Mohon tunggu...
00000
00000 Mohon Tunggu... Guru - 00000

00000

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Warisan Behaviorisme Bagi Pendidikan Kontemporer

26 Februari 2024   13:15 Diperbarui: 26 Februari 2024   13:19 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Y. B. Inocenty Loe

Di era yang super cerdas dan pengetahuan tanpa batas ini, siapapun dapat mengakses informasi kapan dan dimana saja. Kemajuan teknologi, AI, Big data dan sebagainya, memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dibentuk tidak hanya dari ruang kelas. Meskipun demikian, muncul kecenderungan untuk bersantai-santai atau bermalas-malas. Banyak pembelajar yang enggan semakin masif dan sistematis untuk belajar dan berselancar dalam mencari pengetahuan.

Berhadapan dengan situasi keenganan untuk belajar, teori behaviorisme dapat menjadi pendekatan dalam menyesuaikan kemajuan teknolodi di satu sisi dan motivasi untuk belajar. Secara umum, teori ini menegaskan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai akibat interaksi antara stimulus dan respon.  

Edward Lee Throndike, adalah seorang tokoh psikologi dan ahli teori belajar. Menurutnya, belajar adalah proses pembiasaan. Menariknya, kualitas sebuah perilaku tidak ditentukan oleh apa yang ia lakukan tetapi oleh kebiasaan perilakunya. Perubahan dalam pendidikan ditentukan oleh proses pembiasaan yang berulang-ulang. Perilaku, pengetahuan dan keterampilan dapat menjadi kompentensi ketika diakukan berulang-ulang. Misalnya, materi yang sulit dapat diulang terus menerus tentu akan dengan mudah dipahami.

Baca juga: Nilai atau Belajar?

John Broadus Watson, seorang ahli psikologi Amerika serikat. Menurutnya, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Dalam eksperimenya, seorang anak berusia 11 tahun dimasukkan ke dalam sebuah ruangan isolasi dan diperdengarkan suara gemuruh dari hasil pukulan baja. Anak tersebut menangis karena ketakutan. Selanjutnya setiap kali suara gemuruh dibunyikan, muncul seekor tikus. 

Anak tersebut takut pada tikus meskipun suara gemuruh ditiadakan. Eksperimen ini menunjukkan bahwa lingkungan sangat mempengaruhi. Perilaku sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Suksesi pembentukan pengetahuan dan keterampilan dalam dunia pendidikan sangat dipengaruhi bagaimana pengaturan lingkungan belajar. Ketika lingkungan diatur sedemikian rupa untuk kepentingan belajar, tentu saja ini akan mendorong proses seseorang untuk belajar.

Ivan Petrovich Pavlov. Dalam eksperimennya ia membuktikan bahwa belajar dapat mempengaruhi perilaku yang selama ini tidak dapat dikendalikan. Dalam eksperimennya pada seekor anjing. Setiap kali menunjukkan makanan, anjing tersebut akan mengeluarkan air liur. Lain lagi, setiap kali memberikan makanan akan diperdengarkan bunyi lonceng. 

Anjing tersebut akhirnya terbiasa bahwa bunyi lonceng berarti akan makan. Ini membuktikan bahwa pemberian stimulus sangat efektif membentuk perilaku tertentu. Dalam pembelajaran, pemberian reward efektif dapat membangkitkan semangat seseorang untuk terus belajar.

Meskipun behaviorisme ini dianggap sebagai ilmu yang cukup tradisional dalam pendidikan, namun gagasanya masih aktual untuk dipraktekkan dalam dunia pendidikan kontemporer. Setidaknya memberikan pendekatan dalam mendorong pembelajar untuk terus belajar dan meningkatkan kompentensi diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun