegara semakin memburuk. Menurut laporan tersebut, masalah ketidakseimbangan perdagangan internasional terus berlanjut, meskipun telah terjadi penurunan dalam beberapa tahun terakhir.

Perubahan iklim menjadi isu yang semakin mendesak untuk ditangani, karena dampaknya sudah terasa di berbagai belahan dunia. Suhu global diperkirakan meningkat 1,5 derajat Celsius pada tahun 2040, dan 2 derajat Celsius pada tahun 2065. Hal ini dapat menyebabkan cuaca yang ekstrem, naiknya permukaan air laut, dan hilangnya keanekaragaman hayati yang sangat berpengaruh pada kehidupan manusia (IPCC 2021).

Masalah ketidakseimbangan perdagangan internasional memerlukan upaya bersama dari semua negara untuk memperbaikinya. Upaya tersebut mencakup pengurangan hambatan perdagangan, pembentukan sistem perdagangan multilateral yang adil, serta pembangunan infrastruktur dan kapasitas manusia di negara-negara berkembang. Dalam hal ini, negara-negara yang lebih kuat ekonominya perlu memberikan dukungan finansial dan teknis kepada negara-negara yang lebih lemah (The World Bank 2019).

Sementara itu, dalam menghadapi perubahan iklim, Laporan IPCC menyarankan bahwa semua negara harus berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan beralih ke sumber energi yang bersih. Upaya ini dapat mencakup investasi dalam energi terbarukan, transportasi publik yang lebih ramah lingkungan, serta pengurangan deforestasi dan penghijauan lahan. Namun, dalam hal ini, perlu diakui bahwa negara-negara yang lebih miskin cenderung memiliki keterbatasan dalam memenuhi tuntutan ini.

Perdagangan internasional telah menjadi bagian penting dalam perekonomian global. Namun, terdapat ketidakseimbangan dalam distribusi manfaat dari perdagangan internasional. Menurut World Bank, negara-negara berkembang hanya mendapatkan sekitar 33% dari total ekspor dunia, meskipun mereka menyumbang sekitar 45% dari tenaga kerja global. Hal ini menunjukkan bahwa ada ketidakadilan dalam distribusi manfaat dari perdagangan internasional. Negara-negara berkembang yang menghasilkan sebagian besar bahan mentah dan sumber daya alam seringkali tidak mendapatkan manfaat yang setimpal dari perdagangan mereka.

Selain itu, kekayaan perdagangan dunia terkonsentrasi pada negara-negara tertentu. Menurut data Bank Dunia tahun 2019, sekitar 60% perdagangan global diwakili oleh lima negara, yaitu China, Amerika Serikat, Jerman, Jepang, dan Belanda. Sementara itu, negara-negara berkembang yang menghasilkan sebagian besar bahan mentah dan sumber daya alam seringkali tidak mendapatkan manfaat yang setimpal dari perdagangan mereka. Ketidakseimbangan ini menyebabkan ketimpangan ekonomi antara negara-negara maju dan negara-negara berkembang semakin membesar.

Perdagangan internasional juga memberikan imbas negatif pada perubahan iklim. Menurut sebuah laporan yang diterbitkan oleh Pusat Perubahan Iklim dan Kebijakan Energi pada tahun 2019, perdagangan internasional berkontribusi pada emisi karbon secara tidak langsung melalui transportasi dan penggunaan energi. Hal ini menyebabkan perubahan iklim semakin buruk. Selain itu, negara-negara maju yang menjadi konsumen produk-produk dari negara berkembang hanya memproduksi sekitar 20% sampai 30% emisi gas rumah kaca, sementara negara-negara berkembang menghasilkan sekitar 60% sampai 70% emisi gas rumah kaca. Hal ini menunjukkan bahwa kekayaan dan konsumsi negara-negara maju berkontribusi pada dampak negatif perubahan iklim pada negara-negara berkembang yang kurang mampu mengatasi perubahan iklim.

Pandemi COVID-19 juga memperburuk ketidakseimbangan perdagangan internasional. Data Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada tahun 2020 menunjukkan bahwa negara-negara anggota WTO menghadapi sekitar 58 tindakan pembatasan perdagangan baru pada kuartal kedua 2020, dibandingkan dengan hanya 20 tindakan pada periode yang sama pada tahun sebelumnya. Pandemi COVID-19 memperparah ketidakseimbangan perdagangan dan meningkatkan proteksionisme di seluruh dunia. 

Dampak dari ketidakseimbangan perdagangan internasional dan perubahan iklim dapat berdampak negatif pada berbagai aspek kehidupan manusia. Salah satu dampak negatif dari ketidakseimbangan perdagangan internasional adalah ketidakadilan ekonomi, di mana negara-negara berkembang yang memproduksi sebagian besar bahan mentah dan sumber daya alam seringkali tidak mendapatkan manfaat yang setimpal dari perdagangan mereka. Hal ini dapat menyebabkan kemiskinan, kesenjangan ekonomi, dan ketidakstabilan politik di negara-negara berkembang.

Dampak negatif lain dari ketidakseimbangan perdagangan internasional adalah ketidakseimbangan perdagangan antara negara-negara maju dan berkembang, yang dapat mengakibatkan ketidakstabilan ekonomi global. Kekayaan perdagangan dunia terkonsentrasi pada negara-negara tertentu, sementara negara-negara berkembang masih bergantung pada sektor komoditas yang lebih rentan terhadap fluktuasi harga dan permintaan global. Hal ini dapat menyebabkan negara-negara berkembang mengalami krisis keuangan dan kekurangan sumber daya untuk membangun infrastruktur dan mengembangkan sektor ekonomi yang lebih beragam.

Lebih jauh, dampak negatif dari ketidakseimbangan perdagangan internasional adalah dampak lingkungan yang berdampak pada perubahan iklim. Perdagangan internasional berkontribusi pada emisi karbon secara tidak langsung melalui transportasi dan penggunaan energi. Negara-negara maju yang menjadi konsumen produk-produk dari negara berkembang juga berkontribusi pada dampak negatif perubahan iklim pada negara-negara berkembang yang kurang mampu mengatasi perubahan iklim.

Perubahan iklim dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan berdampak negatif pada kehidupan manusia, termasuk kesehatan manusia dan keamanan pangan. Perubahan iklim dapat menyebabkan bencana alam seperti banjir, kekeringan, dan badai yang dapat mengakibatkan kerugian ekonomi dan kerusakan infrastruktur yang mengakibatkan sulitnya pemulihan ekonomi.

Namun, ada juga dampak positif yang mungkin terjadi dari tindakan global untuk memperbaiki ketidakseimbangan perdagangan internasional dan meminimalkan dampak negatifnya pada perubahan iklim. Upaya bersama untuk memperbaiki ketidakseimbangan perdagangan internasional dapat mengurangi ketimpangan ekonomi dan meningkatkan stabilitas politik di negara-negara berkembang. Upaya bersama juga dapat mengurangi dampak negatif perubahan iklim dan mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Adapun para ahli dalam bidang perdagangan internasional dan perubahan iklim menyatakan pandangan mereka tentang dampak dari isu-isu tersebut, yaitu :

Joseph Stiglitz, seorang ekonom dan profesor di Universitas Columbia, menyatakan bahwa ketidakseimbangan perdagangan internasional dapat menyebabkan negara-negara berkembang menjadi rentan terhadap fluktuasi ekonomi global dan menimbulkan ketidakadilan ekonomi. Menurutnya, upaya untuk memperbaiki ketidakseimbangan perdagangan internasional harus dilakukan dengan memberikan akses yang lebih adil dan merata dalam perdagangan internasional bagi negara-negara berkembang.

Naomi Klein, seorang aktivis lingkungan dan penulis buku "This Changes Everything: Capitalism vs. The Climate," menyatakan bahwa perubahan iklim disebabkan oleh sistem kapitalisme yang memperkuat ketidakadilan ekonomi global. Ia berpendapat bahwa upaya untuk memperbaiki ketidakseimbangan perdagangan internasional harus diiringi dengan upaya untuk mengubah sistem ekonomi global yang tidak berkelanjutan.

Jeffrey Sachs, seorang ekonom dan profesor di Universitas Columbia, menyatakan bahwa negara-negara maju memiliki tanggung jawab moral untuk membantu negara-negara berkembang dalam mengatasi dampak perubahan iklim. Menurutnya, upaya untuk memperbaiki ketidakseimbangan perdagangan internasional harus diiringi dengan upaya untuk memberikan dukungan dan bantuan teknis bagi negara-negara berkembang dalam membangun infrastruktur dan mengembangkan sektor ekonomi yang berkelanjutan.

Greta Thunberg, seorang aktivis lingkungan dan tokoh pemuda yang terkenal karena aksinya dalam memperjuangkan perubahan iklim, menyatakan bahwa upaya untuk memperbaiki ketidakseimbangan perdagangan internasional harus diiringi dengan upaya untuk mengubah kebiasaan konsumsi manusia yang berkontribusi pada perubahan iklim. Ia menyerukan untuk mengurangi penggunaan energi fosil dan beralih ke sumber energi terbarukan untuk mengurangi emisi karbon.

Para ahli tersebut mengemukakan pandangan mereka tentang bagaimana memperbaiki ketidakseimbangan perdagangan internasional dan mengatasi dampak negatif perubahan iklim. Upaya yang dibutuhkan adalah memberikan akses yang lebih adil dalam perdagangan internasional bagi negara-negara berkembang, mengubah sistem ekonomi global yang tidak berkelanjutan, memberikan dukungan dan bantuan teknis bagi negara-negara berkembang, serta mengubah kebiasaan konsumsi manusia yang berkontribusi pada perubahan iklim. Selain itu, para ahli juga menekankan pentingnya tanggung jawab moral dari negara-negara maju untuk membantu negara-negara berkembang dalam mengatasi dampak perubahan iklim. 

Ketidakseimbangan perdagangan internasional dan perubahan iklim adalah masalah global yang saling terkait dan mempengaruhi kehidupan manusia di berbagai aspek. Masalah ini memerlukan tindakan yang serius dari seluruh negara untuk mengatasi dan meminimalkan dampak negatifnya. Untuk mengatasi ketidakseimbangan perdagangan internasional, dibutuhkan upaya bersama antara negara-negara maju dan berkembang untuk menciptakan sistem perdagangan yang adil dan berkelanjutan. Negara-negara berkembang harus diberikan kesempatan yang sama untuk memperoleh manfaat yang setimpal dari perdagangan, dan negara-negara maju harus membantu dalam pembangunan infrastruktur dan pengembangan sektor ekonomi yang lebih beragam di negara-negara berkembang.

Sementara itu, untuk mengatasi perubahan iklim, diperlukan tindakan global untuk mengurangi emisi karbon dan mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang ramah lingkungan. Negara-negara harus bekerja sama untuk mencapai tujuan global dalam hal ini, seperti pengurangan emisi karbon dan pengembangan teknologi ramah lingkungan.

Para ahli telah menyarankan beberapa solusi untuk mengatasi masalah ini. Salah satu solusi adalah meningkatkan investasi dalam pengembangan teknologi ramah lingkungan, seperti energi terbarukan dan transportasi yang berkelanjutan. Para ahli juga menyarankan pengembangan kebijakan perdagangan yang lebih berkelanjutan, seperti perjanjian perdagangan bebas yang memperhitungkan dampak lingkungan dan sosial.

Namun, solusi yang efektif akan memerlukan dukungan dan komitmen yang kuat dari seluruh negara. Selain itu, peran masyarakat juga sangat penting dalam mempromosikan kesadaran tentang masalah ini dan mendorong perubahan perilaku yang lebih ramah lingkungan. Tindakan yang serius dan terkoordinasi diperlukan untuk mengatasi ketidakseimbangan perdagangan internasional dan perubahan iklim. Negara-negara harus bekerja sama untuk mencapai tujuan global dan masyarakat harus berpartisipasi aktif dalam mempromosikan kesadaran dan perubahan perilaku yang lebih ramah lingkungan. Dengan upaya bersama, kita dapat menciptakan dunia yang lebih adil, berkelanjutan, dan aman bagi kehidupan manusia dan planet kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun