Contoh lainnya adalah ketika perempuan memilih bekerja, dapat dipastikan stigma yang muncul adalah resiko ditinggal dan dijauhi suami. Laki-laki menurut Rina, tak bakal menghadapi stigma seperti itu.
Sosok Rina digambarkan sebagai bentuk protes terhadap kebiasaan hidup patriarkal, sekali pun dalam bahasa cinta dan kesetiaan, bahwa sosok perempuan adalah bukan sebuah kesalahan untuk bertahan, sejatinya memang mereka menganggap dirinya mampu untuk bisa setia dengan satu cinta meskipun kata "bercinta" adalah makna yang banal dengan banyak laki-laki. Â Nilai Kesetiaan tak lagi dihubungkan dengan "bercinta" hanya dengan satu orang, tetapi dengan mencintai, mengasihi dan menghargai satu orang dalam kebiasaan dan kesetaraan.
Pada akhir cerita, dengan puas Rina menampilkan sebuah penyesalan terhadap apa yang dia alami selama hidupnya. Rina berhasil menciptakan realisme murni sebagai objek permasalahan. Konsep realisme membatu manusia dalam berproses, memberikan pemikiran yang dapat digunakan menjadi ilmu sosial. Realisme cenderung berpikir melihat pada kejadian nyata dan mengambil kesimpulan dari apa yang benar-benar terjadi, sehingga hasil yang dibuat bisa memberikan jawaban.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H