Mohon tunggu...
Ingrit Dilla Farizna
Ingrit Dilla Farizna Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Fakultas Hukum UIN Jakarta

SINE AMOR NIHIL EST VITA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Moral dan Filsafat Politik: Logika Leviathan Thomas Hobbes

2 Agustus 2024   10:11 Diperbarui: 2 Agustus 2024   10:18 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memahami alam pemikiran Hobbes dalam mencapai moral politik

Kita dapat memahami alam pemikiran yang dituangkan oleh Hobbes dengan cara membayangkan hidup dengan kondisi tanpa pemerintah. mungkin yang terbenak dalam pikiran kita adalah situasi dari ketidaktertiban. Inilah yang disebut Hobbes sebagai "situasi kondisi alam belaka" dimana keadaan penilaian pribadi yang sempurna, dimana tidak ada lembaga dengan otoritas yang diakui untuk menengahi perselisihan dan kekuatan efektif untuk menegakkan keputusannya.

Hobbes membayangkan pula bagaimana keadaan alam dengan keadaan bebas, dimana orang-orang bebas memutuskan sendiri apa yang dibutuhkan, apa yang dimiliki, apa yang terhormat, benar, salah, bijaksana dan selanjutnya. Mudahnya dalam memasuki alam pikiran Hobbes adalah kita dapat berimajimasi tentang keadaan peran yang sangat atau berada pada tingkat paling buruk , yaitu peramg melawan semua.

John Locke turut mengomentari dalam Second Treatise of Government-nya bahwa yang dimaksud keadaan alam memang lebih daripada tunduk pada kekuasaan sewenang-wenang dari pengiasa absolut. Tetapi, Hobbes dengan terkenalnya berargumen bahwa "kondisi orang-orang tak bertuan seperti itu, tanpa tunduk pada Lawes dan kekuatan paksa untuk mengikat tangan mereka dari pemerkosaan dan balas dendam" akan membuat tidak mungkin semua keamanan dasar yang menjadi sandaran kehidupan yang nyaman, ramah, dan beradab. Tidak aka nada "tempat untuk industri, karena buahnya tidak pasti dan akibatnya tidak ada budaya bumi, tidak ada navigasi atau penggunaan barang-barang yang dapat diimpor melalui laut atau bangunan yang commodious, tidak instrument untuk memindahkan dan memindahkan benda-benda seperti yang dibutuhkan dan sebagainya.

Hobbes menganggap bahwa setiap orang dalam keadaan alami memiliki hak kebebasan untuk melestarikan dirinya sendiri, yang ia sebut "hak alami". Ini adalah hak untuk melakukan kepentingan apapun yang secara tulus dianggap untuk dilestarikan. Karena setidaknya ada kemungkinan bahwa hampir segala sesuatu dapat dinilai perlu untuk pelestarian seseorang, hak alam yang secara teoritis terbatas dalam praktiknya menjadi hak yang tidak terbatas untuk berpotensi apa pun.

Kita akan melihat bahwa ada kekuatan moral di balik hukum dan persyaratan negara hanya karena manusia memang membutuhkan otoritarianisme dan sistem penegakan jika mereka ingin bekerja sama secara damai. Akan tetapi, kita hampir tidak dapat menerima bahwa karena penilaian manusia lemah dan salah sehingga hanya terdapat satu hakim dalam masalah ini---tepatnya, karena hakim itu memang sangat salah.

Pemisahan kekuasaan antara pemerintah dan rakyat sejatinya memastikan bahwa pertanyaan penting bahwa penilaian moral dan politik diputuskan secara damai. Maka dari itu, standar dan institusi yang menyediakan kompromi antara banyak penilaian yang berbeda dapat saling bertentangan. Terakhir, ini semua lah maksud Hobbes, bahwa hidup manusia tidak pernah berada tanpa sebuah ketidaknyamanan dan masalah, sehingga kita harus hidup dengan sejumlah hal buruk; ketakutan akan kekerasan dan kematian yang kejam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun