Orang Indonesia dikenal dg ingatannya yg pendek, karena gampang melupakan itulah mereka ga konsisten dan mudah diombang-ambingkan dari satu isu ke isu yang lain. Namun, akhir-akhir ini kondisinya ternyata lebih parah lagi, bangsa ini jadi bangsa pelupa plus munafik.
Mari ambil satu contoh kasus, Jakarta Post (JP).
3 Juli 2014, Kamis. Jakarta Post munculkan karikatur bendera ISIS.
4 Juli 2014, Jumat. Editorial: Endorsing Jokowi. Dalam editorialnya JP menulis,"Therefore the Post feels obliged to openly declare its endorsement of the candidacy of Joko "Jokowi" Widodo and Jusuf Kalla a president and vice president in the July 9 election. It is an endorsement we believe to be morally right."
5 Juli 2014, Sabtu. Berita tentang JP mendukung Jokowi menjadi heboh. Republika.co.id menulis judul beritanya "Koran The Jakarta Post Resmi Berikan DUkungan Ke Jokowi-JK"
6 Juli 2014, Minggu. Makian terhadap JP mulai muncul ke permukaan. Agar semakin heboh, makian yang sudah ada digiring ke isu penistaan agama, kemarahan umat kemudian menjadi hujatan tak keruan.
Lantas?
Semua beramai-ramai persoalkan karikatur ISIS di JP. The Post dianggap menghina Islam.
Hasilnya?
11 Desember 2014, Kamis. Pimred JP, Meidyatama Surydiningrat, ditetapkan sebagai tersangka, ia dijerat dengan Pasal 156 huruf a KUHP tentang Penistaan Agama.
13 November 2015, Paris berdarah, ratusan jadi korban jiwa. ISIS mengakui penyerangan mematikan terhadap Perancis yang terparah sejak Perang Dunia II.
14-17 November 2015. Di Indonesia, ramai-ramai menyatakan bahwa ISIS bukan Islam.
Nah lho..
Jadi mana orang-orang yang dulu menghujat JP dan menganggapnya menista agama dg memuat karikatur ISIS?